• Senin, November 01, 2010
  • Administrator
Jangan duduk di palang pintu, nanti susah dapet jodoh!"
Bagi orang Indonesia, mungkin kita pernah, bahkan sering mendengar kalimat di atas. Himbauan berupa kepercayaan takhyul yang turun temurun dan tidak memilki dasar kuat untuk dipercaya kebenarannya.

Di negara yang super canggih dengan teknologi maju seperti Jepang pun, kepercayaan takhyul turun temurun ternyata masih tetap berlaku seperti:


1. Tabeta ato, sugu yoko ni naruto, ushi ni naru!
Arti dari kalimat di atas adalah: "Kalau habis makan langsung rebahan bisa jadi sapi!" kutukan kah??
Saat ini, meski zaman telah modern, banyak orang tua Jepang yang masih memperingati anaknya dengan kata-kata seperti di atas. Secara jelas alasan kenapa kata-kata ini dipakai tidak diketahui. Tapi jika dianalisa, zaman dahulu Jepang berbeda dengan zaman sekarang yang serba canggih, mereka dulu harus bekerja keras agar dapat hidup (terutama setelah pemboman Nagasaki & Hiroshima). Agar anak-anak bersedia membantu orang tua bekerja di ladang, mereka selalu mengatakan "Tabeta ato, sugu yoko ni naruto, ushi ni naru!" (Kalau habis makan langsung rebahan bisa jadi sapi!)

Sedangkan di zaman sekarang kenapa orang tua masih menyampaikan kepercayaan ini pada anak-anaknya ialah karena mereka ingin memperingati bahwa:
" Tidak sopan - sikap buruk, jika setelah makan langsung rebahan"

2. Hinakazari wo hayakushimawanaito, yome ni ikiokureru.
Arti dari kalimat di atas adalah: "Kalau hiasan boneka `hina` tidak segera disimpan, bakalan telat nikah."
Seperti kita ketahui, setiap tanggal 3 bulan Maret Jepang menyelenggarakan perayaan `Hina Matsuri` . Maksud dari perayaan ini adalah sebagai ucapan terima kasih kepada sang pencipta karena telah memberikan anak perempuan. Selain itu tujuan upacara ini adalah meminta keberkahan kesehatan untuk anak mereka yang perempuan.

Pada perayaan Hina Matsuri setiap keluarga yang memiliki anak perempuan, sejak bulan Februari harus memajang boneka `Hina` di ruangan tengah, yang terdiri dari pasangan putri dan pangeran disertai para dayang dan pengawalnya.

Pajangan boneka Hina ini, harus segera disimpan atau dirapikan jika telah lewat dari tanggal 3 Maret. Apabila tidak segera dirapikan untuk disimpan, mereka percaya bahwa si anak perempuan tersebut akan telat menikah nantinya.

Jika dilihat dari rata-rata umur menikah orang Jepang saat ini yang berkisar diatas 30 tahunan, mereka percaya salah satu penyebabnya adalah "Hinakazari wo hayakushimawanaito, yome ni ikiokureru" (Kalau hiasan boneka `hina` tidak segera disimpan, bakalan telat nikah)

3. Shitewa ikenai koto
Shitewa ikenai koto artinya sesuatu hal tidak boleh dikerjakan. Dalam kepercayaan Jepang, ada beberapa hal yang tidak boleh dikerjakan seseorang karena mengandung firasat buruk, diantaranya:

- Tidak boleh menyuguhkan makanan dengan jumlah empat (4) buah.
kayak ini kali maksudnya
Angka empat (4) dalam bahasa jepang selain dibaca `Yon` juga dibaca `Shi`. Kata `Shi` sendiri berarti "kematian". Berdasarkan hal tersebut, jika kita menyuguhkan kue dengan jumlah empat, maka seolah kita mengundang kematian. Orang yang memakannya akan segera meninggalkan dunia fana.

 Tidak boleh menancapkan sumpit makan di tengah nasi.
Saat kematian orang Jepang, kepala jenasah harus diberi bantal yang disebut "Makurameshi". Bentuk dari makurameshi tersebut sama dengan bentuk sumpit yang ditancapkan di tengah nasi. Apabila kita melakukan perbuatan menancapkan sumpit di tengah nasi, berarti akan mempercepat kematian, begitu menurut kepercayaan orang Jepang.

- Tidak boleh saling mengambil/menerima makanan dari sumpit ke sumpit secara langsung.
Setelah meninggal, biasanya orang Jepang akan membakar jasad dari jenasah (kremasi). Dalam pembakaran tidak semua jasad berubah menjadi abu, masih ada beberapa serpihan tulang belulang yang tidak terbakar. Biasanya serpihan tulang belulang yang masih tertinggal akan dikumpulkan oleh dua orang atau beberapa orang mengunakan sumpit dan dimasukan ke dalam `Kotsutsubo` (tempat abu & tulang berbentuk botol kecil atau kotak). Jika kita saling mengambil/menerima makanan dari sumpit ke sumpit secara langsung, berarti dipercaya bahwa kita sama denganmemakan tulang orang yang telah meninggal.

Related Posts:

  • BERKEDOK MODEL BIKINI, TERNYATA KEPAL GENG NARKOBAOrang pasti tidak akan menyangka, kalau model bikini pakaian dalam ini menipu orang lain dengan memiliki pekerjaan sampingan sebagai pimpinan geng narkoba. Angie Sanselmente Valencia, masuk dalam daftar pencarian internasiona… Read More
  • KETIKA TAWON MEMBANGUN SARANGKalau Tawon pasti semua sudah pernah lihat, tapi kalau tawon buat rumah pasti jarang yang mau melihat sampai selesai...Kenapa? Pertama; Dengar kata "Tawon" identik dengan sengatannya, jadi lebih baik menghindar daripada disun… Read More
  • Klub aneh, Merajut Baju Hangat Untuk AyamKlub yang aneh, mereka merajut benang untuk membuat baju hangat yang akan digunakan oleh ayam. Miranda McPherson, yang mengelola klub merajut Monkton kerajinan Elm Garden dan Pet Centre di Taunton, berkata: "biasanya ayam kel… Read More
  • Hantu Yang Menatapi Sekolah TuaHasil jepretan kamera yang diyakini sebagai penampakan sosok hantu dari seorang bocah. Gambar tersebut diabadikan oleh John Fores (47) saat mengamati proses penghancuran sebuah gedung sekolah tua di Inggris.John Fores bersik… Read More
  • Gadget Yang Dapat Samarkan Bunyi Aneh Di ToiletBanyak orang yang merasa tidak nyaman menggunakan toilet umum dikarenakan malu apabila suara 'aktivitas' di toilet terdengar orang lain. Sekarang jangan merasa risih lagi, karena ada sebuah gadget akan membantu menyamarkan su… Read More

BTemplates.com

Categories

Kamera CCTV Palembang

Popular Posts

Blog Archive