DIKUTIP.COM - Pada Suatu hari Abdullah bin Jafar  bermaksud berjalan-jalan memeriksa kebun-kebun miliknya. Saat itu   adalah waktu siang ditengah musim panas. Saat kebun- kebun buah dan  sayuran biasanya tumbuh sangat subur dan indah. Setelah  berkeliling dari satu kebun ke kebun yang lain, menjadi gembiralah hati  Abdullah bin Jafar. la melihat kebun-kebunnya diurus dengan baik oleh  para pembantunya Sehingga semua tanaman tampak tumbuh subur, sehat dan  tentu saja akan menghasilkan panen yang berlimpah. 
Tetapi, ketika melewati kebun tetangganya, Abdullah bin Jaf ar melihat sebuah peristiwa yang menarik perhatiannya. 
Di  bawah sebatang pohon korma, seorang budak lelaki tampak beristirahat  seraya membuka bekal makanan miliknya berupa tiga potong roti. Di dekat  sang budak duduk pula seekor anjing yang menatap si budak dengan  kelaparan. 
Lalu,  tanpa diduga, sang budak memberi satu potong rotinya kepada si anjing  yang melahapnya cepat dan kembali menatap si budak dengan penuh harap.  Sang budak kembali melemparkan roti kedua dan bahkan roti ketiga yang  kesemuanya dihabiskan oleh si anjing dengan cepat. 
Abdullah yang terheran-heran mendatangi sang budak dan bertanya, "Berapakah banyaknya bekalmu hari ini?" 
"Tiga potong roti ini, Tuan." 
"Jadi, semua roti yang kau berikan pada anjing itu adalah keseluruhan bekal milikmu pada hari ini?" 
"Benar sekali, Tuan." 
"Mengapa kamu melakukan itu? Memberikan semua bekalmu kepada seekor anjing? Bukankah kamu pun membutuhkannya?" 
Sang  budak tersenyum. "Tuan, tempat ini bukanlah tempat yang biasanya  disukai oleh anjing. Maka, melihat anjing yang lelah berdebu ini, aku  menduga ia datang dari tempat yang begitu jauh. la juga terlihat begitu  kelaparan. Maka, aku kasihan kepadanya dan tak ragu memberikan bekalku  kepadanya." 
"Lantas, bagaimana dengan dirimu sendiri?" 
"Tidak apa-apa. Aku masih bisa menahan rasa laparku hari ini," jawab sang budak yakin. 
Abdullah  bin Jafar sungguh tidak menduga sama sekali jawaban itu akan  dilontarkan sang budak. Betapa dia begitu murah hati dan tulus bahkan  kepada seekor hewan yang seringkali dianggap hina oleh manusia. "Betapa  mulia akhlaknya:' pikir Abdullah bin Jafar. "Budak yang m iskin ini  ternyata sangat dermawan. Bahkan melebihi diriku." 
Abdullah  bin Jafar tentu saja tidak mau ketinggalan dalam melakukan amal saleh.  Segera dicarinya tetangga pemilik kebun dan dibelinya kebun itu berikut  sang budak. Setelah kebun dan budak itu menjadi miliknya, dibebaskanlah  sang budak dan diserahkanlah kepada sang budak berikut kebun yang ia  dibeli dari tetangganya itu.
Betapa  berbahagianya sang budak dermawan ini. Kini ia menjadi seorang lelaki  yang bebas merdeka dan memiliki kebun untuk mencukupi kebutuhan  hidupnya. 
Administrator