Biografi R.A Kartini Profil Foto Dan Biodata Lengkap. R.A (Raden Ajeng) Kartini merupakan sosok wanita pejuang yang pantang menyerah dalam memperjuangkan hak-hak wanita pribumi agar memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan layaknya laki-laki pada masa itu, sehingga bisa memiliki pemikiran maju seperti wanita-wanita eropa, karena di masanya kaum wanita berada pada status sosial yang rendah bahkan beliau sendiri hanya diperbolehkan sekolah sampai di ELS (Europese Lagere School) saat itu Kartini berusia 12 tahun dan sudah di pingit sambil menunggu untuk dikawinkan.
Menerima kenyataan itu R.A Kartini merasa sedih, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa dibawah tekanan tradisi yang berlaku saat itu, sehingga mau tidak mau ia harus tunduk pada aturan keluarga untuk tinggal dirumah. Namun Kartini dengan tekadnya yang kuat untuk maju tidak pernah surut. Kemudian untuk menghilangkan rasa sedihnya itu ia mengumpulkan buku-buku bacaan sehingga meski dalam pingitan dia tetap bisa belajar banyak dari buku-buku atau majalah yang ia kumpulkan.
Dari banyak membaca itulah wawasan Kartini makin berkembang dan menguasai banyak ilmu pengetahuan sehingga cita-citanya memperjuangkan hak-hak wanita makin terbuka, dan melalui membaca itu pula R.A Kartini mulai merasa kagum dan tertarik cara berpikir maju yang dimiliki wanita-wanita eropa kala itu,
Hal itu pula yang mendorong keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi semakin kuat, sampai pada akhirnya ia beinisiatif mendirikan taman pendidikan bagi kaum wanita yang diawali dengan mengumpulkan teman-temannya sendiri untuk diajarkan baca tulis
Raden Ajeng Kartni merupakan Putri dari keluarga priyayi sekelas Bangsawan Jawa, Lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah, ia adalah putri dari bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan masih ada pertalian nasab dengan Hamengkubuwana VI Kesultanan Yogyakarta. Kartini anak dari istri pertamanya bernama M.A. Ngasirah putri pasangan Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono yang dikenal sebagai guru agama di Telukawur, Jepara.
Sebelum menjadi Bupati Ayah Kartini adalah seorang wedana atau pimpinan wilayah administrasi yang berada dibawah kekeuasaan pemerintahan kabupaten tapi diatas kecamatan. Jabatan ini berlaku pada masa Hindia Belanda namun setelah Indonesia merdeka Kewedanan ini sudah tidak berlaku, Kedudukan wedana pada waktu itu tidak berhak dalam pengambilan keputusan.
Untuk menjadi seorang bupati peraturan yang berlaku saat itu bahwa seorang bupati harus memiliki istri dari keluarga bangsawan, karena itu Ayah kartini memilih kawin lagi dengan putri bangsawan asli yaitu seorang putri keturunan langsung Raja Madura bernama Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), sedangkan Ibunda R.A Kartini sendiri bukan dari golongan bangsawan tinggi, untuk memenuhi persyaratan menjadi bupati kala itu Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat harsus menikahi wanita yang bertalian langsung dengan bangsawan.
Jadi R.A Kartini menurut wikipedia ia merupakan anak dari Ario Sosroningrat tapi bukan dari istri Utama karena istri utama menurut peraturan waktu itu bagi seorang bupati harus keturunan bangsawan berarti istri utama Ario Sosroningrat adalah Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), setelah mereka menikah kemudian Ario Sosroningrat diangkat menjadi bupati menggantikan mertuanya yaitu R.A.A. Tjitrowikromo yang merupakan ayah kandung dari R.A. Woerjan
Biodata R.A Kartni:
Nama Lengkap : Raden Ajeng Kartini
Tempat/Tgl. Lahir : Jepara 21 April 1879
Ayah : Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat
Ibu : M.A Ngasirah
Suami : K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak : Raden Mas Soesalit
Wafat : 17 september 1904
R.A Kartini menikah
Pada saat Raden Ajeng Kartini dalam pingitan dan tidak boleh keluar ia menghabiskan waktunya dengan membaca, sehingga membaca baginya menjadi kegemaran dan hobi. Dari sanalah ia kemudian berpikir untuk memajukan perempuan Indonesia, bisa baca tulis dan berpikiran maju dan memiliki ilmu seperti pada umumnya yang dimiliki perempuan-perempuan eropa saat itu.
Untuk mewujudkan impiannya itu kemudian kartini mengumpulkan teman-teman wanitanya kerabat, tetangga dll, untuk diajarkan baca tulis dan sejak saat itu ia mulai memiliki aktivitas dan kesibukan sebagai pengajar. Meski demikian Kartini tetap selalu membaca dan juga menulis untuk menambah wawasan dan pengetahuannya termasuk ia menulis surat surat kepada Mr.J.H Abendanon, yang berisi permohonan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.
Namun Beasiswa yang diterima Kartini tidak sempat ia manfaatkan karena ia harus menikahi laki-laki sesuai keinginan orang tuanya tepatnya pada 12 november 1903 (usia 24 tahun) dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat seorang bupati Rembang yang sebelumnya pernah memiliki 3 istri.
Meski sudah menikah Kartini tetap memperoleh kebebasan dan mendapat dukungan dari suaminya meneruskan cita-citanya memajukan perempuan indonesia dengan mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka
Dari pernikahannya itu R.A Karini dikaruniai putra bernama Raden Mas Soesalit yang lahir pada 13 september 1904 dan beberapa hari kemudian tepatnya 17 september 1904 R.A Kartini meninggal dunia pada usianya yang ke-25 dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Untuk mewujudkan kegigihan dari perjuangan yang dilakukan R.A Kartini kemudian pada tahun 1912 Yayasan Kartini Semarang yang didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis (Politik Balas Budi) mendirikan sekolah wanita di Yogyakarta, Malang, Madiun, Surabaya, Cirebon dan daerah lain di indonesia dan diberi nama 'Sekolah Kartini'
Itulah sekelumit cerita dan Biografi R.A Kartini yang selama ini kita kenal sebagai pejuang hak-hak kaum perempuan untuk memperoleh hak yang sama di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, karena itulah sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi sekaligus pejuang emansipasi wanita pada masa itu, maka setiap tanggal 21 April sering diperingati 'Hari Kartini' untuk mengenang perjuangannya.
Menerima kenyataan itu R.A Kartini merasa sedih, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa dibawah tekanan tradisi yang berlaku saat itu, sehingga mau tidak mau ia harus tunduk pada aturan keluarga untuk tinggal dirumah. Namun Kartini dengan tekadnya yang kuat untuk maju tidak pernah surut. Kemudian untuk menghilangkan rasa sedihnya itu ia mengumpulkan buku-buku bacaan sehingga meski dalam pingitan dia tetap bisa belajar banyak dari buku-buku atau majalah yang ia kumpulkan.
Dari banyak membaca itulah wawasan Kartini makin berkembang dan menguasai banyak ilmu pengetahuan sehingga cita-citanya memperjuangkan hak-hak wanita makin terbuka, dan melalui membaca itu pula R.A Kartini mulai merasa kagum dan tertarik cara berpikir maju yang dimiliki wanita-wanita eropa kala itu,
Hal itu pula yang mendorong keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi semakin kuat, sampai pada akhirnya ia beinisiatif mendirikan taman pendidikan bagi kaum wanita yang diawali dengan mengumpulkan teman-temannya sendiri untuk diajarkan baca tulis
Sisilah Keturunan R.A KartiniFoto R.A Kartini
Raden Ajeng Kartni merupakan Putri dari keluarga priyayi sekelas Bangsawan Jawa, Lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah, ia adalah putri dari bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan masih ada pertalian nasab dengan Hamengkubuwana VI Kesultanan Yogyakarta. Kartini anak dari istri pertamanya bernama M.A. Ngasirah putri pasangan Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono yang dikenal sebagai guru agama di Telukawur, Jepara.
Sebelum menjadi Bupati Ayah Kartini adalah seorang wedana atau pimpinan wilayah administrasi yang berada dibawah kekeuasaan pemerintahan kabupaten tapi diatas kecamatan. Jabatan ini berlaku pada masa Hindia Belanda namun setelah Indonesia merdeka Kewedanan ini sudah tidak berlaku, Kedudukan wedana pada waktu itu tidak berhak dalam pengambilan keputusan.
Untuk menjadi seorang bupati peraturan yang berlaku saat itu bahwa seorang bupati harus memiliki istri dari keluarga bangsawan, karena itu Ayah kartini memilih kawin lagi dengan putri bangsawan asli yaitu seorang putri keturunan langsung Raja Madura bernama Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), sedangkan Ibunda R.A Kartini sendiri bukan dari golongan bangsawan tinggi, untuk memenuhi persyaratan menjadi bupati kala itu Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat harsus menikahi wanita yang bertalian langsung dengan bangsawan.
Jadi R.A Kartini menurut wikipedia ia merupakan anak dari Ario Sosroningrat tapi bukan dari istri Utama karena istri utama menurut peraturan waktu itu bagi seorang bupati harus keturunan bangsawan berarti istri utama Ario Sosroningrat adalah Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), setelah mereka menikah kemudian Ario Sosroningrat diangkat menjadi bupati menggantikan mertuanya yaitu R.A.A. Tjitrowikromo yang merupakan ayah kandung dari R.A. Woerjan
Biodata R.A Kartni:
Nama Lengkap : Raden Ajeng Kartini
Tempat/Tgl. Lahir : Jepara 21 April 1879
Ayah : Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat
Ibu : M.A Ngasirah
Suami : K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak : Raden Mas Soesalit
Wafat : 17 september 1904
R.A Kartini menikah
Pada saat Raden Ajeng Kartini dalam pingitan dan tidak boleh keluar ia menghabiskan waktunya dengan membaca, sehingga membaca baginya menjadi kegemaran dan hobi. Dari sanalah ia kemudian berpikir untuk memajukan perempuan Indonesia, bisa baca tulis dan berpikiran maju dan memiliki ilmu seperti pada umumnya yang dimiliki perempuan-perempuan eropa saat itu.
Untuk mewujudkan impiannya itu kemudian kartini mengumpulkan teman-teman wanitanya kerabat, tetangga dll, untuk diajarkan baca tulis dan sejak saat itu ia mulai memiliki aktivitas dan kesibukan sebagai pengajar. Meski demikian Kartini tetap selalu membaca dan juga menulis untuk menambah wawasan dan pengetahuannya termasuk ia menulis surat surat kepada Mr.J.H Abendanon, yang berisi permohonan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.
Namun Beasiswa yang diterima Kartini tidak sempat ia manfaatkan karena ia harus menikahi laki-laki sesuai keinginan orang tuanya tepatnya pada 12 november 1903 (usia 24 tahun) dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat seorang bupati Rembang yang sebelumnya pernah memiliki 3 istri.
Meski sudah menikah Kartini tetap memperoleh kebebasan dan mendapat dukungan dari suaminya meneruskan cita-citanya memajukan perempuan indonesia dengan mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka
Dari pernikahannya itu R.A Karini dikaruniai putra bernama Raden Mas Soesalit yang lahir pada 13 september 1904 dan beberapa hari kemudian tepatnya 17 september 1904 R.A Kartini meninggal dunia pada usianya yang ke-25 dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Untuk mewujudkan kegigihan dari perjuangan yang dilakukan R.A Kartini kemudian pada tahun 1912 Yayasan Kartini Semarang yang didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis (Politik Balas Budi) mendirikan sekolah wanita di Yogyakarta, Malang, Madiun, Surabaya, Cirebon dan daerah lain di indonesia dan diberi nama 'Sekolah Kartini'
Itulah sekelumit cerita dan Biografi R.A Kartini yang selama ini kita kenal sebagai pejuang hak-hak kaum perempuan untuk memperoleh hak yang sama di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, karena itulah sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi sekaligus pejuang emansipasi wanita pada masa itu, maka setiap tanggal 21 April sering diperingati 'Hari Kartini' untuk mengenang perjuangannya.