• Selasa, Agustus 25, 2009
  • Administrator


Setiap menjelang datangnya bedug Maghrib, ratusan warga memadati pasar kaget (25/08/2009) di komplek Perumahan Gresik Kota Baru, Kecamatan Manyar, Gresik Jawa Timur, sekedar untuk membeli beberapa hidangan spesial buka puasa. Salah satu jenis makanan yang banyak di buru warga adalah Bongko Kopyor.

Bongko Kopyor merupakan salah satu hidangan khas buka puasa, yang disuka warga Gresik. Selain lezat, hidangan terbungkus daun pisang itu, terlihat tradisional dan dipercaya berkhasiat memulihkan stamina tubuh, setelah seharian menahan diri dari lapar dan dahaga.

Fatimah, salah seorang penghobi santapan Bongko Kopyor mengaku menyukai Bongko Kopyor, karena rasanya manis, legit dan segar, sehingga tepat disantap saat buka puasa. Bagi fatimah, belum lengkap rasanya, jika berbuka puasa tanpa menikmati kesegaran menu yang telah ada sejak ratusan tahun silam tersebut. “Rasanya enak dan bikin orang ketagihan”. Ujar Fatimah.

Dibulan puasa ini, banyak warga yang memanfaatkan booming Bongko Kopyor dengan membuat masakan tradisional ini. Salah satunya adalah Sofiatun, warga Desa Manyar Sidonukti, Kecamatan Manyar.

Menurutnya Bongko Kopyor adalah kepanjangan dari bubur nangka dan kelapa kopyor. Menu masakan spesial ini menggunakan bahan baku tepung terigu, buah kelapa, pisang, nangka, santan kelapa, dan roti tawar.

berbeda dengan jenis hidangan lainnya, Bongko Kopyor, hanya tersedia saat bulan suci ramadhan. Karena itu, setiap bulan Ramadhan, sebagian besar warga membuat Bongko Kopyor atau membeli dari pasar kaget. “Bongko ini Cuma ada di bulan puasa saja”. Kata Sofiatun.

Bongko Kopyor, hingga kini masih menjadi menu spesial buka puasa terutama, mereka yang tinggal di pesisir pantai. Harga jualnya pun bervariasi, mulai dari 3 ribu rupiah, hingga 5 ribu rupiah, bergantung ukuran kemasannya.(86)



  • Selasa, Agustus 25, 2009
  • Administrator


Berdasar pengamatan periodik yang dilakukan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lamongan, sampai saat ini tidak ditemukan adanya daging gelonggongan di sejumlah pasar tradisional. Itu disampaikan Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan setempat Soeprajitno melalui Kabag Humas dan Infokom Aris Wibawa.

Menurutnya, meski tidak di bulan Ramadhan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan rutin lakukan pemeriksaan periodik satu bulan sekali di sejumlah pasar tradisional. Termasuk di dua rumah potong hewan (RPH) Babat dan Pucuk. “Bahkan untuk pengawasan di RPH kami lakukan setiap hari untuk melihat langsung kualitas hewan potongnya, kata dia.

Ditambahkannya, bukan hanya terhadap kualitas daging potong yang menjadi perhatian Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. Untuk daging hewan konsumsi lain seperti ayam juga diawasi. “Untuk ayam, selalu kami awasi jangan sampai ada ayam tiren (mati kemaren) yang masuk di pasar. Termasuk pengawasan terhadap penggunaan bahan formalin untuk daging konsumsi juga kami lakukan, “ ujarnya.

“Biasanya di bulan Ramadhan ini akan terjadi peningkatan konsumsi daging, baik ayam maupun sapi. Peningkatan tersebut tentunya harus diiringi dengan jaminan kualitas daging konsumsi. Konsumen berhak untuk mendapat daging yang layak konsumsi dan berkualitas. Karena itu pengawasan terhadap kualitas ini akan terus dilakukan, “ imbunya.

Dari data Peternakan dan Kesehatan Hewan juga diperoleh data bahwa tingkat konsumsi daging di Lamongan tahun ini diperkirakan akan alami peningkatan. Tahun lalu, tingkat konsumsi daging masyarakat Lamongan 6,7 kilogram perkapita dengan jumlah pemotongan hewan di RPH maupun diluar RPH rata-rata 29 ekor perbulan. Sementara sampai saat ini rata-rata pemotongan hewan di RPH maupun diluar RPH di Lamongan mencapai 32 ekor perbulannya. (arf, Humas Pemkab Lamongan)

BTemplates.com

Categories

Kamera CCTV Palembang

Popular Posts

Blog Archive