Jakarta (ANTARA News) - Polemik di tubuh federasi sepak bola Indonesia dipastikan akan lebih panjang karena saat ini resmi berdiri dua kepengurusan yang terbentuk sama-sama melalui Kongres Luar Biasa (KLB).
Persatuan Sepabola Seluruh Indonesia (PSSI) pertama di bawah kepemimpinan Djohar Arifin Husin yang terpilih pada KLB Solo, 9 Juli 2011. Adapun PSSI versi Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI) diketuai La Nyalla Mattalitti resmi terbentuk pada KLB di Hotel Mercure Jakarta, Minggu.
Kedua federasi ini bahkan mempunyai kompetisi yang berbeda. Kompetisi PSSI Djohar Arifin Husin dengan Indonesia Premier League (IPL) yang dikelola PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS). Sedangkan, versi KPSI adalah Indonesia Super League (ISL) yang dikelola PT Liga Indonesia.
Terbentuknya PSSI versi KPSI ini berawal dari ketidakpuasan mayoritas anggota PSSI karena kepemimpinan Djohar Arifin Husin dinilai tidak menjalankan statuta, diantaranya masalah jumlah peserta kompetisi.
Sesuai dengan Kongres Bali, kompetisi tertinggi seharusnya ISL dengan jumlah 18 klub. Hanya saja kepengurusan Djohar Arifin Husini mengganti dengan IPL dengan peserta 24 klub. Enam diantaranya adalah klub yang dimasukkan bukan melalui mekanime promosi degradasi.
Selain itu, PSSI pimpinan Djohar juga menghentikan empat anggota Komite Eksekutif karena dinilai melakukan kesalahan organisasi, yaitu La Nyalla Mattalitti, Roberto Rouw, Erwin Dwi Budiawan dan Tony Apriliani.
Kondisi ini membuat mayoritas anggota PSSI melakukan mosi tidak kepada PSSI kepemimpinan Djohar Arifin Husin per 18 Desember 2011. Kemudian, Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) terbentuk, yang dipimpin oleh Tony Apriliani.
KPSI langsung bergerak cepat dengan melakukan Kongres Tahunan 22 Januari 2012, yang salah satu agendanya mempersiapkan KLB untuk memilih Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan Anggota Komite Eksekutif dengan membentuk Komite Pemilihan dan Komite Banding.
Setelah itu Komite Pemilihan yang dipimpin oleh Dhimam Abror Djuraid langsung melakukan tahapan pemilihan sesuai dengan statuta, dan terjaring 19 calon Ketua Umum, 20 Wakil Ketua Umum dan 40 calon anggota Komite Eksekutif.
KLB akhirnya digelar di Hotel Mercure Jakarta, Minggu. Dari 101 pemilik suara sesuai dengan KLB Solo ada 81 pemilik suara yang hadir. Dengan data yang ada, maka jumlah peserta telah melebihi 2/3 pemilik suara dan disebut kuorum.
Pemilik suara yang hadir ini berasal dari 26 Pengurus Provinsi (Pengprov) PSSI, 12 klub Indonesia Super League (ISL), 13 klub Divisi Utama, 13 klub Divisi I, 12 klub Divisi II dan 5 klub Divisi III.
"Semua yang hadir adalah asli, buka kloningan, tidak ada carteker. Semua yang hadir berasal dari akar rumput termasuk anggota PSSI dan pengcab," kata Sekretaris Jenderal KPSI, Hinca Panjaitan, dihadapan seluruh peserta yang hadir di KLB.
Menurut dia, dengan hadirnya 81 pemilik suara resmi PSSI sesuai dengan kongres sebelumnya, maka KLB dengan agenda pemilihan Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan Anggota Komite Eksekutif bisa dilaksanakan karena jumlah peserta sudah kuorum.
Hinca mengaku, anggota PSSI yang hadir dalam KLB sebanyak 471 klub anggota bukan pemilik suara, serta 162 pengurus cabang (pengcab) sebagai undangan. Dengan demikian, total peserta KLB sebanyak 714 delegasi.
Dalam pemilihan, La Nyalla Mattalitti akhirnya terpilih menjadi Ketua Umum PSSI versi KPSI dengan 79 suara dari 81 pemilik suara sah yang hadir. Pemilik suara yang hadir sesuai dengan data KLB Solo tahun lalu.
Mantan Ketua Pengprov PSSI Jawa Timur itu mengalahkan empat kadidat di putaran terakhir, yaitu Gusti Randa dengan dua suara, kemudian MR Kambu, Ilham Noer Toadji dan Ryan Latief yang semuanya tidak mendapatkan suara.
"Saya berharap dibantu pengurus-pengurus yang handal. Saya juga berharap tidak ada lagi perpecahan," kata La Nyalla Mattalitti setelah pemilihan Ketua Umum PSSI versi KPSI.
Menurut dia, setelah dirinya terpilih pihaknya akan merangkul semua pihak, agar perpecahan yang terjadi saat ini bisa diselesaikan. Selain itu akan terus melakukan koordinasi guna membangun tim nasional yang handal.
Kalau di Jakarta ada KLB, maka berbeda pula di Kalimantan. PSSI dibawah pimpinan Djohar Arifin Husin menggelar Kongres Tahunan di Hotel Aquarius Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Agenda yang dilakukan adalah evalusi program, serta membuat program ke masa depan.
Dalam kongres yang dihadiri oleh pemilik suara versi PSSI ini juga dibahas masalah dualisme kompetisi yang menjadi permasalah utama dalam polemik sepak bola nasional saat ini. Bahkan, dalam kongres telah diputuskan PSSI akan mengakui ISL yang dikelola PT Liga Indonesia.
"Kami berharap pengakuan kami terhadap ISL ini bisa ditanggapi dengan positif. Sekarang terserah mereka. Sekarang kita sudah buka pintu. Apalagi yang kurang?" kata Djohar Arifin Husin.
Dengan adanya pengakuan, PSSI akan langsung bergerak cepat untuk melakukan proses mediasi. Bahkan, PSSI telah membentuk tim yang terdiri dari Bernhard Limbong, Catur Agus Saptono, Finanta Rudy, dan Hadiyandra.
Jika proses mediasi tidak secepatnya dilakukan, maka polemik ini tidak akan usai. Kemungkinan bisa akan muncul tim nasional dari dua federasi ini. Selain itu sanksi tegas FIFA juga telah didepan mata karena batas yang diberikan untuk menyesaikan polemik harus berakhir pada 20 Maret 2012. (*)
sumber: antaranews.com