Menikmati suasana sore di Alun-Alun Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Jogjakarta, sembari makan soto Gobyoss, terasa lebih istimewa. Cara penyajiannya pun unik, di mangkuk berukuran kecil, dipadu dengan camilan tempe mendoan yang panas, anda pun akan dibuat Gobyoss alias berkeringat, karena soto tetap panas hingga suapan terakhir.
Setiap sore hari, warung soto yang berada di selatan Alun-Alun Wates tersebut, selalu diserbu pembeli. Mereka adalah para pejalan kaki atau orang yang kebetulan melintas di sepanjang alun-alun Wates. “Soto Gobyoss 2000“, begitulah sebutan warung soto tersebut. Setiap hari, soto Gobyoss buka dari pukul 13.00 WIB hingga 22.00 WIB, namun bila hari libur buka selama 24 jam.
Jika sekilas mendengar harganya yang hanya Dua Ribu Rupiah per mangkok, mungkin tak akan mengundang selera. Tapi jangan salah, dengan harganya yang miring, Soto Gobyoss, justru mampu mendatangkan puluhan, bahkan hingga ratusan orang ke warung lesehan milik Pratiwi ini. Justru dengan harganya yang sangat terjangkau, membuat warung Pratiwi menjadi warung favorit terutama juga bagi kalangan mahasiswa dan menengah ke bawah.
Proses pembuatannya pun hampir sama dengan soto pada umumnya. Yang membedakan soto tersebut adalah, kemampuan mempertahankan panas kuah hingga suapan terakhir. Soto ini akan sangat pas dinikmati dengan camilan tempe mendoan panas.
Menurut Pratiwi, usaha yang ia mulai bulan November 2009, ternyata langsung diserbu oleh para penggemar soto. Idenya di ilhami mahalnya harga soto untuk kalangan menengah ke bawah. Dari situlah ide membuka warung murah, mulai di bidik. “Sekarang ini semuanya mahal, masak soto pun harus mahal”, ujarnya
Pratiwi mengaku, rata-rata perhari mampu menyajikan 200 sampai 300 mangkok bahkan bisa lebih, sedang omzet soto Gobyos dapat mencapai 3 juta hingga 4 juta rupiah perhari. Woow !!