Karya indah tak selamanya harus terbuat dari bahan baku mahal. Kadang bisa juga berasal dari barang tak berharga. Seperti hasil karya seorang pemuda bernama Okto Sanitia Maarif, warga Jalan Penatusan, Kelurahan Purwokerto Wetan Kabupaten Banyumas Jawa Tengah, justru mampu berkreasi dengan lukisan reliefnya dari koran bekas.
Okto menjadi kreator karya seni yang banyak diminati. Tentu saja, selain idenya yang cemerlang, proses pembuatannya yang membutuhkan naluri seni yang tinggi hingga benar-benar menjadi karya yang indah, dan itu butuh proses yang tidak sederhana.
Apa yang anda bayangkan setelah melihat hasil lukisan relief bergaya surealis karya Okto adalah bayangan tentang proses pembuatannya dari materi yang mahal. Anda salah, karena lukisan relief ini ternyata dibuat dari koran bekas. Ya, barang yang ada di sekitar kita yang kadang luput dari perhatian karena hanya menjadi sampah.
Dari bahan dasar dari koran bekas, Okto justru bisa meraup keuntungan bersih hingga 5 juta perminggunya. Pemuda usia 22 tahun ini memang terbilang sangat kreatif. Ia bahkan mengajak orang tua serta tetangganya untuk membantu membuat lukisan relief.
Tangan terampil Okto Sanitia Maarif, mampu menyulap koran bekas menjadi lukisan indah, dengan terlebih dahulu di jadikan bubur melalui campuran air. Dari sinilah Okto kemudian mulai bereksperimen dengan naluri seninya yang bagus.
Untuk menghasilkan bubur kertas yang baik, Okto merendamnya selama sehari semalam atau juga bisa ditumbuk sampai halus. Setelah menjadi bubur halus, dicampurkan semen putih dan lem agar bubur kertas bisa dibentuk.
Awalnya adalah membuat media lukisan yang juga dibuat dengan mencetak adonan bubur kertas. Ketebalannya tergantung dari ukuran lukisan, biasanya berkisar 1 hingga 3 centimeter. Setelah itu, pembuatan relief di lanutkan sesuai bentuk lukisan yang akan dibuat. Ini dibutuhkan ketelatenan dan tentu saja bakat membuat rancangan dan tata dimensi untuk mendapatkan hasil sempurna.
Setelah dibentuk relief, lalu diberi lapisan coating. Lapisan ini untuk menjaga agar lukisan bisa awet terpasang. Jika tidak diberi lapisan, usia lukisan tidak akan bertahan lama karena daya rekat kertas sangat terbatas.
Setelah itu, baru di lanjutkan proses finishing dengan cat sesuai lukisan. Untuk relief diorama yang berukuran besar lebih dibutuhkan ketrampilan memahat yang baik.
Ide lukisan ini awalnnya ternyata tak mudah diterapkan karena karakter bahan kertas yang mudah rusak. Setelah mencoba beberapa kali, Okto baru bisa membuatnya lebih kuat. “Dari awal hanya sekedar coba-coba”, ujarnya.
Kendala yang dihadapi dalam pembuatan lukisan relief bubur koran ini adalah faktor cuaca. Jika musim hujan, biasanya lukisan relief memerlukan pengeringan hingga 4 hari. Namun jika cuaca panas, satu hari sudah kering dan langsung bisa dicat finishing.
Saat ini, hasil karya Okto sudah mulai dilirik sejumlah pemilik show room barang seni. Bukan saja di Purwokerto, tetapi sejumlah kota besar termasuk Jakarta dan Surabaya.
Berbagai corak lukisan relief seperti kaligrafi, hiasan abstrak atau gambar bunga merupakan pesanan yang banyak diminati. Harganyapun bervariasi tergantung besar kecilnya ukuran serta rumitnya pengerjaan.
Harga yang ditawarkan mulai 200 ribu hingga dua juta lima ratus ribu rupiah. Menurut Okto, ia sengaja memanfaatkan limbah koran ini agar bisa dijadikan barang seni yang bernilai tinggi. Sebagian besar permintaan adalah lukisan aliran surealis dan kaligrafi. Jadi, jangan buang koran bekas anda!