Apakah kamu mahasiswa dengan manajemen keuangan yang buruk, sehingga pada akhir bulan atau akhir pekan kamu merongrong orang tua untuk memberi uang tambahan?
Sepertinya, sih, kita semua memang mengalami hal semacam itu. Habis mau bagaimana lagi? Kebutuhan kuliah 'kan harus dipenuhi.
Salah satu teman kita yang mengalami hal tersebut yaitu Ardi. Mahasiswa Jurusan Ekonomi di salah satu perguran tinggi swasta di Jakarta Selatan ini mengaku, sulit mengatur keuangannya. Pasalnya dia harus memenuhi kebutuhan pokoknya seperti makan dan uang bensin, kemudian mau tidak mau mencukupi untuk kebutuhan perkuliahan.
"Uang saya selalu habis setiap minggunya, jadi enggak ada sisa untuk jajan, apalagi buat pacaran," kata Ardi sambil terkekeh saat dihubungi okezone, Minggu (31/7/2011).
Ardi mengaku, uang yang diberikan tiap awal pekan oleh orang tuanya dirasakan kurang mencukupi kebutuhannya, "Setiap minggu diberi Rp200 ribu sama ayah saya, kebutuhannya banyak, ya, mau bagaimana lagi? cukup tidak cukup harus cukup," imbuhnya.
Hampir sama dengan Ardi, salah satu mahasiswi dari fakultas yang sama dengannya yakni Restu Magfiroh, mengaku mengalami selalu kehabisan sebelum akhir bulan. "Aku ngekos di sebelah kampus. Pengeluaranku sih standar seperti makan, fotokopi tugas, atau makalah. Cuma masalahnya, selain dipotong untuk iuran kos tiap bulannya, aku punya ritual dengan teman-temanku untuk hangout tiap minggu di Mal daerah Margonda, Depok," katanya.
Mungkin kamu juga memiliki cerita yang kurang lebih sama dengan Ardi dan Restu. Masalah keuangan memang bikin mumet, tetapi sadar atau tidak itu mempengaruhi perkuliahanmu, loh. Bayangkan saja kalau uangmu sudah habis sebelum waktunya, sementara kamu harus fotokopi makalah wajib dari dosenmu, atau kamu harus ke dokter sendiri, jika kamu ngekos.
Bukannya berpikir negatif, tetapi baiknya kamu harus berpikir kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi padamu. Terutama untuk kamu yang ngekos, jauh dari orang tua, kalau bukan dirimu sendiri, siapa lagi?
Sebenarnya, sih, kondisi seperti itu sudah enggak zaman lagi. Sebagai generasi muda, sudah saatnya kamu atur keuanganmu sejak dini, supaya jika sudah terjun ke masyarakat, kamu enggak kaget dan beradaptasi lagi.
Jika kamu sudah latihan mengatur keuanganmu dari sekarang, nantinya kamu tinggal menyesuaikan dengan kondisi selanjutnya dengan mudah. Nah, mau tau apa dan bagaimana mengatur arus uangmu (cashflow)?
Masalah yang dihadapi mahasiswa ternyata enggak cuma seputar jungkir-balik menyelesaikan tugas kuliah, eksis di Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bikin kamu lupa waktu, atau sekadar hubungan sosialmu saja, loh.
Ada satu masalah yang mungkin terdengar sederhana tapi krusial, betul, keuanganmu. Benarkah persoalan uang bisa mempengaruhi kuliah kita? toh kalau soal uang, sebenarnya sudah diatur sama orang tua kita.
Iya sih, tapi sadar atau enggak orangtua memberimu uang saku untuk kamu kelola. Selain memang karena kebutuhanmu, mereka juga ingin melihat setinggi apa tingkat kedewasaanmu melalui tanggung jawabmu mengelola uang.
Lalu hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mengelola uang saku? Financial Planner, Ligwina Poerwo Hananto berpendapat, mahasiswa perlu tahu tentang arus uang (cashflow).
"Mahasiswa sekali pun harus tahu bagaimana cara mengelelola uang. Walaupun cashflow-nya tidak serumit orang dewasa atau yang sudah bekerja," katanya saat dihubungi okezone, Minggu (31/7/2011).
"Biarpun begitu, tetap harus tahu apa itu cashflow dan bagaimana mengaturnya," lanjut ibu dua anak yang akrab dipanggil Wina.
Wina menyarankan agar mahasiswa memantau pengeluarannya selama 30 hari terlebih dahulu, "Ini sebagai awal untuk mengidentifikasi ke mana saja uang yang kita keluarkan. Ingat selama satu bulan itu, apa yang kita pantau segera dicatat." Wina mengimbuhkan.
Dari catatan tersebut, tambahnya, dituangkan ke catatan perencanaan keuangan. Ada pun beberapa kategori yang termasuk dalam catatan perencanaan keuangan, menurut Wina, yakni investasi, cicilan utang, pengeluaran rutin, dan pengeluaran gaya hidup (lifestyle).
"Kalau untuk mahasiswa, mereka tidak perlu kategori cicilan utang, karena mereka belum punya penghasilan. Lain jika dia mahasiswa yang sambil bekerja atau memang yang sudah punya utang," jelasnya.
Penjelasan mengenai kategori pengeluaran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Investasi.
Jika untuk mahasiswa, tutur Wina, bisa dikatakan sebagai menabung karena sekali lagi, mahasiswa belum punya penghasilan sendiri. Investasi atau menabung ini termasuk pengeluan, karena kita mengalirkan uang ke pos tersebut setiap ada pemasukkan.
2. Cicilan utang.
Seperti kata Wina, mahasiswa yang belum punya penghasilan biasanya belum memiliki cicilan utang tertentu. Namun lain hal dengan mahasiswa yang sambil bekerja atau memang sudah punya hutang sebelumnya. Cicilan utang yang dimaksud Wina yakni cicilan rumah, mobil, motor, atau membayar kartu kredit. Kamu sendiri belum ada utang yang seperti itu kan? Makanya, lewati saja poin ini jika kamu memang masih ditanggung orangtua.
3. Pengeluaran Rutin.
Sudah tahu, 'kan, pengeluaran rutinmu apa saja? Sebagai contoh di antaranya uang makan, transportasi, kebutuhan pokok, iuran kos, dan sebagainya yang bersifat rutin. "Untuk pengeluaran makan, jika kamu makannya di restoran mahal, ya, itu bukan termasuk pengeluaran rutin. Itu masuknya ke lifestyle," terang Chief Executive Officer Quantum Magna Financial tersebut.
4. Pengeluaran Gaya Hidup (Lifestyle).
Pengeluaran di pos inilah yang menurut Wina membuat bukan hanya mahasiswa, tetapi juga setiap orang acap kali kehabisan uang sebelum waktunya. "Makanya harus hati-hati. Ciri-ciri pengeluaran lifestle yang paling dasar adalah kalau kita tidak beli atau pakai, tidak membuat kita mati," kata Wina menganalogikan situasi tersebut.
Setelah kita memantau pengeluaran setiap bulannya, barulah kita bisa memposkan pemasukkan yang telah kita identifikasi sebelumnya. "Jenis-jenis pengeluaran secara spesifik itu terserah mahasiswanya lagi, sebab kebutuhan dan pemasukkan orang sangat berbeda," Wida melanjutkan.
Salah satu teman kita yang mengalami hal tersebut yaitu Ardi. Mahasiswa Jurusan Ekonomi di salah satu perguran tinggi swasta di Jakarta Selatan ini mengaku, sulit mengatur keuangannya. Pasalnya dia harus memenuhi kebutuhan pokoknya seperti makan dan uang bensin, kemudian mau tidak mau mencukupi untuk kebutuhan perkuliahan.
"Uang saya selalu habis setiap minggunya, jadi enggak ada sisa untuk jajan, apalagi buat pacaran," kata Ardi sambil terkekeh saat dihubungi okezone, Minggu (31/7/2011).
Ardi mengaku, uang yang diberikan tiap awal pekan oleh orang tuanya dirasakan kurang mencukupi kebutuhannya, "Setiap minggu diberi Rp200 ribu sama ayah saya, kebutuhannya banyak, ya, mau bagaimana lagi? cukup tidak cukup harus cukup," imbuhnya.
Hampir sama dengan Ardi, salah satu mahasiswi dari fakultas yang sama dengannya yakni Restu Magfiroh, mengaku mengalami selalu kehabisan sebelum akhir bulan. "Aku ngekos di sebelah kampus. Pengeluaranku sih standar seperti makan, fotokopi tugas, atau makalah. Cuma masalahnya, selain dipotong untuk iuran kos tiap bulannya, aku punya ritual dengan teman-temanku untuk hangout tiap minggu di Mal daerah Margonda, Depok," katanya.
Mungkin kamu juga memiliki cerita yang kurang lebih sama dengan Ardi dan Restu. Masalah keuangan memang bikin mumet, tetapi sadar atau tidak itu mempengaruhi perkuliahanmu, loh. Bayangkan saja kalau uangmu sudah habis sebelum waktunya, sementara kamu harus fotokopi makalah wajib dari dosenmu, atau kamu harus ke dokter sendiri, jika kamu ngekos.
Bukannya berpikir negatif, tetapi baiknya kamu harus berpikir kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi padamu. Terutama untuk kamu yang ngekos, jauh dari orang tua, kalau bukan dirimu sendiri, siapa lagi?
Sebenarnya, sih, kondisi seperti itu sudah enggak zaman lagi. Sebagai generasi muda, sudah saatnya kamu atur keuanganmu sejak dini, supaya jika sudah terjun ke masyarakat, kamu enggak kaget dan beradaptasi lagi.
Jika kamu sudah latihan mengatur keuanganmu dari sekarang, nantinya kamu tinggal menyesuaikan dengan kondisi selanjutnya dengan mudah. Nah, mau tau apa dan bagaimana mengatur arus uangmu (cashflow)?
Masalah yang dihadapi mahasiswa ternyata enggak cuma seputar jungkir-balik menyelesaikan tugas kuliah, eksis di Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bikin kamu lupa waktu, atau sekadar hubungan sosialmu saja, loh.
Ada satu masalah yang mungkin terdengar sederhana tapi krusial, betul, keuanganmu. Benarkah persoalan uang bisa mempengaruhi kuliah kita? toh kalau soal uang, sebenarnya sudah diatur sama orang tua kita.
Iya sih, tapi sadar atau enggak orangtua memberimu uang saku untuk kamu kelola. Selain memang karena kebutuhanmu, mereka juga ingin melihat setinggi apa tingkat kedewasaanmu melalui tanggung jawabmu mengelola uang.
Lalu hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mengelola uang saku? Financial Planner, Ligwina Poerwo Hananto berpendapat, mahasiswa perlu tahu tentang arus uang (cashflow).
"Mahasiswa sekali pun harus tahu bagaimana cara mengelelola uang. Walaupun cashflow-nya tidak serumit orang dewasa atau yang sudah bekerja," katanya saat dihubungi okezone, Minggu (31/7/2011).
"Biarpun begitu, tetap harus tahu apa itu cashflow dan bagaimana mengaturnya," lanjut ibu dua anak yang akrab dipanggil Wina.
Wina menyarankan agar mahasiswa memantau pengeluarannya selama 30 hari terlebih dahulu, "Ini sebagai awal untuk mengidentifikasi ke mana saja uang yang kita keluarkan. Ingat selama satu bulan itu, apa yang kita pantau segera dicatat." Wina mengimbuhkan.
Dari catatan tersebut, tambahnya, dituangkan ke catatan perencanaan keuangan. Ada pun beberapa kategori yang termasuk dalam catatan perencanaan keuangan, menurut Wina, yakni investasi, cicilan utang, pengeluaran rutin, dan pengeluaran gaya hidup (lifestyle).
"Kalau untuk mahasiswa, mereka tidak perlu kategori cicilan utang, karena mereka belum punya penghasilan. Lain jika dia mahasiswa yang sambil bekerja atau memang yang sudah punya utang," jelasnya.
Penjelasan mengenai kategori pengeluaran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Investasi.
Jika untuk mahasiswa, tutur Wina, bisa dikatakan sebagai menabung karena sekali lagi, mahasiswa belum punya penghasilan sendiri. Investasi atau menabung ini termasuk pengeluan, karena kita mengalirkan uang ke pos tersebut setiap ada pemasukkan.
2. Cicilan utang.
Seperti kata Wina, mahasiswa yang belum punya penghasilan biasanya belum memiliki cicilan utang tertentu. Namun lain hal dengan mahasiswa yang sambil bekerja atau memang sudah punya hutang sebelumnya. Cicilan utang yang dimaksud Wina yakni cicilan rumah, mobil, motor, atau membayar kartu kredit. Kamu sendiri belum ada utang yang seperti itu kan? Makanya, lewati saja poin ini jika kamu memang masih ditanggung orangtua.
3. Pengeluaran Rutin.
Sudah tahu, 'kan, pengeluaran rutinmu apa saja? Sebagai contoh di antaranya uang makan, transportasi, kebutuhan pokok, iuran kos, dan sebagainya yang bersifat rutin. "Untuk pengeluaran makan, jika kamu makannya di restoran mahal, ya, itu bukan termasuk pengeluaran rutin. Itu masuknya ke lifestyle," terang Chief Executive Officer Quantum Magna Financial tersebut.
4. Pengeluaran Gaya Hidup (Lifestyle).
Pengeluaran di pos inilah yang menurut Wina membuat bukan hanya mahasiswa, tetapi juga setiap orang acap kali kehabisan uang sebelum waktunya. "Makanya harus hati-hati. Ciri-ciri pengeluaran lifestle yang paling dasar adalah kalau kita tidak beli atau pakai, tidak membuat kita mati," kata Wina menganalogikan situasi tersebut.
Setelah kita memantau pengeluaran setiap bulannya, barulah kita bisa memposkan pemasukkan yang telah kita identifikasi sebelumnya. "Jenis-jenis pengeluaran secara spesifik itu terserah mahasiswanya lagi, sebab kebutuhan dan pemasukkan orang sangat berbeda," Wida melanjutkan.