• Rabu, Mei 27, 2009
  • Administrator


Ratusan warga di Gresik Jawa Timur Rabu siang (27/05/2009), berunjuk rasa di depan Kantor DPRD setempat, menuntut penghentian proyek pembangunan pipa gas PT Petrokimia. Aksi demo ini, dilakukan sekitar seratus orang warga, yang menamakan diri, Aliansi Warga Desa Yosowilangun Kecamatan Manyar.

Dengan membentangkan puluhan poster berisi kecaman terhadap PT Petrokimia gresik, para pendemo yang didominasi kaum perempuan, melakukan orasi secara bergantian.

Dalam orasinya, warga menolak proyek pembangunan pipanisasi gas dari Sumur Lengowangi Satu di desa setempat, yang melintasi lingkungan sekitar rumah warga, karena dinilai membahayakan keselamatan warga. Mereka juga mendesak dprd gresik, menghentikan aktivitas pipanisasi di lokasi proyek sekarang juga, hingga PT Petrokimia melakukan pembangunan sesuai peraturan.

Menurut warga, dokumen amdal yang di kantongi PT Petrokimia tidak melallui proses yang benar karena warga tidak pernah di mintai persetujuan oleh siapa pun. Apalagi, teknik pipanisasi tidak mengacu pada pipe welding yang benar hingga mengganggu ketentraman warga.

Sementara itu, sekretaris perusahan PT Petrokimia Gresik, Basyarudin Hutasoit, mengatakan proyek pembangunan pipanisasi gas, sangat di perlukan, untuk mengatasi kendala pasokan gas dalam pengadaan pupuk.

Menurut Basyarudin, pembangunan pipa sudah sesuai peraturan yang berlaku dan telah mendapat ijin Pemda dan BP Migas, termasuk melakukan sosialisasi terhadap warga.

“Sosialisasi kita lakukan sejak 2008 sebanyak kurang lebih 7 kali” Ujar Basyarudin Hutasoit.

Kebutuhan gas PT Petrokimia, tambah Basyarudin, sudah sangat mendesak untuk menjamin ketersedian pupuk nasional, dan mendukung program swasembada pangan.

sesuai kebutuhan, suplai gas yang dibutuhkan PT Petrokimia gresik mencapai 60 metric milian standard cubik feet per day atau MMSCFD. Tetapi baru terealisasi sebesar 50 MMSCFD per hari. Karena itu, Petrokmia harus mengamankan pasokan gas sebesar 5 MMSCFD dari lapangan petrochina lengowangi, gresik.

proyek pipanisasi gas 8 inchi sepanjang 4,8 kilometer, membentang dari sumur Lengowangi di desa Suci, menuju pabrik PT Petrokimia gresik, sehingga melintasi di kawasan sekitar pemukiman warga.

Aksi warga ini bukanlah yang pertama kali di lakukan. sebelumnya, warga pernah menghentikan paksa pembangunan pipa, dan menutup kembali galian tanah.

Meski tidak mendapat jawaban memuaskan dari anggota dprd yang menemui warga. pengunjuk rasa mengancam akan kembali melakukan aksi serupa hingga tuntutannya di penuhi.


  • Rabu, Mei 27, 2009
  • Administrator


Pawai Budaya dalam perayaan Hari Jadi Lamongan (HJL) ke 440 tahun ini berlangsung dengan tampilan berbeda. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pawai yang mengambil start di depan Pendopo Lokatantra setempat kali ini dibuka dengan sajian drama tari kolosal yang mengambil kisah lintasan sejarah Lamongan, Rabu (27,5).

Drama tari yang dibawakan sejumlah 80 mahasiswa asal Lamongan di sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya itu mengisahkan sejarah Kabupaten Lamongan dalam tiga babak utama. Mulai dari era Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Demak Bintoro hingga diwisudanya Rangga Hadi sebagai Adipati pertama Lamongan.

Babak pertama mengisahkan era Kerajaan Majapahit di Lamongan yang ditandai dengan adanya Prasasti Bululuk (sekarang Bluluk). Prasasti ini menegaskan bahwa daerah yang bernama Bululuk adalah bumi mardikan. Yakni bumi yang masyarakatnya dibebaskan dari tarikan pajak oleh Kerajaan Majapahit. Kecamatan Bluluk merupakan salah satu wilayah yang dahulu menjadi bagian dari Majapahit.

Kemudian babak kedua beralih pada masa berkembangnya agama Islam di era Kerajaan Pajang hingga Kerajaan Demak Bintoro. Pada era inilah bangsa Portugis datang untuk menjajah sehingga pecah perang melawan Kerajaan Demak Bintoro Pada babak ini para penari menggambarkannya dengan Tari Kuntulan yang kental dengan budaya Islam.

Drama tari itu kemudian ditutup dengan babak diwisudanya Rangga Hadi, pemuda asal Dusun Cancing (Ngimbang) menjadi adipati pertama Lamongan dengan dengan gelar Tumenggung Surajaya oleh Sunan Giri IV dari Mapel (Gresik). Pelantikan Rangga Hadi pada 10 Dzulhijah atau 26 Mei 1569 masehi yang bertepatan dengan Hari Idul Adha tersebut sebagai bagian dari strategi untuk menangkal masuknya Portugis.

Selain menampilkan sejarah berdirinya kabupaten Lamongan, pawai budaya ini juga menampilkan sejumlah budaya dan seni asli Lamongan.

Jaran Jinggo misalnya, menonjolkan ketrampilan seeokor kuda dalam mengikuti istruksi pawangnya. Seni khas kecamatan Solokuro ini terancam punah karena generasi muda enggan untuk melestarikannya. Jaran Jinggo sendiri dulu dipentaskan pada acara hajatan seperti pengantin dan sunatan.

Dalam pawai budaya yang diikuti dari 27 kecamatan di Lamongan dengan menampilkan 34 sajian budaya tersebut, Bupati Lamongan Masfuk dengan Wakil Bupati Tsalits Fahami serta Ketua DPRD Makin Abbas bersama isteri turut dalam kemeriahan itu. Mereka berpakaian lengkap ala raja dan permaisuri jawa. Sementara Sekkab Fadeli dan pejabat lainnya berpakaian adapt khas jawa timuran lengkap.

Dalam sambutannya, Masfuk sampaikan apresiasinya atas gelaran pawai budaya yang tampilkan berbagai kesenian yang bersumber dari nilai-nilai budaya lokal. Gelaran budaya seperti itu, lanjut Masfuk, penting untuk kembangnya budaya lokal seiring dengan tumbunya wisata di Lamongan. Dia berharap, budaya lokal yang ditampilkan itu mampu menarik animo generasi muda agar mampu pertahankan dan kembangkan budaya lokal Lamongan. “Dimasa mendatang saya berharap akan muncul seni-seni baru dari budaya lokal Lamongan, “ kata dia.

BTemplates.com

Categories

Kamera CCTV Palembang

Popular Posts

Blog Archive