DIKUTIP.COM - Dirjen Administrasi dan Kependudukan Departemen Dalam Negeri mengklaim sistem KTP online yang diterapkan di Indonesia, jauh lebih maju dibanding sistem yang digunakan Malaysia yang telah lebih dahulu menerapkan sistem itu.
Kepala Sub Bidang Adminduk, Dirjen Adminduk Depdagri, Murpi Sianturi di Polman, mengatakan sistem KTP online yang diterapkan di Indonesia lebih maju dibanding dengan sistem yang digunakan Malaysia.
Ia membandingkan, sistem yang digunakan di Indonesia untuk melakukan pendataaan melalui diteksi sidik jari dan retina mata bagi setiap penduduk yang akan mendapatkan nomor induk penduduk yang berlaku secara nasional tersebut.
"Sementara sistem yang digunakan di Malaysia hanya dengan mendeteksi sidik jari telunjuk warganya, sistem tersebut dianggap masih memiliki celah untuk mendeteksi setiap warga yang telah terdaftar," ucapnya membandingkan.
Menurut dia, untuk mendeteksi penduduk dengan menggunakan sistem yang dipakai Indonesia saat ini lebih akurat sebab jika deteksi penduduk tidak memungkinkan melalui sidik jari maka bisa melalui retina mata.
Selain sistem tersebut, sistem jaringan yang digunakan di Indonesia berada di setiap kecamatan untuk memasukkan data warga dari seluruh desa/kelurahan dan dusun serta langsung dimasukkan ke pusat informasi dengan sistem online.
"Jadi, tingkat kesalahan pendataan bisa kita tekan sekecil mungkin sehingga diharapkan tidak lagi terjadi pendataan ganda dari tiap warga yang selama ini sering terjadi saat masih menggunakan sistem KTP biasa," ucap Murpi.
Ia mengakui sistem online yang digunakan di Indonesia dilakukan terlambat dibanding penggunaan sistem di Malaysia yang telah berjalan sekitar 10 tahun, dan tahun ini Indonesia baru memulai.
Selain itu, penerapan sistem KTP online belum diterapkan secera serentak di seluruh kabupaten di Indonesia. Untuk sementara, salah satu alasan penerapannya dilakukan di beberapa kabupaten kota yang memiliki tingkat pertambahan penduduk yang tidak sesuai dengan data di lapangan.
Namun, sistem yang digunakan melalui perbandingan dari beberapa negara. Sehingga mampu mengurangi tingkat kesalahan yang bisa saja terjadi akibat beberapa hal teknis melalui perbandingan dengan sistem negara lain.
Murpi tetap berharap dukungan sistem ini mendapat respon yang besar dari warga, tanpa bantuan warga untuk mempercepat proses penerapannya maka akan berjalan lambat.
Kepala Sub Bidang Adminduk, Dirjen Adminduk Depdagri, Murpi Sianturi di Polman, mengatakan sistem KTP online yang diterapkan di Indonesia lebih maju dibanding dengan sistem yang digunakan Malaysia.
Ia membandingkan, sistem yang digunakan di Indonesia untuk melakukan pendataaan melalui diteksi sidik jari dan retina mata bagi setiap penduduk yang akan mendapatkan nomor induk penduduk yang berlaku secara nasional tersebut.
"Sementara sistem yang digunakan di Malaysia hanya dengan mendeteksi sidik jari telunjuk warganya, sistem tersebut dianggap masih memiliki celah untuk mendeteksi setiap warga yang telah terdaftar," ucapnya membandingkan.
Menurut dia, untuk mendeteksi penduduk dengan menggunakan sistem yang dipakai Indonesia saat ini lebih akurat sebab jika deteksi penduduk tidak memungkinkan melalui sidik jari maka bisa melalui retina mata.
Selain sistem tersebut, sistem jaringan yang digunakan di Indonesia berada di setiap kecamatan untuk memasukkan data warga dari seluruh desa/kelurahan dan dusun serta langsung dimasukkan ke pusat informasi dengan sistem online.
"Jadi, tingkat kesalahan pendataan bisa kita tekan sekecil mungkin sehingga diharapkan tidak lagi terjadi pendataan ganda dari tiap warga yang selama ini sering terjadi saat masih menggunakan sistem KTP biasa," ucap Murpi.
Ia mengakui sistem online yang digunakan di Indonesia dilakukan terlambat dibanding penggunaan sistem di Malaysia yang telah berjalan sekitar 10 tahun, dan tahun ini Indonesia baru memulai.
Selain itu, penerapan sistem KTP online belum diterapkan secera serentak di seluruh kabupaten di Indonesia. Untuk sementara, salah satu alasan penerapannya dilakukan di beberapa kabupaten kota yang memiliki tingkat pertambahan penduduk yang tidak sesuai dengan data di lapangan.
Namun, sistem yang digunakan melalui perbandingan dari beberapa negara. Sehingga mampu mengurangi tingkat kesalahan yang bisa saja terjadi akibat beberapa hal teknis melalui perbandingan dengan sistem negara lain.
Murpi tetap berharap dukungan sistem ini mendapat respon yang besar dari warga, tanpa bantuan warga untuk mempercepat proses penerapannya maka akan berjalan lambat.
GO |