• Rabu, Desember 07, 2011
  • Administrator
Cara Mengisi Pulsa Listrik Prabayar | Voucher Token Listrik - Sudah sebulan ini listrik di rumah saya dimigrasi ke sistem prabayar. Mungkin lingkungan saya merupakan kawasan pengguna listrik prabayar pertama di Madiun, karena merupakan pilot project.


Image and video hosting by TinyPic



Sebelum dimigrasi, meteran listrik diganti dengan meteran baru yang bentuknya sepintas mirip telepon rumah. Ketika sudah ready, listrik diisi pulsa senilai Rp 20.000 (30 Kwh).



Pulsa segitu tadi sekitar tiga minggu habis. Jika pulsanya habis, listrik secara otomatis putus dan lampu-lampu pun pet. Jika dihitung-hitung, pengeluarannya jauh lebih hemat. Sebab, biasanya dalam sebulan rekening listrik di rumah saya rata-rata sebanyak Rp 80 ribu.



Cara mengisi pulsa listrik prabayar:



1. Beli voucher token di loket penjualan (kantor pos, bank atau loket lain yang ditunjuk) dengan membawa kartu identitas penggunaan listrik prabayar (bentuk dan tampilannya mirip kartu ATM). Anda akan mendapatkan 20 digit di struk pembelian token.


2. Input 20 digit nomor token tadi di meter prabayar melalui keypad yang ada di situ.


3. Meter prabayar akan mengecek dan jika nomor token valid, layar meter menunjukkan nilai kwh sesuai yang dibeli. Dan, pulsa pun bertambah, atau jika listrik mat karena pulsa habis, langsung menyala.
  • Rabu, Desember 07, 2011
  • Administrator
ELBARAKA KALIGRAFI ( pengrajin kaligrafi jarum dan benang )



* Katakanlah : " Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih 
baik untuk orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun ".
(Surat An Nissa' ayat 77).

Seseorang dikatakan hidup tatkala masih ada rohnya. Roh inilah yang berfungsi
sebagai power atau kekuatan bagi setiap manusia yang normal/sehat, sehingga
berfungsi semua organ-organ tubuh manusia. Selain roh manusia dilengkapi panca
indera dan akal budi. Dengan karunia Allah SWT ini manusia dalam hidupnya
diberi kebebasan menentukan pilihan hidup atau masa depannya.

Disamping kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT, juga manusia diberikan titik
lemah. Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dibantah, bahwa manusia itu
mengerti apa yang baik dan apa yang buruk, dan dia dapat membedakan antara
keduanya. Dan pengertian ini diperoleh bukan melalui suatu pengalaman tetapi
telah ada padanya sebelum dia mengalami. Jadi pengetahuan ini diberikan oleh
Allah SWT sejak masih dalam kandungan agar manusia dalam perjalanan hidupnya
tidak tersesat.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat As Syam, ayat 7 - 8 : " Demi jiwa
manusia dan yang menjadikannya (Allah SWT) diilhamkan oleh Allah SWT kepadanya
mana yang buruk dan mana yang baik ".

Bentuk kasih sayang Allah SWT yang dicurahkan kepada umat manusia, adalah
diturunkan Para Nabi/Rosul sebagai penuntun ke jalan yang benar. Manusia dengan
akal budinya dengan dibimbing para Rosul yang diturunkan dari zaman ke zaman
adalah tidak lain untuk mewujudkan hidup yang hakiki, yaitu suatu kehidupan
yang sesuai dengan kehendak dan keinginan Sang Pencipta, Allah SWT. Sehingga
dia baik di dunia maupun di Akhirat senantiasa mendapatkan keberuntungan.
Sebagaimana yang digambarkan di dalam Al-Qur'an, Surat Al-Fajr ayat 27 - 30 : "
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu, dengan hati ridho lagi
diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke
dalam surga-Ku. "

Kehidupan yang hakiki adalah, kehidupan yang mengutamakan ridho Allah SWT, dari
waktu ke waktu, perpindahan dari suatu tempat yang satu dengan yang lainnya
selalu dalam taburan ridho Allah SWT. Agar dalam setiap saat tidak terjadi
kekecewaan dan penyesalan sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an, Surat
Munafiquun, ayat 10 : " Salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata : Ya
Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang
dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang
sholeh ".

Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan yang diridhoi Allah SWT, manusia tidak
dapat mengetahuinya lewat akal budinya karena keterbatasannya. Maka untuk
mengetahui hal ini tidak ada jalan lain kecuali melalui proses pendidikan. Baik
formal, informal maupun non formal. Sehingga dia menjadi bijak dalam menyikapi
kehidupannya maupun memilih yang terbaik dalam setiap silih bergantinya ujian
dari Allah SWT. Tanpa ihtiar dan bersusah payah dalam kehidupan maka hikmah
kehidupan tidak akan diperolah oleh siapapun, karena sejatinya segala sesuatu
yang ada di dunia memperolehnya harus dengan usaha. Dari proses pencarian
inilah Insya Allah akan memberikan kebijakan sehingga kita dapat menyikapi
kehidupan ini secara benar dengan belajar pengalaman masa lalu sebagaimana yang
telah dialami oleh Iblis dan Nabiyullah Adam AS. yang diriwayatkan Muhammad
Ibnu Dauri dari Imam Baihaqi : Bahwa Iblis itu, celaka karena Lima hal : "
Tidak suka mengakui dosa, tidak pernah menyesal, tidak pernah mencela dirinya,
tidak punya niat untuk bertobat, putus asa dari pada rahmat Allah SWT ".
Nabi Adam bahagia karena Lima hal : " Suka mengakui dosanya, Menyesali dosanya,
Mencela dirinya sendiri, Segera bertobat, Tidak putus asa dari rahmat Allah SWT
". (HR. Baihaqi)

Untuk meningkatkan kebijakan agar lebih faham terhadap permasalahan kehidupan
sebagian besar ulama menasihatkan terhadap Lima hal yaitu :
Pertama, Berpikir mengenal tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT,
sehingga lahir tauhid dari keyakinan kepada Allah SWT.
Kedua, Berpikir mengenal kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah SWT berikan,
sehingga lahir rasa cinta dan syukur kepada Allah SWT.
Ketiga, Berpikir tentang janji-janji Allah SWT, sehingga lahir rasa cinta
kepada akhirat.
Keempat, Berpikir tentang ancaman Allah SWT, sehingga lahir rasa takut kepada
Allah SWT.
Kelima, Berpikir tentang sejauhmana ketaatannya kepada Allah SWT, padalah Allah
SWT selalu berbuat baik kepadanya, sehingga lahir kegairahan dalam beribadah.
Selanjutnya, Syeh Abdul Qodir Jaelani berkata : setiap mukmin harus senantiasa
dalam Tiga keadaan :
a. Melaksanakan perintah Allah SWT.
b. Menjauhi larangan Allah SWT.
c. Rela terhadap Qodha dan Qodhar Allah SWT.

Inilah makna hidup yang Hakiki setiap muslim selalu waspada dalam setiap saat
untuk menggapai ridho Ilahy, menebar rahmat dan mengekang hawa nafsu. Semoga
kita semua bisa istiqomah, aamiin.

Sumber : Renungan Jum'at / Edisi : 08/I/2008 (DISBINTALAD)

  • Rabu, Desember 07, 2011
  • Administrator
ELBARAKA KALIGRAFI ( pengrajin kaligrafi jarum dan benang )




Ada masalah pasti ada penyelesaiannya, tahu tidak sobat,didalam Q.S Ath-Thalaq (65) : 7 Allah mengatakan :
"Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan (kesusahan)"
Tidak ada penderitaan dalam hidup ini, kecuali orang yang membuat dirinya sendiri menderita.Tidak ada
kesulitan sebesar dan seberat apa pun di dunia ini, kecuali hasil dari buah pikirannya sendiri. Terserah kita, mau dibawa ke mana kehidupan ini. Mau dibawa sulit, niscaya segalanya akan menjadi sulit. Jika kita memilih jalan ini, maka silahkan, persulit saja pikiran ini. Mau dibawa rumit pastilah hidup ini akan senantiasa terasa rumit. Perumitlah terus pikiran kita bila memang jalan ini yang paling disukai. Toh, semua akan tampak hasilnya dan, tidak bisa tidak, hanya kita sendiri yang harus merasakan dan menaggung akibatnya.

Akan tetapi, sekiranya kehidupan yang terasa sempit menghimpit hendak dibuat menjadi lapang, segala yang tampak rumit berbelit hendaknya dibuat menjadi sederhana, dan segala yang kelihatannya buram, kelabu, bahkan pekat gulita, hendaknya dibuat menjadi bening dan terang benderang, maka cobalah rasakan dampaknya.

Ternyata dunia ini tidak lagi tampak mengkerut, sempit menghimpit, dan carut marut. Memandang kehidupan ini terasa seperti berdiri di puncak menara lalu menatap langit biru nan luas membentang bertaburkan bintang gemintang, dengan semburat cahaya rembulan yang lembut menebar, menjadikan segalanya tampak lebih indah, lebih lapang, dan amat mengesankan. Allahu Akbar!

Memang,
"Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang berbuat zalim terhadap diri mereka sendiri" (QS Yunus [11]:44).

Padahal Dia telah tegas-tegas memberikan jaminan melalui firman-Nya,
"Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan (kesusahan)" (QS ath-Thalaq [65]:7).

Kendalikan Suasana Hati
Kuncinya ternyata terletak pada keterampilan kita dalam mengendalikan suasana hati. Bagaimana caranya? Salah satu cara yang paling efektif adalah, manakala berhubungan dengan sesama manusia, jangan sekali-kali kita sibuk mengingat-ingat kata-katanya yang pernah terdengar menyakitkan. Jangan pula kita sibuk membayangkan raut mukanya yang sedang marah dan sinis, yang pernah dilakukannya di hari-hari yang telah lalu.

Begitu hati dan pikiran kita mulai tergelincir ke dalam perasaan seperti itu, cepat-cepatlah kendalikan. Segera, alihkan suasana hati ini dengan cara mengenang segala kebaikan yang pernah dilakukannya terhadap kita, sekecil apa pun. Ingat-ingatlah ketika ia pernah tersenyum kepada kita. Kenanglah jabat tangannya yang begitu tulus atau rangkulannya yang begitu penuh persahabatan. Atau, bukankah tempo hari ia pernah menawarkan makan bersamamu atau menawarkan kebaik-kebaik padamu.

Pendek kata, ingat-ingatlah hanya hal-hal yang baik-baiknya saja, yang dulu pernah ia lakukan, seraya memupus sama sekali dari memori pikiran kita segala keburukan yang mungkin pernah ia perbuat.

Allah Azza wa Jalla sungguh Maha Kuasa membolak-balikkan hati hamba-hamba-Nya. Kita akan kaget sendiri ketika mendapati hasilnya. Betapa cepatnya hal ini berubah justru sesudah kita berjuang untuk mengubah segala sesuatu yang buruk menjadi tampak baik.

Bertambah dewasa ternyata tidak cukup hanya dengan bertambahnya umur, ilmu, ataupun pangkat dan kedudukan. Kita bertambah dewasa justru ketika mampu mengenali hati dan mengendalikannya dengan baik. Inilah sesungguhnya kunci bagi terkuaknya ketenangan batin.

Suatu ketika kita dilanda asmara, misalnya. Kalaulah tidak pernah mau bertanya kepada diri sendiri, maka akan habislah kita diterjang oleh gelinjang hawa nafsu. Demikian juga kalau kita sedang diliputi gejolak amarah. Sekiranya tidak pernah mau mengendalikan hati, akan celakalah kita dibuatnya karena akan menjadi orang yang berlaku aniaya terhadap orang lain.

Oleh sebab itu, kita harus benar-benar memiliki waktu dan kesungguhan untuk bisa memperhatikan segala gerak-gerik dan perilaku hati ini. Jangan-jangan kita sudah tergelincir menjadi sombong tanpa kita sadari. Jangan-jangan kita sudah memusnahkan pahala amal-amal yang pernah dilakukan tanpa kita sadari. Jangan-jangan kita sudah termasuk orang yang gemar berlaku zalim terhadap orang lain tanpa kita sadari. Apabila ini terjadi, maka apalagi kekayaan yang bisa menjadi bekal kepulangan kita ke akhirat nanti? Bukankah segala amal yang kita perbuat itu-adakah ia tergolong amal salih atau amal salah-justru tergantung pada kalbu ini?

Kita pergi berjuang, berperang melawan keangkaramurkaan, berkuah peluh bersimbah darah. Tetapi, sepanjang bertempur hati menjadi riya, ingin dipuji dan disebut pahlawan;tidakkah disadari bahwa amalan seperti ini di sisi Allah kering nilainya, tidak ada harganya sama sekali?

Menjadi mubaligh, berceramah menyampaikan ajaran Islam. Didengar oleh ratusan bahkan ribuan orang. Pergi jauh ke berbagai tempat, menghabiskan sekian banyak waktu dan menguras tenaga serta pikiran. Namun, sama sekali tidak akan ada harganya di sisi Allah kalau hati tidak ikhlas. Sekadar ingin dipuji dan dihormati, sehingga merasa diri paling mulia, atau bahkan lebih fatal lagi, karena motivasi sekadar untuk mendapat imbalan.

Begitu pula ketika kita berangkat haji, memakan waktu berpuluh hari dan menempuh jarak beribu kilometer. Tubuh pun terpanggang matahari yang membakar dan berdesak-desakan dengan berjuta-juta manusia. Tetapi, kalau tidak disertai niat karena Allah, sekadar ingin dipuji karena mendapat embel-embel titel haji, maka na'udzubillah, semua ini sama sekali tidak berharga di sisi Allah.

Mengapa pekerjaan yang telah ditebus dengan pengorbanan sedemikian besar malah membuahkan kesia-siaan? Ternyata sebab-musababnnya berpangkal pada kelalaian dan ketidakmampuan mengendalikan suasana hati. Sebab, sekali seseorang beramal disertai riya, ujub, atau sum'ah (sekadar mencari popularitas) , maka tidak bisa tidak, pikirannya hanya akan disibukkan oleh persoalan tentang bagaimana caranya agar manusia datang memujinya. Begitu pujian itu tidak datang, sertamerta hati pun dilanda sengsara. Bila sudah begini, kapankah lagi dapat diperoleh ketentraman hidup, selain sebaliknya, hari-harinya akan senantiasa digelayuti perasaan resah, gelisah, kecewa, dan sengsara?

Niat yang Ikhlas
Oleh karena itu, sekiranya kita belum mampu melakukan amal-amal yang besar, tidakkah lebih baik memelihara amal-amal yang mungkin tampak kecil dan sepele dengan cara terus-menerus menyempurnakan dan memelihara niat agar senantiasa ikhlas dan benar? Inilah yang justru akan dapat membuahkan ketenangan batin, sehingga insya Allah akan membuahkan pula suasana kehidupan yang sejuk, lapang, indah dan mengesankan.

Mudah-mudahan dengan kesanggupan kita menyempurnakan dan memelihara keikhlasan niat di hati tatkala mengerjakan amal-amal yang kecil tersebut, suatu saat Allah Azza wa Jalla berkenan mengkaruniakan kesanggupan untuk mampu ikhlas manakala datang masanya kita harus mengerjakan amal-amal yang lebih besar.

Besar atau kecil suatu amalan yang dikerjakan dalam hidup ini, sekiranya didasari hati yang ikhlas seraya diiringi niat dan cara yang benar, niscaya akan melahirkan sikap ihsan. Yakni, kita akan selalu merasakan kehadiran Allah dalam setiap gerak-gerik, sehingga dalam setiap denyut nadi ini, kita akan selalu teringat kepada-Nya.

Inilah suatu kondisi yang akan membuat hati selalu merasakan kesejukan dan ketentraman.
"Alaa bi dzikrillaahii tathma 'inul qulub" (QS ar-Ra'd[13]: 28), demikian Allah telah memberikan jaminan. Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram!

Demi Allah tidak ada pilihan lain. Kita harus senantiasa mewaspadai hati ini. Jangan sampai diam-diam membinasakan diri justru tanpa kita sadari. Sudah pahala yang didapat sedikit, hati pun tak bisa terkendalikan, sehingga semakin rusaklah nilai amal-amal kita dari waktu ke waktu. Na'udzubillaah!

Dengan demikian, selain kita terbiasa mandi untuk membersihkan jasad lahir, kita pun harus memiliki kesibukan untuk "memandikan" hati ini. Selain kita makan untuk mengenyangkan perut, kita pun harus "menyantap" sesuatu yang dapat membuat hati ini terisi. Selain kita berdandan untuk merapikan penampilan, kita pun harus sibuk "bersolek" merapikan hati kita. Dan selain kita rajin becermin untuk memperelok wajah, kita pun jangan lupa untuk rajin-rajin pula "becermin" untuk memperelok hati.

Semua ini tiada lain agar kita memiliki kemampuan untuk senatiasa menyelisik niat maupun perilaku buruk dan busuk yang, disadari ataupun tidak, mungkin pernah kita perbuat. Itu akan lebih menolong daripada kita sibuk mengintip-intip keburukan orang lain, yang berarti hanya menipu diri sendiri belaka dan sama sekali tidak akan mendatangkan ketenangan batin. Wallahu a'lam![]

(Nawwira Kifliyah; Sumber : Buku Meredam Gelisah Hati, MQS. )

  • Rabu, Desember 07, 2011
  • Administrator
Tips Cara Mengecilkan Perut Buncit setelah Melahirkan | Efektif dan Alami – Bagi sebagian wanita, perut buncit pasca melahirkan membuat kurang pede. Bagaimana cara mengecilkannya secara efektif dan alami?

Image and video hosting by TinyPic


Inilah beberapa tips yang saya dapat dari berbagai sumber.

1. Minum jamu

Ramuannya bisa diracik sendiri. Bahannya: beras 3 sendok makan, jahe sepotong, kunyit kecil, gula jawa 125 gram, asam jawa 1 sendok makan, garam, jeruk nipis 1 buah dan daun pandan secukupnya.


Proses selanjutnya: beras direndam sekitar 3 jam. Gula, kunyit, asam, jahe, dan daun pandan direbus dengan 3 gelas air, lalu disaring. Kencur, jahe, dan kunyit (yang diambil setelah direbus), digiling dengan beras.

Setelah halus, air rebusan itu dicampurkan pada gilingan rempah-rempah tadi sedikit demi sedikit. Saring dengan kain bersih. Lalu, peras jeruk nipis dan tambahkan garam secukupnya. Jika kurang manis bisa ditambahkan gula.


2. Senam

Angkat salah satu kaki bersamaan dengan mengangkat kepala dan bahu sambil tangan meraih kaki yang diangkat. Posisi telentang dengan kaki ditekuk dan tangan di dada. Angkat kepala hingga bahu sambil mengencangkan perut. Lakukan gerakan ini berulang-ulang.

Lanjutkan gerakan dengan mengangkat kepala dan punggung hingga posisi duduk, lalu turunkan perlahan-lahan posisi tidur terlentang. Angkat salah satu kaki 90 derajat, turunkan. Kakukan secara bergantian. Lanjutkan dengan mengangkat kaki, tahan dan kembali ke posisi sejajar.

BTemplates.com

Categories

Kamera CCTV Palembang

Popular Posts

Blog Archive