“Kualitas DVD film tersebut sebenarnya tidak begitu bagus. Namun orang-orang tetap saja membelinya,” kata salah seorang pedagang DVD di Yangon, kepada kantor berita AFP, hari Jumat (3/2).
Beberapa pihak mengatakan peredaran film Aung Saan Suu Kyi di Yangon, meski dalam bentuk bajakan, bisa dikatakan salah satu tanda kemajuan di Burma.
Sebelumnya masyarakat bahkan tidak bisa berbicara terbuka tentang tokoh gerakan prodemokrasi yang meraih Hadiah Nobel Perdamaian tersebut.
Kini foto Aung San Suu Kyi sering menghiasi halaman depan koran dan majalah.
Poster Suu Kyi juga bebas dijual di berbagai sudut Yangon.
“Di masa lalu kita tidak bisa bebas menjual hal-hal yang berbau Aung San Suu Kyi,” kata pedagang di Yangon.
Ia menjelaskan seiring dengan kran keterbukaan yang perlahan-lahan dibuka pemerintah, orang-orang mulai berbicara tentang Aung Sang Suu Kyi, termasuk menjual DVD film tentang dirinya.
Namun ia masih was-was. “Kalau kami diperingatkan, kami tentu tidak berani menjual DVD ini,” katanya.
Perjuangan Aung San Suu Kyi mewujudkan demokrasi di Burma ditebus dengan biaya mahal. Suaminya meninggal di Inggris pada 1999 dan menjelang kematiannya, sang suami tidak diizinkan untuk menemuinya di Burma.
Film The Lady berkisah tentang perjalanan hidup Aung San Suu Kyi sejak kembali ke Burma pada 1988.
Partai yang ia pimpin menang pemilu pada 1990 namun rezim militer yang berkuasa menolak memberikan pengakuan. Yang terjadi kemudian adalah ia lebih banyak menghabiskan waktu menjalani tahanan rumah hingga akhir 2010.
Rezim militer menggelar pemilu pada November 2010 yang menghasilkan pemerintah sipil, meski sebagian besar dari mereka adalah para pensiunan jenderal.
Suu Kyi sendiri memprotes pemilu dan melancarkan boikot.
Pemerintah mengejutkan banyak pengamat ketika dalam beberapa bulan terakhir mengizinkan Suu Kyi kembali berpolitik, menandatangani perjanjian damai dengan etnik minoritas, dan membebaskan ratusan tahanan politik.
sumber: surya.co.id