Alkisah tersebutlah seorang Raja kafir yang menganggap dirinya tuhan yang harus disembah oleh seluruh manusia. Siapapun yang tidak mau menyembahnya akan dihukum berat. Sang raja selalu didampingi seorang tukang sihir tua dan seorang patih yang gagah berani.
Suatu hari tukang sihir berkata kepada raja, “Paduka…Usia hamba sudah sangat tua dan tidak lama lagi hamba akan mati. Mohon Paduka mencari seorang pemuda yang cerdas untuk hamba warisi semua ilmu sihir yang hamba miliki.”
Permohonan tukang sihir dikabulkan oleh raja. Seluruh prajurit kerajaan dikerahkan untuk mencari pemuda seperti apa yang diinginkan oleh tukang sihir. Beberapa hari kemudian ditemukanlah Ghulam, seorang bocah dibawah umur yang diketahui memiliki otak cemerlang. Setelah memohon izin pada orang tuanya, Ghulam berangkat ke istana dan mulai belajar ilmu-ilmu sihir. Setelah seharian belajar, sore harinya Ghulam diperbolehkan pulang ke rumah orangtuanya. Namun keesokan harinya Ghulam harus sudah kembali ke istana. Berkat kecerdasan dan ketekunannya, dalam waktu singkat Ghulam sudah menguasai hampir seluruh ilmu yang dimiliki tukang sihir.
Pada suatu hari ketika Ghulam berangkat ke istana, ditengah perjalanan ia bertemu seorang kyai.
“Hai bocah kecil, hendak kemana kau sendirian pagi-pagi begini” tanya pak Kyai kepada Ghulam
Ghulam bercerita dari awal ia bertemu prajurit kerajaan sampai berguru kepada tukang sihir kerajaan. Pak Kyai tersenyum mendengar penuturan bocah cilik yang lugu itu.
“Wahai bocah, ilmu yang kau pelajari selama ini adalah sihir. Belajar ilmu sihir adalah suatu perbuatan yang sangat dimurkai oleh Alloh tuhan yang menciptakan seluruh jagad raya beserta isinya…..”
Penjelasan Pak Kyai tentang ketuhanan membuat Ghulam semakin tertarik dan ingin mengetahui lebih jauh lagi.
“Pak Kyai, bolehkah aku menjadi muridmu” Bimbinglah aku agar tidak salah jalan…”
“Tentu saja boleh. Tapi bagaiman dengan latihanmu di istana?”
“Sudahkah Pak Kyai mengijinkan aku untuk tetap latihan di istana agar Raja dan guruku tidak curiga?”
“Baiklah. Kalau begitu datanglah kau kesini pagi hari sebelum latihan dan sore hari setelah latihan di istana”
“Terimakasih Pak Kyai, mulai besok pagi engkau menjadi guruku”
Pertemuan antara Ghulam dengan Pak Kyai membuat Ghulam selalu terlambat datang ke istana dan terlambat pulang ke rumah. Ia tak bisa mengelak dari hukuman tukang sihir atas keterlambatannya, demikian juga hukuman dari orangtuanya. Keadaan ini diceritakan kepada Pak Kyai.
“Aku bisa mengerti kegaluan hatimu, Nak. Demi kebaikan semua, jika kau terlambat datang ke istana buatlah alasan bahwa di rumah banyak pekerjaan, sedangkan kalau kau terlambar pulang, jelaskan kepada orang tuamu bahwa banyak sekali ilmu-ilmu yang harus dipelajari di istana.”
Waktu terus berjalan, Ghulam semakin banyak menguasai ilmu-ilmu sihir. Hingga pada suatu sore ketika Ghulam pulang dari istana, terjadi keributan di tengah kota . Seekor harimau sedang mengamuk. Ia mulai menyusup diantara warga yang sedang panik, hingga akhirnya ia berhadapan langsung dengan binatang buas itu. Binatang itu mengambil ancang-ancang akan menyerang Ghulam. Ghulam mengambil sebuah batu, lalu berdoa…..
“Ya Alloh….kalau memang ilmu Pak Kyai yang Engkau ridhoi daripada ilmu tukang sihir, maka matikanlah binatang ini….”
Ghulam melempar batu tepat mengenai kepala binatang itu hingga menggelepar dan akhirnya mati. Penduduk kota yang memperhatikan tingkah laku Ghulam langsung keluar dari persembunyiannya dan bersorak sorai mengelu-elukan Ghulam. Namun Ghulam tidak memperdulikan, ia terus berjalan meninggalkan tempat tersebut. Setibanya di rumah Pak Kyai, Ghulam menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya. Setelah selesai mendengar cerita Ghulam Pak Kyai berkata….
“Anakku, ternyata kau lebih hebat daripada aku. Kau sendiri telah membuktikan bahwa segala sesuatu yang benar pasti dimenangkan oleh Alloh dan segala sesuatu yang bathal pasti akan dihancurkan oleh Alloh. Ketahuilah nak, menetapi kebenaran pasti ada cobaan. Jika suatu saat kau dipanggil oleh Raja, jangan katakan kalau kau mendapat pelajaran dariku”
Sejak saat itu Ghulam semakin yakin atas kebenaran ilmu yang diajarkan Pak Kyai, bahwa tiada daya dan kekuatan di muka bumi ini melainkan hanyalah milik Alloh, tuhan semesta alam. Sementara itu seluruh pelosok negeri telah tahu bahwa Ghulam adalah si bocah sakti, ia bisa mengobati segala macam penyakit.
Pada suatu hari datanglah Patih raja ke rumah Ghulam Ia terserang penyakit yang ganas sehingga kedua matanya menjadi buta. “Wahai Ghulam, jika kau bisa menyembuhkan sakitku sehingga kedua mataku kembali dapat melihat, akan kuberi kau hadiah yang sangat besar. Apapun yang kau minta akan kukabulkan…”
“Sebenarnya aku tidak bisa menyembuhkan sakit apapun. Yang mendatangkan sakit adalah Alloh, maka yang dapat menyembuhkan pun hanyalah Alloh. Jika tuan Patih mau beriman kepada Alloh, aku akan memohon kepada Alloh agar Dia menyembuhkan sakitmu”
Setelah mendengar banyak nasehat dari Ghulam, akhirnya sang Patih menyatakan dirinya beriman kepada Alloh, lalu Ghulam berdoa untuk kesembuhan Patih. Secara samar-samar Patih mulai melihat sekililingnya hingga akhirnya pandangannya menjadi jelas. Patih pulang ke istana untuk kembali menjalankan tugas mendampingi sang Raja. Sesampainya di istana, Raja terkejut melihat patih…
“Paman Patih. Kau sudah sembuh?! Siapa yang menyembuhkanmu?”
“Ampun paduka… Yang menyembuhkan sakitku adalah tuhanku dan tuhan paduka, yaitu Alloh…”
“Apa katamu?! Bukankah aku adalah tuhanmu?! Akulah yang pantas disembah oleh semua manusia dimuka bumi !”
Tanpa ampun lagi, Raja memerintahkan pengawalnya untuk menghukum paman Patih dengan hukuman yang berat.
“Hai Patih! Siapa yang telah mengajarimu untuk mengkhianati Rajamu!”
“Paduka…Ghulam yang telah mengajariku. Tetapi kumohon ampunilah dia. Dia masih terlalu kecil untuk mendapatkan hukuman, biar aku saja yang menanggung semua kemarahan paduka…”.
AKHIRNYA Ghulam dipanggil menghadap Raja. Sang Raja tidak marah kepada Ghulam, karena ia tahu bahwa Ghulam adalah calon pengganti tukang sihir kerajaan.
“Wahai anakku, tak kusangka kau menjadi seorang bocah yang luar biasa. Kau dapat menyembuhkan sakit yang diderita patihku. Ilmu sihir yang kau miliki, lebih hebat daripada ilmu sihir gurumu….”
“Paduka jangan salah. Sebenarnya hamba tidak dapat menyembuhkan sakit apapun. Yang mendatangkan sakit adalah Alloh, maka yang dapat menyembuhkan pun hanyalah Alloh. Alloh adalah tuhan hamba dan tuhan Paduka. Dialah tuhan yang pantas disembah oleh manusia di muka bumi. Dialah tuhannya alam semesta ini….”
Seketika itu muka Raja menjadi merah, hatinya geram menahan amarah. Ghulam pun mendapatakan hukuman yang setimpal. Ia dipaksa mengaku, siapa orang yang telah menanamkan keyakinan itu kepadanya. Namun Ghulam teringat akan pesan Pak Kyai, sehingga ia tidak mau mengaku. Hukuman makin ditingkatkan. Ghulam tidak tahan dengan beratnya hukuman itu, akhirnya ia mengaku bahwa gurunya adalah Pak Kyai. Tak lama kemudian Pak Kyai sudah dibawah ke istana.
“Pak Kyai! Kembalillah kau pada agama nenek moyangmu! Akuilah aku sebagai tuhan!”
“Maaf paduka. Permintaan paduka tidak bisa hamba kabulkan.”
“Pengawal…! Hukum dia!”
Masuklah seorang algojo dengan geraji ditangannya. Geraji diletakkan tepat di belahan kepala pak Kyai, namun pak Kyai tidak sedikitpun merasa takut. Pak Kyai yakin bahwa sebentar lagi ia akan mendapatkan balasan atas keteguhan imannya. Tubuh Pak Kyai sedikit demi sedikit terbelah menjadi dua. Ia telah gugur sebagai pejuang yang menegakkan Agama Alloh.
“Patih! Kini giliranmu! Apa kau juga akan mengikuti jalan kyai bodoh itu!” teriak sang Raja.
“Paduka ….Lebih baik aku mati daripada dipaksa menentang Alloh tuhanku”
Akhirnya sang Patih mengalami nasib yang sama seperti Pak Kyai, tubuhnya terbelah menjadi dua bagian. Tinggallah Ghulam seorang diri yang beriman kepada Alloh. Tiba-tiba Raja berteriak memanggilnya
“Ghulam! Kau tahu, kedua temanmu telah mati. Kau tidak seperti mereka bukan? Bagaimana? Kau mau meninggalkan tuhanmu dan kembali ke agama nenek moyangmu?”
Tentu saja Ghulam menolak tawaran Raja. Namun kali Raja tidak bisa berbuat banyak kepada Ghulam. (“Anak ini masih terlalu kecil untuk menerima kematian seperti kyai dan Patih. Akan kubuat siasat saja….”)
“Ghulam …. Sekarang kau boleh tunggu di luar. Pengawal….! Ajaklah anak itu naik gunung, tanyalah ia apa mau kembali ke agama nenek moyangnya, jika tidak mau, setelah sampai puncak gunung doronglah die ke jurang…”
Berangkatlah para pengawal raja bersama Ghulam menuju puncak gunung. Ghulam tahu bahwa ini adalah rencana pembuhunah dirinya. Maka berdoalah ia, Ya Alloh…Cukupillah aku dari kejelekan mereka dengan apa-apa yang Kau kehendaki….
Saat itu tiba-tiba terjadi gempa bumi, longsorlah gunung yang akan didaki itu menimpa para pengawal raja, mereka semua tewas. Ghulam diselamatkan Alloh, tubuhnya tidak tergores sedikitpun lalu ia kembali ke istana. Bukan main kagetnya sang raja demi melihat Ghulam pulang dalam keadaan selamat.
“Hai bocah! Mengapa kau masih disini?! Mana para pengawalku?!
“Mereka mati dibunuh Tuhanku…”
Raja kembali mengutus pengawalnya untuk membawa Ghulam berlayar dengan maksud akan melempar Ghulam ke tengah lautan. Ditengah perjalanan Ghulam kembali berdoa agar Alloh menyelamatkan dan merusak kepada orang-orang yang berniat jelek kepadanya. Tiba-tiba datang ombak besar, perahu yang mereka tumpangi terbalik dan pecah, semua mati tertelan ombak kecuali Ghulam yang selamat kembali ke istana. Raja kembali dikejutkan dengan kedatangan Ghulam.
“Ghulam …! Kau kembali?! Mana yang lain?!
“Mereka ditenggelamkan Alloh di tengah lautan. Paduka…Engkau tidak akan dapat membunuhku, karena Alloh belum menghendaki aku mati. Jika Paduka ingin membunuhku, patuhilah syarat-syarat yang kuajukan”.
“Katakan apa syarat itu !”
“Kumpulkan seluruh rakyat di alun-alun, tanpa kecuali. Ikatlah aku di pohon kurma, lalu panahlah aku. Sebelum Paduka melepaskan anak panah, Paduka haru berteriak keras …BISMILLAHI ROBBIL GHULAM (Dengan menyebut nama Alloh, tuhannya Ghulam )
Hari itu alun-alun sudah penuh warga yang berkumpul sejak pagi, mulai bayi, remaja, pria, wanita sampai kakek nenek. Ghulam sudah terikat pohon kurma. Busur dan anak panah sudah ada di genggaman sang Raja. Sang Raja mendatangi para menterinya satu per satu lalu berkata…..
“Firasatku mengatakan, akan terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Tetapi apapun yang terjadi, bocah itu harus mati?”
Begitu melihat Ghulam terbunuh, rakyat yang sejak tadi terpaku tiba-tiba menjadi bergemuruh. Mereka menyatakan beriman kepada Alloh…KAMI BERIMAN KEPADA TUHANNYA GHULAM!... KAMI BERIMAN KEPADA TUHANNYA GHULAM!... KAMI BERIMAN KEPADA TUHANNYA GHULAM!...
Raja yang kegirangan melihat Ghulam telah mati kini berubah menjadi panik. Para menteri kerajaan dikumpulkan untuk bersidang.
“Wahai Paduka…Ternyata firasat paduka benar. Hampir seluruh rakyat negeri ini meninggalkan paduka. Mereka beriman kepada Tuhannya Ghulam. Sekarang apa yang harus kita lakukan ?”
“Galilah lubang yang besar dan dalam pada setiap perempatan jalan, lalu nyalakan api di dalamnya. Bagi siapa yang tidak mau kembali ke agama kita, lemparkan ke dalamnya”.
Perintah pun dilaksanakan. Sudah puluhan rakyat yang di lemparkan ke dalam lubang api karena mereka mempertahankan keimanannya kepada Alloh. Hingga tiba giliran seorang ibu yang menggendong bayinya. Sang ibu memandang bayinya….
“Nak…Kalau ibu melompat bagaimana denganmu?” Tiba-tiba bayi dalam gendongan itu berbicara….
“Ayo ibu………. Melompatlah……… Sesungguhnya engkau dalam mempertahankan kebenaran….”
Langsung sang ibu melompat bersama bayinya. Mereka yang telah terjun kedalam lubang itu berprinsip Lebih baik mati daripada hidup dipaksa kafir kepada Alloh. Lebih baik masuk lubang api di dunia daripada dibakar api neraka di akhirot.
API yang membara di lubang-lubang itu ternyata kian membesar dan sulit di padamkan, hingga merembet ke perumahan penduduk yang akhirnya menyambar istana raja. Raja beserta seluruh pengikutnya mati terbakar.
************
Sumber HR “Shohih Muslim”