Harto adalah seorang suami yang sering ‘Jajan’ di komplek lokalisasi. Suatu malam ketika ia selesai kencan dengan isterinya sendiri, Harto langsung menyerahkan uang lima puluh ribu kepada sang isteri dan buru-buru mengenakan celana panjang.
Saat sang isteri pergi ke kamar mandi, Harto baru sadar bahwa kebiasaan itu hanya berlaku untuk seorang pelacur yang melayaninya, bukan untuk sang isteri.
“Celaka ! Pasti isteriku akan tahu kalau aku sering jajan di tempat begituan?!” gumam Harto dengan cemas.
Ia tak punya alasan untuk menarik kembali uangnya itu.
Tapi ketika sang isteri keluar dari kamar mandi, ternyata ia langsung di dekati oleh sang isteri yang berwajah berang.
Sang isteripun membentaknya: “Hei, kurang nich! Biasanya seratus ribu, kenapa kau kasih cuma lima puluh
ribu?!”
Harto : “Biasanya… ?!”
“Oh, hmm, eeh… anu… maksudku…” sang isteripun gugup dan pucat sekali.
Saat sang isteri pergi ke kamar mandi, Harto baru sadar bahwa kebiasaan itu hanya berlaku untuk seorang pelacur yang melayaninya, bukan untuk sang isteri.
“Celaka ! Pasti isteriku akan tahu kalau aku sering jajan di tempat begituan?!” gumam Harto dengan cemas.
Ia tak punya alasan untuk menarik kembali uangnya itu.
Tapi ketika sang isteri keluar dari kamar mandi, ternyata ia langsung di dekati oleh sang isteri yang berwajah berang.
Sang isteripun membentaknya: “Hei, kurang nich! Biasanya seratus ribu, kenapa kau kasih cuma lima puluh
ribu?!”
Harto : “Biasanya… ?!”
“Oh, hmm, eeh… anu… maksudku…” sang isteripun gugup dan pucat sekali.