Jelang lebaran (28/08/2009,) omzet penjualan sarung tenun sutera khas Gresik Jawa Timur, melonjak dua kali lipat. Sarung tradisional, yang memiliki corak timbul tersebut, ternyata tidak hanya disuka pasar dalam negeri, tetapi juga menarik minat pasar manca negara.
Kota Gresik selama ini di kenal sebagai sentra industri busana muslim, baik songkok, jilbab, mukena, baju taqwa dan sarung.
Untuk sarung misalnya, hingga kini masih bertahan sejumlah pengusaha sarung sutera tradisional. Ahmad antoni adalah salah seorang perajin di sentra perajin sarung tradisional di Desa Morowudi Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik. Pria yang mewarisi pembuatan sarung dari orang tuanya ini memproduksi sarung tradisional dengan jenis kain fiber dan sutera.
Dalam kurun waktu satu bulan terakhir, omzet penjualannya terus mengalami peningkatan hingga mencapai dua kali lipat atau dari 20 kodi menjadi 40 kodi perbulan.
Namun, Antoni tidak mampu memenuhi lonjakan permintaan, akibat keterbatasan tenaga penenun yang jumlahnya makin menurun dan rata-rata telah berusia lanjut.
Ahmad Antoni mengatakan, permintaan sarung tenun sutera tradisional tidak hanya pasar di dalam negeri tetapi juga pasar luar negeri, diantaranya Malaysia, Brunei, Saudi Arabia , Syiria, Yaman dan berbagai negara di Timur Tengah.
Sejak satu bulan terakhir, maksimal hanya bisa memenuhi pesanan sebanyak 10 kodi atau meningkat dua kali lipat dibandingkan hari-hari biasa.
Pasalnya, seorang perajin yang sudah berpengalaman hanya mampu menyelesaikan maksimal dua buah sarung dalam sehari.
“Rata-rata para penenun sudah lanjut usia sementara proses regenerasinya sangat sulit karena para pemuda kurang menyukai bidang ini”. Ujar Antoni.
Sarung tenun sutera hasil produksi perajin di sentra perajin tenun di kota gresik, dijual dengan harga bervariatif mulai dari 125 ribu hingga 500 ribu rupiah, per lembar.
Sedangkan, corak khas sarung tenun yakni warnanya timbul, dengan corak beragam diantaranya corak kembang, garis-garis, gunung-gunungan, hingga corak laut biru.