Para gelandangan dan narapidana ditampung di kafe ini dan dipersiapkan menjadi tenaga kerja handal. Mereka dibekali dengan berbagai kemampuan menangani resto, yang diajarkan dengan detil oleh pelatih. Mulai dari operasional restoran hingga bagaimana menyajikan makanan dengan baik.
Di bagian dapur, mereka diajari cara menyiapkan makanan, membantu juru masak, pemahaman tentang kesehatan, kebersihan makanan, dan cara menjaga agar dapur tetap higienis.
Pada bagian penerimaan tamu, mereka juga diajari keterampilan melayani pembeli, kerjasama tim, cara berkomunikasi, pengetahuan tentang produk, hingga menangani bagian keuangan.
Tak hanya itu, ada juga ketrampilan tambahan yang diberikan pada mereka. Mengenai bagaimana mengorganisir acara dan promosi, kemampuan mengoperasikan komputer, juga teknik interview yang baik.
Karyawan Crisis Skylight Cafe bekerja sekitar dua hingga tiga kali seminggu. Cafe ini buka dari hari Senin hingga Jumat, mulai pukul 8 pagi hingga pukul 3 sore. Setiap kali bekerja, karyawan-karyawan ini menangani berbagai pemesanan take away dan delivery.
Program edukasi ini telah berjalan sejak Agustus 2004, dan hingga kini telah membantu lebih dari 100 orang gelandangan dan mantan tahanan. 59 orang di antaranya bahkan telah direkrut menjadi pegawai tetap di perusahaan jasa.
Walaupun berasal dari kaum minoritas dan sering dianggap sebelah mata, namun para pekerja ini diperlakukan layaknya karyawan umumnya. Mereka memiliki jenjang karir yang jelas, bonus, kunjungan kerja, juga kegiatan rutin bersama karyawan lain. Tiap minggunya, dilakukan review dan penilaian karya dari para manager.
Program Crisis Skylight Cafe ini dipimpin oleh Leslie Morphie, yang bertujuan untuk memberdayakan mereka yang tak punya tempat tinggal. Dengan pemberian edukasi dan ketrampilan tersebut, diharapkan mereka mampu bekerja dengan layak dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
sumber: detikfood.com