(Lamongan-86) Hari Raya Ketupat, ratusan warga di pesisir pantai utara Lamongan Jawa Timur (27/09/2009,) merayakannya dengan menggelar napak tilas pesta makan ketupat oleh Sunan Drajat saat menyambut tamu. Agar suasana semakin meriah, warga mengenakan pakaian adat Jawa tradisional.
Arak-arakan tersebut di ikuti ratusan warga yang ada di sekitar kawasan Wisata Tanjung Kodok kecamatan Paciran, Lamongan, yang terdiri dari ibu dan bapak-bapak. Dengan menggunakan pakaian adat, warga kemudian berjalan sambil membawa ketupat menuju kawasan wisata tanjung kodok, tempat Sunan Drajat dan Sunan Sendang Duwur menyambut tamu dari janda Mantingan, asal Rembang Jawa Tengah yang akan menyumbang kayu untuk pembangunan mushalla milik Sunan Sendang Duwur.
Arak-arakan juga di lengkapi dengan iringan musik jedor dan rebana yang di mainkan oleh kaum lelaki sambil melantunkan Shalawat Nabi.
Saat arak-arakan tiba tajung kodok, secara bersamaan, rombongan dari rembang juga tiba dengan mengendarai perahu, sambil membawa 99 kayu untuk di sumbangkan ke pembangunan mushalla Sunan Sendang Duwur.
Selanjutnya Sunan Drajat dan Sunan Sendang Duwur menyambut tamunya dengan hidangan ketupat dan lepet. 2 jenis makanan yang di lilit daun kelapa ini melambangkan larangan terhadap sejumlah perbuatan dosa yang di larang agama, serta anjuran mempererat persaudaraan antar umat Islam. “Semua yang di tampilkan dalam napak tilas ini adalah simbol penyebaran agama Islam”. Ujar Aris Wibawa, Direktur Utama Wisata Bahari Lamongan.
Menurut warga, tradisi arak-arakan ketupat ini, sudah berlangsung ratusan tahun, sejak masuknya islam ke wilayah Lamongan sekitar abad ke 15 yang di bawa Sunan Drajat.
Warga setempat, meng-istilahkan lebaran ketupat ini dengan kupatan, yang berarti mengaku lepat, atau mengakui kesalahan. Di harapkan, dengan tradisi ini, warga bisa menghayati makna kebersamaan yang tercermin dalam kekompakan selama meng-arak ketupat.
Bagi masyarakat muslim di Lamongan, tradisi hari raya ketupat, dilaksanakan setelah melaksanakan puasa sunnah 6 hari lamanya pasca Idul Fitri. Meski hanya merupakan tradisi lokal, namun, warga mengikuti prosesi arak-arakan ini dengan penuh khidmat. (86)