Budidaya tanaman sayur kobis atau kol ternyata tidak harus di budidaya di kawasan dataran tinggi saja. Di Purwokerto Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah sekelompok santri berhasil membudidayakan kobis didataran rendah hingga bisa menghasilkan panen dengan kualitas bagus. Budidaya tersebut bisa berhasil berkat pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak.
Kotoran hewan ternak seperti kerbau, sapi dan kambing, mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi para santri pondok pesantren as salafiyah. Di pesantren yang berada di lingkungan kampus Universitas Jendral Soedirman Purwokerto tersebut, kotoran ternak bisa menghasilkan uang jutaan rupiah setiap minggunya, dengan menyulapnya menjadi pupuk organik yang dijual seharga 70 ribu rupiah perliternya.
Pembuatan pupuk organik ini sebenarnya sangat sederhana. Kotoran isi perut hewan ternak terlebih dahulu diperah dengan alat sederhana untuk menghasilkan kandungan air. Kandungan air inilah yang kemudian dicampurkan dengan sejenis bubuk dari batu putih yang ditaburkan kedalam bak penampungan kotoran cair. Setelah diendapkan beberapa minggu, barulah cairan ini dimasukkan kedalam botol kemasan isi satu liter.
Satu liter pupuk organik ini bisa digunakan untuk menyemprot satu hektar tanaman padi, kobis atau jagung. Sedangkan untuk tanaman keras, pupuk ini cukup dituangkan ke akarnya. Dalam sehari, para santri ini bisa membuat sedikitnya 200 liter pupuk organik.
Berkat temuan pupuk organik tersebut, kini budidaya tanaman kobis dan jenis tanaman dataran tinggi lainnya bisa dikembangkan di dataran rendah seperti di purwokerto, kabupaten banyumas. Meski budidaya tanaman dataran tinggi ini baru dilakukan hampir satu tahun, namun hasil panen tergolong sangat bagus dengan kualitas tanaman yang bagus pula.
Tak hanya itu, pupuk organik buatan santri ini terbukti bisa juga digunakan untuk budidaya tanaman bawang merah, bawang putih serta wortel.
Kyai Syarif Nurkholis, Pimpinan Pondok Pesantren As Salafiyah mengatakan, pesantren yang di pimpinnya sejak tahun 1980 ini tidak hanya memberi bekal ilmu agama saja bagi santrinya, namun juga bekal ilmu pertanian hingga bekal inovasi pupuk organik.