Kecanduan orang akan perangkat serupa ponsel pintar ternyata lebih parah daripada yang disangka. Temuan ini dilaporkan dalam jurnal Personal and Ubiquitous Computing.
Antti Oulasvirta, peneliti senior di Helsinki Institute for Information Technology mengistilahkan ketergantungan tersebut sebagai "kebiasaan memeriksa". Katanya, "Orang berkali-kali memeriksa pesan, layar menu, berita, e-mail, dan aplikasi media sosial. Hal tersebut dipicu oleh situasi atau perilaku yang kemudian menjadi kebiasaan."
Para pecandu biasanya memeriksa peranti mereka selama kurang dari 30 detik, biasanya terdiri dari aktivitas membuka pengunci layar dan mengakses sebuah aplikasi. Aktivitas tersebut tidak dilakukan sembarangan, melainkan didasari alasan tertentu seperti membaca email saat bepergian atau membaca berita ketika bosan.
Laporan tersebut juga mengungkap bahwa kebiasaan memeriksa ini kemungkinan besar akan berkembang terus, seiring dengan makin banyaknya informasi yang ditautkan di smartphone. Sebagai contoh, ketika aplikasi buku telepon terhubung dengan informasi terkini tentang aktivitas orang yang ada di buku telepon, pengguna akan berulang kali memeriksa aplikasi tersebut.
"Yang kami prihatinkan adalah apabila orang terbiasa mengatasi rasa bosan dengan memeriksa telepon untuk mencari sesuatu yang menyenangkan, orang akan secara sistematis teralihkan dari hal-hal yang lebih penting di sekitar mereka," kata Oulasvirta.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan penggunaan ponsel pintar dengan berbagai hal yang kurang berisiko, seperti kecelakaan saat mengemudi dan ketidakseimbangan antara hidup dan kerja. "Sayangnya kebiasaan tidak mudah diubah," ujar Oulasvirta. (National Geographic Indonesia/Ni Ketut Susrini)
Antti Oulasvirta, peneliti senior di Helsinki Institute for Information Technology mengistilahkan ketergantungan tersebut sebagai "kebiasaan memeriksa". Katanya, "Orang berkali-kali memeriksa pesan, layar menu, berita, e-mail, dan aplikasi media sosial. Hal tersebut dipicu oleh situasi atau perilaku yang kemudian menjadi kebiasaan."
Para pecandu biasanya memeriksa peranti mereka selama kurang dari 30 detik, biasanya terdiri dari aktivitas membuka pengunci layar dan mengakses sebuah aplikasi. Aktivitas tersebut tidak dilakukan sembarangan, melainkan didasari alasan tertentu seperti membaca email saat bepergian atau membaca berita ketika bosan.
Laporan tersebut juga mengungkap bahwa kebiasaan memeriksa ini kemungkinan besar akan berkembang terus, seiring dengan makin banyaknya informasi yang ditautkan di smartphone. Sebagai contoh, ketika aplikasi buku telepon terhubung dengan informasi terkini tentang aktivitas orang yang ada di buku telepon, pengguna akan berulang kali memeriksa aplikasi tersebut.
"Yang kami prihatinkan adalah apabila orang terbiasa mengatasi rasa bosan dengan memeriksa telepon untuk mencari sesuatu yang menyenangkan, orang akan secara sistematis teralihkan dari hal-hal yang lebih penting di sekitar mereka," kata Oulasvirta.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan penggunaan ponsel pintar dengan berbagai hal yang kurang berisiko, seperti kecelakaan saat mengemudi dan ketidakseimbangan antara hidup dan kerja. "Sayangnya kebiasaan tidak mudah diubah," ujar Oulasvirta. (National Geographic Indonesia/Ni Ketut Susrini)