• Kamis, Maret 01, 2012
  • Administrator


KEFAMENANU, KOMPAS.com - Kehidupan berat yang harus dilalui para eks pengungsi Timor-timur yang memilih Indonesia sebagai Tanah Air, bukan baru pertama kali terdengar. Meninggalkan Timor Timur untuk kemudian mempertaruhkan nasib mereka di Indonesia pun bukanlah pilihan yang mudah bagi mereka. Tak ada jaminan bahwa hidup mereka akan lebih baik ketika sudah berada di wilayah Republik Indonesia.

Maria Elu misalnya. Janda berusia 49 tahun ini merupakan warga eks pengungsi asal Distrik Oekusi, Timor Leste, yang saat ini menetap di Kampung Pengungsian Naen, Kelurahan Tubuhue, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Sejak tahun 2006 lalu, ketika suaminya Yosep Kono meninggal dunia akibat terserang kanker ganas, Maria harus berjuang seorang diri menghidupi ketujuh anaknya.

Sehari-hari, Maria mendapatkan uang dengan bekerja sebagai tenaga pencuci, atau penggarap kebun. Pascamengungsi pada tahun 1999 silam, keluarga Maria memilih Indonesia sebagai negara mereka, ketimbang kampung asalnya yang kini menjadi negara Timor Leste. Sayang, hingga kini pilihan itu seperti tak berdampak bagi hidup mereka. Bahkan tercetus dari bibir Maria, sebagai warga negara Indonesia ia merasa ditelantarkan.

“Saya sepertinya tidak diperhatikan oleh Pemerintah. Buktinya, bantuan rumah murah dari Kementerian Perumahan Rakyat, saya tidak dikasih. Padahal orang seperti saya dengan kondisi rumah yang memprihatinkan ini seharusnya diprioritaskan,” kata Maria yang ditemui di rumahnya, Kamis (29/2/2012).

Rumah Maria memang hanya beratap ilalang dengan banyak bagian dinding yang reot. Itupun bukan rumah miliknya. Maria dan anak-anaknya menumpang dengan sang ibu, Filomena Kaunan (73). Usia tua menyebabkan Filomena kini pun menjadi tanggungan untuk Maria.

Maria yang hanya tamatan Sekolah Dasar mengaku bahwa panitia pembagian rumah murah di Desanya hanya memberikan bantuan kepada kenalan dan sanak saudara mereka sendiri. Meskipun kondisi rumah mereka tergolong lebih bagus. Maria berharap Kementerian Perumahan Rakyat untuk turun ke lapangan dan memeriksa pemanfaatan bantuan tersebut. Maria merasa ada yang direkayasa, bahkan dimanipulasi.

“Ini saatnya Pemerintah pusat harus turun ke tempat kami untuk memantau semua penggunaan termasuk anggaran agar keadilan bisa ada. Karena bukan hanya saya yang tidak dapat bantuan, tetapi masih banyak lagi,” keluh Maria.

Terkait dengan keluhan Maria tersebut, secara terpisah Lurah Tubuhue, Kristanto Akoit, Kamis (1/3/2012), mengakui, masih banyak warga di kelurahan Tubuhue yang membutuhkan bantuan rumah layak huni. "Kami dari pihak kelurahan sudah mengupayakan untuk mengusulkan hal ini ke Pemerintah, baik di daerah maupun pusat melalui Musrembang maupun secara langsung kepada dinas terkait," jawab Kristanto.

Kristanto mengatakan, pada prinsipnya pembangunan rumah layak huni memang dilakukan secara bertahap. "Masih banyak juga warga masyarakat yang tentunya bukan hanya di Kelurahan Tubuhue membutuhkan bantuan dan diperhatikan Pemerintah," katanya lagi. "Sedangkan, menyangkut bantuan rumah yang telah diterima dan perlu diaudit, saya sebagai Lurah Tubuhue tentunya juga akan mendukung, sehingga tata pemerintahan yang baik dapat terwujud,” sambungnya.
JAKARTA, KOMPAS.com -- Ustadz kondang Yusuf Mansyur menyempatkan diri menonton film adaptasi dari novel karya Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara. Film tersebut, dari awal hingga akhir, membuat Yusuf merinding.

"Dari awal sampai akhir film saya merinding. Wuih... bagus banget deh film ini," puji Yusuf ketika diwawancara di Pacific Place, Jakarta, Rabu (29/2/2012) malam.

Ustadz sekaligus pempimpin pesantren Daarul Quran Bulak Santri, Cipondoh, Tangerang, ini menilai alur cerita dalam film Negeri 5 Menara dibuat senatural mungkin. Kehidupan pesantren dibingkai secara apik dan nyata oleh sang sutradara, Affandi Abdul Rachman.

Pendakwah yang dikenal dengan pengajian Wisata Hati ini berharap para penonton film Negeri 5 Menara bisa merasakan semangat yang ia rasakan ketika menonton film itu. "Ini termasuk film yang saya senang banget. Ada semangat dan impian, Indonesia sudah kehilangan itu,” tambahnya.

Film itu juga dibintangi oleh, sebut saja, Lulu Tobing, Ikang Fawzi, David Chalik, Donny Alamsyah, Andhika Pratama, serta sejumlah pemain baru, dengan akting yang menuai banyak pujian. Negeri 5 Menara mulai diputar di gedung-gedung biosop pada Kamis ini (1/3/2012).
  • Kamis, Maret 01, 2012
  • Administrator
BAGI Anda yang kerap menggunakan komputer dalam jangka waktu lama. Ada baiknya Anda perhatikan informasi penting berikut ini, seperti yang dikutip dari Boldsky. Jangan sampai penggunaan perangkat elektronik yang satu ini menyumbangkan bahaya bagi kesehatan meski keberadaannya kian dibutuhkan.

1. Berlama-lama duduk di depan komputer apalagi dengan posisi yang tidak tepat akan memicu cepat kelelahan, nyeri dan pegal pada bahu, leher, maupun pinggang.

2. Kecenderungan membungkuk menyebabkan gangguan pada bentuk postur tubuh. Hal yang lebih berbahaya lainnya yaitu, tulang belakang melengkung ke depan sehingga membentuk mirip huruf C, karena tekanan saat membungkuk yang berlebihan.

3. Jika Anda mengoperasikan komputer selama 8 jam perhari, dapat dipastikan mata akan terasa perih. Hal tersebut merupakan dampak dari penguapan air mata yang meningkat atau berkurangnya produksi air mata akibat lamanya menatap layar monitor.

4. Jari tangan akan kaku. Hal tersebut biasa disebut sebagai trigger finger yang merupakan kondisi akibat kondisi jari tangan yang menekuk dalam waktu yang lama, dan terkadang tidak dapat diluruskan secara spontan. Hal tersebut merupakan efek dari longgranya urat jari sehingga kehilangan fleksibilitas dan pada akhirnya akan membuat otot jari menjadi kaku. (*/OL-06)

sumber: mediaindonesia.com
Konsultasi
DALAM dunia kerja Anda tidak hanya bekerja secara individu. Di dalam pekerjaan, pastinya Anda membutuhkan orang lain sebagai rekan kerja. Namun masalah akan timbul ke permukaan jika rekan Anda merupakan seseorangyang tidak bisa diajak untuk bekerjasama. Berikut kiat untuk menghadapi rekan kerja egois:

1. Ajaklah ia untuk berbicara dari hati ke hati. Kemukakan keluhan Anda perihal cara kerjanya.

2. Berbicaralah dengan bahasa yang halus. Dengan begitu rekan kerja Anda akan mengetahui kesalahannya tanpa merasa digurui.

3. Diskusikan apa yang menjadi kesulitan saat bekerja. Dari langkah tersebut akan ditemukan apa yang menjadi kendala mengapa rekan kerja Anda egois.

4. Jika hal-hal di atas tidak juga membuatnya berubah menjadi lebih baik, Anda berhak untuk mendiskusikannya kepada atasan Anda. Hal tersebut bukan untuk menjatuhkan rekan kerja, namun untuk kelangsungan produktivitas pekerjaan itu sendiri. Tidak mau kan merasa dirugikan karena salah satu rekan kerja yang egois? (*/OL-06)

sumber: mediaindonesia.com

BTemplates.com

Categories

Kamera CCTV Palembang

Popular Posts

Blog Archive