Anak ajaib ini baru berusia 12 tahun ketika menguji teori relativitas Albert Einstein. Kini di usianya yang ke-13, Jacob Barnett, direkrut menjadi peneliti bayaran di Indiana University-Purdue University Indianapolis (IUPUI).
Bocah asal Hamilton County, Indiana, Amerika Serikat, ini membuat para profesor universitas terkejut karena kecerdasannya. Saat berusia 12 tahun, Jacob menguji teori relativitas Einstein dan merekam analisanya dalam memperluas teori tersebut.
Sang ibu Kristine Barnett, yang tidak yakin apakah anaknya benar-benar jenius, mengirimkan video Jacob tersebut kepada Institut for Advanced Study di Universitas Princeton, New Jersey. Jacob sendiri memiliki IQ 170, lebih tinggi dari yang dimiliki Einstein.
Profesor astrofisika dari Institut ini, Scott Tremaine mengonfirmasi keaslian teori Jacob. Dalam sebuah surat elektronik kepada keluarga, Tremaine menulis, “Aku terkesan akan ketertarikannya (Jacob) pada fisika dan matematika yang dia telah pelajari. Teori yang dia kerjakan merupakan soal yang paling sulit dalam astrofisika dan teori fisika. Siapapun yang bisa menyelesaikan soal ini merupakan calon peraih Penghargaan Nobel.” Demikian seperti disitat dari Daily Mail dan TIME, Selasa (29/3/2011).
Jacob memang anak ajaib. Sejak usia dini, dia didiagnosis sindrom Aspergers yang merupakan bentuk autis ringan. Saat usia dua tahun, orangtuanya khawatir karena Jacob tidak bicara dan curiga dia abnormal. Ketika Jacob tumbuh, barulah orangtuanya sadar akan kemampuan Jacob yang luar biasa.
Jacob bisa menggambar bentuk geometris yang kompleks dan melakukan penghitungan di atas kertas. Sebelumnya, dia menulis persamaan di jendela rumah. Bahkan pada usia tiga tahun, Jacob mampu membuat 5.000 potongan puzzle. Di usia yang sama, Jacob juga mampu mempelajari peta jalan negara, menandai setiap jalan raya dan mengingat awalan plat mobil.
Pada usia delapan tahun, Jacob meninggalkan SMU-nya dan menjadi siswa kelas astrofisika di Indiana University-Purdue University Indianapolis (IUPIU). Pada usia 12 tahun, Jacob belajar sendiri kalkulus, aljabar, geometri dan trigonometri dalam seminggu. Kini, dia memberikan les kepada teman sekelasnya. Profesornya, John Ross menyatakan penampilan Jacob di kelas sangat ‘mengesankan’.
“Ketika dia bertanya, dia selalu dua langkah lebih depan dari pengajarnya. Semua orang di kelas terdiam. Anak yang kasihan, dia duduk di barisan paling depan, dan mereka hanya dapat melihatnya. Dan dia akan menemui saya pada jam kerja dan mengajukan pertanyaan lebih rinci. Anak-anak seusianya biasanya mempunyai masalah dalam pecahan, dan dia justru membantu teman-temannya,” ujar Ross.
Menurut orang tuanya, Jacob mengalami gangguan tidur di malam hari karena terus melihat angka di kepalanya. Tapi daripada mengeluh, Jacob justru mengubah waktu tidurnya yang kurang hingga mampu membongkar Teori Big Bang. Selanjutnya, menurut Ross, Jacob akan meninggalkan kelasnya dan menjadi peneliti bayaran