4 PENYAKIT YANG SERING MENYERANG WARGA JAKARTA | Jakarta, Ibu  kota Indonesia sebagai salah satu kota dengan penduduk terpadat di  dunia, menyimpan berbagai macam permasalahan yang belum mampu dibenahi  oleh Pemerintah setempat. Dari mulai kemacetan dimana mana, Banjir  setiap musim penghujan, serta kesehatan dan penyakit yang sering melanda  warga Jakarta. Kesehatan yang seringkali diabaikan oleh warga Jakarta  membuat banyak warga mengalami berbagai macam penyakit, terutama 4  penyakit yang seringkali menyerang warga Jakarta di bawah ini. Yaitu  Penyakit Stres, Kadar Kolesterol tinggi, Diabetes, dan Asam urat. Hal  tersebut dipengaruhi oleh kondisi Jakarta yang benar benar tidak  mendukung untuk warga supaya bisa sehat karena banyak beban dan waktu  yang sedikit untuk berolahraga. Berikut 4 penyakit yang sering menyerang warga Jakarta.
Farida  Kusuma akhirnya tak tahan juga. Perempuan 41 tahun yang sudah  bertahun-tahun memiliki penyakit maag ini mendatangi Paviliun Kencana  Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Sebab, nyeri di ulu hatinya tak  kunjung sembuh meski sudah diobati.
Setelah dilakukan endoskopi alias peneropongan saluran pencernaan atas,  misteri di balik rasa nyerinya terungkap, yakni ada peradangan di usus  halus dan luka di lambung. 
"Stres karena beban pekerjaan dan pola makan yang enggak bagus," kata  karyawan Jaya Ancol, Jakarta Utara, yang banyak mengurusi kegiatan seni  dan budaya ini menyebut alasan di balik penyakitnya itu, Jumat, 2  Desember 2011 lalu. Padahal agar tak tersambar maag, ia sudah membuang  jauh-jauh kebiasaan lamanya: menyeruput kopi, menenggak minuman bersoda,  atau mengkonsumsi makanan "berbumbu" cuka. 
"Ketiganya pemicu kuat. Makan atau minum sedikit saja, maag-ku langsung  kambuh," kata warga Pondok Bambu, Jakarta Timur, ini. Selain itu, ibu  dua anak ini harus berpantang makanan berlemak karena kadar  kolesterolnya tinggi. Jika gangguan ini menyerang, kata Farida, "Kepala  belakang pusing, cepat lelah, dan lemas."
Farida bisa jadi hanyalah potret kecil dari wajah warga Ibu Kota. Pergi  pagi-pagi menuju kantor, lalu pulang saat matahari sudah menghilang dan  berselimut malam. Kesibukan kerja membuat dirinya tak bisa mengatur jam  makan atau tidak cermat memilih menu makanan yang bagus buat tubuh.
Buntutnya itu tadi, maag menclok di tubuhnya dan kadar kolesterolnya  tinggi. Agar maag tak gampang menyapa, Farida selalu menyiapkan makanan  kecil atau camilan, baik di mobil maupun di kantornya. 
Untuk menundukkan kadar kolesterol yang tinggi dalam darah, dokter  spesialis gizi klinis RSCM, Fiastuti Witjaksono, menekankan pentingnya  berganti menu makanan. "Yang terbaik mengkonsumsi makanan dengan serat  larut," ujarnya.
Sebab, makanan berserat akan mengikat kolesterol sehingga terbawa keluar  dari tubuh. "Ketimbang oatmeal yang berserat tak larut, lebih baik  mengkonsumsi sayur dan buah yang berserat larut," ia menambahkan.
Selain maag dan kadar kolesterol, yang angka kejadiannya makin  tinggi--bahkan sebuah riset menyebutkan lebih dari separuh warga Jakarta  mengidap maag--diabetes melitus adalah ancaman lain yang tak kalah  menyeramkan. Diperkirakan, satu dari delapan warga Ibu Kota memiliki  penyakit yang lazim disebut kencing manis ini. 
"Selain faktor makanan, kurangnya aktivitas fisik dan olahraga adalah  pemicu terjadinya diabetes," kata Dante Saksono Harbuwono, dokter  spesialis endokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSCM.
Bagi mereka yang bekerja di Jakarta, lantaran buruknya pengaturan lalu  lintas, waktu yang dihabiskan di atas kendaraan, baik angkutan umum  maupun kendaraan pribadi, bisa berjam-jam. Kondisi itu diperparah saat  tiba di kantor. Begitu masuk ruangan, mereka terjebak rutinitas. 
"Jika bawa mobil sendiri, parkirlah yang agak jauh dari pintu masuk  kantor sehingga ada kesempatan berjalan kaki," kata Dante memberikan  tip. Atau kalau ruangan kerja cuma berada di lantai tiga, jangan malas  menaiki tangga dan mengabaikan lift. Tetap ada keterbatasan, kata dia,  "Tapi tak ada salahnya menggunakan berbagai kesempatan untuk melakukan  aktivitas fisik."
Sementara diabetes tipe 2, yakni diabetes tak tergantung insulin,  menghantui kalangan usia dewasa, warga Ibu Kota, juga kota-kota lain,  belakangan dikejutkan oleh meruyaknya penyakit diabetes tipe 1 yang  tergantung insulin pada anak. Dari sekitar 750 kasus di Tanah Air, kata  Aman B. Pulungan, dokter spesialis endokrinologi anak FKUI-RSCM, "Khusus  di Jakarta, ada 230 kasus. Sekarang tiap minggu ada saja kasus baru."
Merebaknya diabetes tak boleh dipandang sebelah mata. Sebab,  komplikasinya terhitung luar biasa. Selain gangguan pada mata, penyakit  ini mendongkrak risiko hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Khusus  ihwal gangguan kaki diabetik, data di RSCM pada 2007 menunjukkan sebesar  16,1 persen meninggal, 25,5 persen mengalami amputasi dan membaik, 25,5  persen kasus pulang paksa, dan hanya 32,2 persen sisanya yang selamat  dari amputasi.
Ancaman lain yang menggerus produktivitas warga Jakarta adalah asam  urat. Mereka yang terkena nyeri sendi ini, misalnya menyerang sendi  kaki, terpaksa harus beristirahat total di rumah. Sebab, jika dipaksa  jalan ke kantor, tak sekadar terpincang-pincang, tapi rasa nyerinya  enggak ketolongan.
Wajar jika penyakit ini disebut rajanya penimbul rasa nyeri. "Kalau  kadar asam urat dalam darah dibiarkan tinggi, hal itu akan menimbulkan  hipertensi dan gangguan pada ginjal," kata dokter spesialis rematologi  RSCM, Harry Isbagio. "Yang terberat adalah terjadi gagal ginjal."
Lantaran komplikasi yang mungkin muncul dari keempat jenis penyakit itu  sangat besar, wajar jika kalangan medis menyarankan agar warga Ibu Kota  melakukan perubahan mendasar terhadap gaya hidupnya.
Caranya, atur pola makan, cukup istirahat, kendalikan stres, dan  manfaatkan berbagai kesempatan yang ada untuk beraktivitas fisik. Dengan  revolusi semacam itulah, keempat penyakit tersebut bisa dihindari.  Kalau tidak, penyakit-penyakit itu akan menghampiri. Waspadalah,  waspadalah! (sumber: tempo.co)
Administrator