Sekilas, gelas-gelas yang terpajang di rumah Artika Sawita di Perum Fajar Indah kota Solo tersebut memang tidak berbeda jauh dengan gelas yang selama ini di pakai di rumah. Namun, setelah di perhatikan lebih seksama, gelas-gelas tersebut ternyata bermotif batik khas Solo, mulai dari motif parang, sidomukti dan sebagainya.
Kreasi ini muncul dari kegilaan Artika Sawita terhadap motif-motif batik khas Solo dan keinginannya mensosialisasikan motif-motif tersebut melalui barang-barang yang setiap hari di gunakan orang.
Berbekal canting dan cat khusus yang didatangkannya dari Belanda, satu demi satu benda pecah belah berbahan kaca pun mulai dibatiknya. Hanya dengan bermodalkan peralatan dan bahan sederhana, ditambah sedikit bakat seni, semua media kaca itu tersulap menjadi lebih indah.
Selain gelas, barang yang di batik meliputi piring, cangkir, toples hingga botol-botol bekas yang dirangkainya menjadi lampu duduk yang sangat indah.
proses pembuatannya tentu saja tidak berbeda dengan batik kain atau kayu, yaitu dilakukan dengan cara melukis langsung motif batik di atas barang yang diinginkan.
Hanya saja, pembatikan di atas gelas atau piring tidak menggunakan lilin sebagai perekat cat, sehingga, tidak terlihat ada kompor kecil dan wajan sebagai alat pelengkap.
Dibanding batik kain atau kayu, proses pembuatan gelas batik tergolong lebih banyak memakan waktu, karena, pemberian motif atau finishing hanya bisa dilakukan setelah tiga jam setelah cat benar-benar kering.
Karena keunikannya, sejak memulai usahanya enam bulan lalu, barang pecah belah bermotif batik ini langsung mendapat sambutan antusias masyarakat. Tak hanya dari dalam negeri, pesanan juga datang dari berbagai negara seperti Italia, Brunei dan Malaysia. Apalagi, harga jualnya tergolong cukup murah dan terjangkau, yakni berkisar antara Tiga Ratus Ribu hingga Satu Juta Rupiah untuk satu set.
Produk seni kreatif tersebut selain cocok untuk mempercantik rumah juga cocok sebagai kado ulang tahun, kado pernikahan, parcel, koleksi, atau suvenir khas Solo. “banyak kegunanaanya, tergantung selera saja”, ujar Artika.
Menurut artika, omset penjualan produknya menjadi makin terdongkrak, setelah unesco menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia. Dengan pengakuan ini, orang di luar negeri menjadi semakin tahu tentang batik dan terus mencari barang-barang yang terkait dengan budaya asli Indonesia tersebut.
Berbekal peluang ini, artika mampu meraup keuntungan hingga jutaan rupiah per bulan. Dengan keuletannya ini justru bisa mendatangkan keuntungan yang menjanjikan.