Seorang wanita berusia 45 tahun akhirnya lulus kuliah setelah 23 tahun harus kehilangan ingatan. Su Meck adalah mahasiswa jurusan musik di Montgomery College, Amerika Serikat. Dia mengambil program associate degree yang di Indonesia biasa disebut D-3.
Perjuangan Meck dimulai ketika dia amnesia pada 1988. Ketika itu, Meck yang berusia 22 tahun, sedang memasak di dapur.
Dia mengangkat putranya, Patrick, yang berusia enam bulan tinggi-tinggi. Saat itu, kipas yang ada di langit-langit rumah bergeser. Entah bagaimana, kipas itu jatuh dan menimpa kepala Meck.
Perjuangan Meck dimulai ketika dia amnesia pada 1988. Ketika itu, Meck yang berusia 22 tahun, sedang memasak di dapur.
Su Meck dalam upacara wisudanya |
Dia mengangkat putranya, Patrick, yang berusia enam bulan tinggi-tinggi. Saat itu, kipas yang ada di langit-langit rumah bergeser. Entah bagaimana, kipas itu jatuh dan menimpa kepala Meck.
Ingatannya hilang total. Meck koma selama seminggu, dan saat terbangun, mentalnya sama seperti anak kecil. Dia tidak mengenal suami dan kedua bayinya. Dia hampir tidak bisa berbicara, membaca atau menulis, berjalan atau makan, mengenakan pakaian, hingga menyetir.
Tes dengan MRI menunjukkan, otak Meck mengalami keretakan. Cedera ini membuatnya mengalami amnesia retrograde lengkap, ketidakmampuan untuk mengingat masa lalu. Suami Meck, Jim, menjelaskan, istrinya seperti orang mati. “Kepribadiannya hilang,” kata Jim.
Jim dan Meck bertemu lima tahun sebelumnya di Ohio Wesleyan University. Setelah Jim lulus, Meck meninggalkan kuliahnya, menikah, dan menetap di Fort Worth, di mana Jim bekerja. Sebelum kecelakaan, Meck merupakan pemain drum yang baik. Namun koma membuatnya kehilangan semua kenangan. Dia tidak tahu lagi kunci bermain drum atau piano. Teman dan orang yang dicintainya merupakan orang asing. Ketika disapa, Meck hanya membalas dengan tatapan kosong.
Meck meninggalkan rumah sakit setelah dua bulan. Dia bisa keluar setelah menyelesaikan serangkaian tes, seperti naik sepeda, menyiapkan makanan dan membaca buku anak-anak yang sederhana. Dia mendapat bantuan dari suaminya, kerabat dan teman. Tapi baginya, kembali ke kehidupan sebagai seorang istri dan ibu muda seperti terjun bebas.
“Saya selalu bertanya-tanya, Apa yang harus saya lakukan sekarang? Apa rencananya? Apa tujuannya? Apakah saya harus menjadi orang seperti dulu atau menjadi orang baru?” tanyanya.
Pada tahun pertama keluar dari rumah sakit, Meck tidak bisa berbicara melalui telepon. Dia berkomunikasi dengan keluarganya hanya melalui surat. Meck menulis surat dengan ejaan dan tulisan tangan seperti seorang anak kecil.
Selama bertahun-tahun, Meck hidup sebagai istri dan ibu. Dia pun belajar membaca dan menulis dari anak-anaknya. Dia menjadi relawan di perpustakaan sekolah sehingga bisa membaca. Dia belajar bersama dua putranya, Benjamin Meck (24 tahun) dan Patrick (23).
Pascakecelakaan, putra ketiganya, Kassidy (18) lahir. Sembilan belas tahun setelah kecelakaan, pada 2007, Meck sekolah lagi untuk pertama kalinya. Mengapa Meck kuliah? “Saya tidak benar-benar tahu apa yang akan saya lakukan. Dan Montgomery College ada di sana,” jelasnya.
Dia bertanya anak-anaknya apa yang harus dibawa ke kelas, bagaimana membuat catatan, bagaimana mengajukan pertanyaan dan menulis makalah. Kelas pertamanya adalah sosiologi, manajemen stres, dan perbaikan matematika.
Menurut Jim, Meck adalah pelajar yang lambat. Dia harus bersusah payah mengerjakan tugas, membaca bagian yang sulit terus menerus sehingga bisa mengingatnya. Setelah melalui perjuangan selama empat tahun, Meck akhirnya lulus. Setelah ini, Meck dan suaminya berencana pindah ke Massachusetts. Dia mengejar gelar sarjana dan mendaftarkan diri di Smith College.