Limbah kertas koran selama ini dianggap sebagai bahan yang tidak berguna, bahkan nilainya hanya sebatas bungkus kacang saja. Namun ditangan seorang pengrajin di Jember Jawa Timur, kertas koran bekas bisa dirubah menjadi karya seni berupa perahu Pinisi bernilai jual tinggi.
Siswoyo (48 th), mantan pelaut warga Jalan Sumatra kota Jember, setiap hari bergelut dengan kertas koran bekas.
Dengan ketekunan dan keuletannya, bapak 2 anak itu merubah kertas korban yang tidak terpakai menjadi produk kerajinan bernilai tinggi, hanya dengan modal lem, gulungan kertas Koran. Dengan kedua alat tersebut, Siswoyo membentuk kertas koran menjadi tali temali kecil. Siapa bisa menduga,gulungan tali temali kecil kemudian dirangkai hingga berbentuk menjadi sebuah kapal Pinisi.
Agar nampak lebih indah, disetiap anjungan kapal diberikan tali hingga menyerupai kapal sesungguhnya. Selain itu, miniatur kapal Pinisi juga ditempatkan disebuah kaca khusus sehingga keasrian kapal Pinisi tetap terjaga.
Untuk memproduksi satu kapal Pinisi, Siswoyo membutuhkan waktu sedikitnya 5 hari. Miniatur kapal tersebut biasanya dipesan khusus oleh orang orang eropa dari Belanda dan Prancis dengan harga bervariasi mulai dari 1 juta hingga 3 juta rupiah.
Menurut Siswoyo keuletannya menghasilkan kapal Pinisi di dasarkan kecintaannya sebagai mantan pelaut dan keinginannya untuk melestarikan kapal Pinisi sebagai kapal khas bangsa Indonesia. “Ini adalah bagian dari kecintaan saya pada hasil kreasi nenek moyang kita”, ujarnya.
Pinisi adalah kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan dan mumnya digunakan untuk pengangkutan barang antar pulau. Pinisi adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dan tujuh helai layar yang mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengarungi tujuh samudera besar di dunia. (86)