Tradisi upacara hari raya karo oleh masyarakat suku Tengger, Pasuruan, Jawa Timur, berlangsung meriah (23/10/2010.) Ratusan pemuda dengan pakaian khas suku Tengger menggelar tarian karo atau sodoran sebagai simbol awal kehidupan manusia di dunia.
sebelumnya, ratusan warga suku Tengger melakukan ritual arak-arakan dengan mengenakan pakaian adat suku Tengger, menuju pusat perayaan yakni balai Desa Tosari, Kecamatan Tosari.
Sejumlah alat musik tradisonal, seperti gendang, suling maupun gong, menambah semarak perjalanan warga lereng gunung Bromo ini, menuju tempat perayaan.
Tarian karo atau sodoran langsung disajikan kepada warga serta tamu yang telah hadir memadati balai desa saat itu.
Gerakan tari karo atau biasa disebut tari sodoran, hanya dimiliki oleh warga asli suku Tengger yang berbeda dengan tarian tradisonal lainnya. Tarian ini hanya menggunakan gerakan tertentu, dilakukan dengan santun dan anggun secara bersama-sama.
Para penari menggunakan sodor atau tongkat, sebagai visualisasi memupuk benih kehidupan, asal mula terjadinya kehidupan manusia di muka bumi. Sejumlah sesajian juga melengkapi dan menghiasi upacara adat karo suku Tengger ini.
Hari raya karo dimaksudkan sebagai perayaan bulan kedua pada tahun saka. Dan merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang masyarakat suku Tengger. Pada tahun ini adalah perayaan yang ke 1.181 kali.
Sebagai simbolisasi atau refleksi kehidupan, tarian ini juga dimaksudkan untuk satu tradisi penghormatan kepada para tamu masyarakat suku Tengger. “Di samping penghormatan pada leluhus, juga menghormati tamu”, ujar Mbah Sidiq, sesepuh masyarakat Tengger.
upacara tersebut juga dimeriahkan tari tradisional remo milik warga jawa timur yang dimainkan rancak oleh tiga bocah perempuan warga setempat.
Perayaan pun berakhir dengan sebuah doa bersama masing-masing dari tokoh Hindu, Kristen dan Islam. Doa bersama sengaja digelar sebagai ungkapan bahwa upacara perayaan karo merupakan tradisi budaya asli suku Tengger yang harus terus dilestarikan bersama.
Usai doa, satu persatu warga kemudian saling kunjung untuk mempererat persaudaraan. Karena itu, setiap perayaan Karo, masyarakat Tengger meneyediakn aneka masakan dan jajan sertalibur bekerja.