 Merapi   merupakan gunung teraktif di dunia. Tiap kali akan Meletus Gunung   Merapi selalu mengeluarkan awan panas mematikan yang disebut Wedus   Gembel di Gunung Merapi. Oleh penduduk lokal awan itu disebut 'wedus   gembel' atau 'domba gimbal' karena bentuknya yang unik dan mempesona   bila dilihat dari jauh, tapi ketika berdekatan, ia bisa jadi malapetaka.   Dan kini, Wedus Gembel keluar dari Gunung Merapi, namun semoga saja   tidak membawa Malapetaka buat Warga disekitar Gunung Merapi.
Merapi   merupakan gunung teraktif di dunia. Tiap kali akan Meletus Gunung   Merapi selalu mengeluarkan awan panas mematikan yang disebut Wedus   Gembel di Gunung Merapi. Oleh penduduk lokal awan itu disebut 'wedus   gembel' atau 'domba gimbal' karena bentuknya yang unik dan mempesona   bila dilihat dari jauh, tapi ketika berdekatan, ia bisa jadi malapetaka.   Dan kini, Wedus Gembel keluar dari Gunung Merapi, namun semoga saja   tidak membawa Malapetaka buat Warga disekitar Gunung Merapi.Contoh   kedahsyatan wedus gembel, pada November 1994, terjangannya menewaskan   puluhan warga Turgo, Slema, hanya dalam hitungan detik. Awan bernama   ilmiah pyroclastic density flow juga membuat rumah-rumah rata dengan   tanah menjadi abu dalam sekejap.
Pada   1930-1931, Merapi meletus dengan tipe Plinian, menghasilkan aliran   lava, piroklastika, dan lahar hujan. Juga wedus gembel. Korbannya   mencapai 1.369 orang, jumlah yang sangat banyak untuk ukuran saat itu.
Apa sebenarnya wedus gembel?
Kepala   Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK)   Yogyakarta, Subandrio menyatakan, 'wedus gembel' tak lain adalah awan   panas yang berisi material-material muntahan Gunung Merapi saat meletus.
Batu-batu   dengan ukuran besar, kerikil dan juga abu yang menjadi satu dengas  gas,  bergerak ke perbukitan yang ada di sisi Gunung Merapi.
"Karena   gerakan dari muntahan Merapi tersebut tak teratur seakan akan  bergumpal  gumpal dan berwarna putih dan dari jarak jauh seperti bulu  wedus gembel  [domba gembel] maka warga setempat menamakannya 'wedus  gembel',"  katanya.
Suhu   wedus gembel di kawah Merapi bisa mencapai 1.000 derajat Celcius.   Ketika bergerak ke lereng Merapi sejauh empat kilometer, suhunya   berkurang menjadi 500 derajat. Apapun yang diterjangnya akan hancur dan   mati.
"Jika   wedus gembel itu melewati kawasan hutan maka hutan tersebut akan   terbakar. Begitu pula jika melewati kawasan penduduk maka akan membakar   dan merusak yang dilewatinya," jelas Subandrio.
Lalu bagaimana jika wedus gembel itu menerjang atau mengenai manusia?
Subandrio menyatakan, dengan suhu yang masih di atas 500 derajat Celcius maka jelas akan membakar sekujur tubuh korban.
"Untuk   mengantisipasi hal itu maka penduduk dan hewan peliharaan yang ada di   daerah berbahaya harus diungsikan manakala Gunung Merapi meletus,"   terangnya.
Subandrio   menegaskan bahwa wedus gembel atau awan panas tak hanya terjadi di   Merapi, melainkan pada semua gunung berapi jika sedang meletus.
"Ketika   gunung berapi meletus pasti mengeluarkan awan panas atau wedus gembel.   Gunung Merapi jika nantinya meletus juga dipastikan akan mengeluarkan   wedus gembel," tegasnya
Sementara,   Kabid Penanggulangan Bencana Badan Kesbanglinmas Sleman, Taufiq  Wahyudi  mengatakan, Pemkab Sleman pada tahun 2006 yang lalu telah  menyiapkan  tiga bungker yang berada di Kaliurang, Kali Adem dan Tunggul  Arum.
"Bungker   di Kali Adem bukan untuk perlindungan dari awan panas namun didesain   untuk perlindungan dari material gunung Merapi jika meletus. Sedangkan   bungker yang ada di Kaliurang dan Tunggul Arum untuk perlindungan dari   wedus gembel," terangnya
Untuk   bunker yang berada di kawasan Kali Adem sudah tidak lagi digunakan dan   hanya untuk tempat rekreasi dan tempat pembelajaran.
“Pada   bungker yang ada di Kali Adem inilah pada tahun 2006 yang ada dua   relawan tewas saat bungker tempat mereka berlindung tertutup oleh   metarial letusan gunung merapi,”paparnya
Toufiq   menambahkan pada setiap bungker yang didisain untuk perlindungan dari   awan panas dilengkapi dengan tabung oksigen sebanyak 10 tabung dan   setiap bungker mampu menampung 20 hingga 30 orang.
"Bungker   tersebut dibuat bukan untuk berlindung dalam kurun waktu yang lama,   karena untuk awan panas kejadian melintasnya dalam waktu yang cukup   singkat sehingga tidak perlu ada logistik seperti di pengungsian,"   tambah dia. 
 






 Rabu, Oktober 27, 2010
Rabu, Oktober 27, 2010 Administrator
Administrator

 
 
 
 
 
 
