Perajin kain tenun ikat dan colet asal Lamongan Jawa Timur, berhasil memecahkan rekor Musium Rekor Indonesia (Selasa/31/03/09). Mereka berhasil membuat kain tenun sepanjang 64 meter dan dengan lebar satu meter. Kain tersebut mengalahkan rekor Sebelumnya yang dipegang Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan panjang hanya 50 meter.
Suasana pameran di Gedung Showroom produk Lamongan di Jalan Panglima Sudirman Kota Lamongan, ramai oleh pengunjung yang ingin melihat aneka kerajinan khas Lamongan. di antara produk yang mengundang daya tarik pengunjung adalah kain tenun ikat, kerajinan tradisional asal desa Parengan Kecamatan Maduran, Lamongan.
Tak hanya itu, daya tarik sarung tenun tradisional kali ini juga di meriahkan dengan adanya sarung tenun ikat terpanjang di dunia yang berhasil memecahkan Musium Rekor Indonesia.
Kain tenun yang dikerjakan dengan teknik ikat dan colet ini dikerjakan oleh sepuluh perajin profesional menggunakan alat tenun tradisional, dengan motif kain khas warga setempat.
Kain tenun dengan warna ungu tersebut dihiasi pernik-pernik berwarna merah muda dan putih ini, memiliki panjang 64 meter dan lebar satu meter.
Penasbihan rekor untuk tenun ikat parengan Lamongan ini sekaligus menggeser rekor tenun ikat sebelumnya oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Sumba Timur Propinsi NTT. Karya tenun ikat ini hanya sepanjang 50,1 meter dengan lebar 60 centimeter. Itupun dikerjakan oleh 60 orang pekerja selama 152 hari.
Miftahul Khoiri, pembuat kain sarung ini mengaku terinspirasi membuat kain tenun terpanjang, untuk menunjukkan pada dunia, bahwa Lamongan memiliki produk unggulan, berupa sarung tenun ikat tradisional, yang di warisi secara turun temurun.
“saya ingin dunia tahu jika Lamongan bisa memproduksi sarung spektakuler dengan panjang mencapai 60 meter lebih” ujar miftahul kepada Berita 86
Menurut Miftahul, pembuatan sarung terpanjang ini membutuhkan waktu 22 hari dan menghabiskan dana lebih dari tujuh juta rupiah. Bahan-bahannya pun di pilih mengggunakan bahan pilihan terbaik. yakni di datangkan dari india dan china.
Jaya Suprana selaku Ketua MURI serahkan langsung plakat penghargaan dengan nomor registri 3637/R.MURI/III/2009 itu. Masing-masing kepada Bupati Lamongan selaku pemrakarsa, Miftakhul Koiri selaku pembuat dan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) selaku sektor penyelenggara.
Menurut Jaya Suprana, kain tenun sepanjang 64 meter ini tidak hanya tercatat dalam Musium Rekor Indonesia, namun juga rekor dunia, serta mengalahkan rekor sebelumnya yang dipegang Propinsi Nusa Tenggara Timur.
“Kain tenun lamongan ini tergolong unik dengan bahan baku kualitas terbaik” kata Jaya Suprana.
Meski sudah banyak yang menginginkan kain tenun pemecah rekor ini, namun Miftahul tetap tidak menjualnya. Bahkan Miftahul ingin kain bersejarah ini diabadikan di gedung Showroom kota Lamongan.
Desa Parengan di Lamongan memang memiliki potensi besar pada bidang industri tenun ikat. Sejumlah 30 unit industri tenun ikat yang ada di desa ini sanggup emnyerap tenaga kerja hingga 3000 orang. Unit industri tenun ikat di desa ini umumnya sudah memakai ATBM (alat tenun bukan mesin). Sementara bahan baku seperti seperti sutera dan pewarna masih mengimpor dari India dan China.