Wisata Kuliner
Pokea, Sinonggi & Pisang Epe, Hidangan Khas Kendari
Penulis: Budi Sutomo
Pokea, Sinonggi & Pisang Epe, Hidangan Khas Kendari
Penulis: Budi Sutomo
Jalan-jalan di Kendari, ibu kota propvinsi Sulawesi Tenggara rasanya rugi tanpa mencoba lezatnya masakan daerah setempat. Seperti tim Boga Sartika ketika berkesempatan mengunjungi daerah ini. Ketika tiba dikendari, tak sabar rasanya untuk memulai perjalanan wisata kuliner. Setelah istirahat sejenak, perjalanan dimulai dengan mengunjungi teluk kendari yang berlokasi di jantung kota Kendari. Menyisiri teluk ini di saat sore atau malam hari terasa lebih menyenangkan, kita bisa terhindar dari sengatan sinar matahari dan telukpun lebih rame oleh pengunjung. Di sepanjang teluk di padati oleh penjual aneka makanan. Mulai dari warung tenda, lesehan, rumah makan hingga restoran terapung di atas kapal.
Jika tidak terlalu lapar, cobalah pisang epe. Pisang kepok bakar dengan kuah santan kental beraroma pandan. Masih dari bahan yang sama, Es pisang hijau bisa dijadikan pilihan lain. Minuman ini terasa lebih segar, mungkin terbawa suasana teluk yang indah dengan angin semilir menjadikan kudapan ini terasa lebih lezat dinikmati.
Puas berjalan-jalan perutpun terasa lapar. Aroma ikan bagar dari warung tenda dan restauran di sepanjang teluk membuat perut semakin meronta. Pilihan jatuh pada salah satu rumah makan yang lokasinya tak jauh dari pantai. Beragam olahan seafood ditawarkan, mulai dari udang, kepiting, kerang, aneka ikan, telur ikan hingga jeroan ikan. Semuanya serba segar karena menurut penjual ikan baru dibeli dari nelayan baru berlayar.
Aneka Ikan, cumi dan udang bakar kami jadikan menu makan malam. Setelah beberapa menit menunggu, hidangan disajikan dengan aneka sambal pelengkapnya. Selang beberapa menit, salah seorang dari kami menanyakan sambal kecap karena kurang lengkap ikan bakar tanpa cocolan sambal yang satu ini. ketika di tanyakan ke pelayan ternyata sambal kecap harus bikin sendiri, jadilah kami sibuk motongin bawang, cabe dan tomat, padahal perut sudah keroncongan karena semerbak aroma ikan bagar.
Selesai makan, tak terasa waktu telah menunjukan pukul sembilan malam, kamu pun memutuskan untuk pulang. Baru beberapa menit perjalanan pulang, tak tahan rasanya mata melihat godaan aneka seafood segar dan ikan olahan yang di jajakan sepanjang jalan. Kamipun turun dan memborong ikan segar untuk oleh-oleh perjalanan.
Setelah puas berburu seafood ala Kendari, keesokan harinya tinggal rasa penasaran ingin mencoba lezatnya pokea dan sinonggi dua hidangan khas kendari. Setelah bertanya ke penduduk setempat, diberitaulah kami sebuah rumah makan yang terkenal lezat menjual dua hidangan ini. bergegaslah kami menuju rumah makan milik ibu Kutana yang letaknya di kecamatan Sempara, pinggiran kota kendari.
Setelah memesan, keluarlah sinonggi atau bubur sagu lengkap dengan sayur kerang dan sup ikan sebagai pelengkap. Bubur ini memang sangat lezat, aromanya yang khas dengan lauk bercitarasa pedas membuat kami pingin nambah lagi. Pokea (sate kerang) pun tak luput dari serbuan kami, sate kerang air tawar dengan bumbu kacang terasa lezat, apalagi dilengkapi geges (sejenis ketan panggang) dan lontong berpita yang unik. Sungguh mengesankan santap siang kali ini, benar-benar kekayaan kuliner nusantara yang Me Ambo!
Setelah puas jalan-jalan menikmati hidangan kendari, tak puas rasanya kalau pulang tanpa oleh-oleh. Supir-pun di pawa meluncur ke pusat jajan di jl. Diponegoro. Sepanjang jalan ini, hasrat berbelanja oleh-oleh tak terbendung lagi. Beragam olahan kacang mete dari yang mentah, goreng, oven, berbumbu hingga berselimut tepung dijual dengan harga miring. Kue kering seperti bagea dengan isi kacang mete tak luput dari serbuan. Dodol sagu, Gula aren, cumi kering hingga ikan asin juga masuk keranjang. Tanpa sadar tas belanja terasa berat dan kakipun lelah berjalan. Padahal hasrat ingin meneruskan perjalanan. Tak ada pilihan lain, kami-pun memutuskan untuk pulang. Sungguh perjalanan yang mengesankan. Budi Sutomo