Bank Indonesia (BI) siap melakukan intervensi di pasar untuk menjaga tekanan terhadap melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Bank sentral optimistis dengan kuatnya fundamental RI, tekanan terhadap nilai tukar rupiah akan mereda dan kembali kepada penguatannya dalam waktu dekat.
"BI akan tetap berkomitmen untuk berada di pasar bila diperlukan melalui berbagai cara termasuk intervensi langsung, pembelian Surat Berharga Negara (SBN) baik secara bilateral operasi pasar terbuka (OPT) rupiah maupun lelang dengan menggunakan valuta asing," ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Sarwono kepada detikFinance di Jakarta, Minggu (18/9/2011).
"Hal ini telah meningkatkan kembali kepercayaan investor sehingga tekanan terhadap nilai tukar berkurang dan akan kembali ke trend penguatannya dalam waktu dekat ini," imbuh Deputi Bidang Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter ini.
Menurut Hartadi gejolak di pasar keuangan pada pekan lalu dipicu oleh kekhawatiran oleh memburuknya penanganan krisis di Eropa yang memberikan tekanan pada keluarnya investor asing yang berjangka pendek untuk profit taking.
Sementara itu strategic investor memilih tetap bertahan karena prospek RI ke depan yang baik. "Bahkan kami menandai masuknya beberapa strategic investor baru ke pasar keuangan Indonesia," kata Hartadi.
Seperti diberitakan sebelumnya, nilai tukar rupiah kembali menunjukkan penguatannya setelah tembus ke level Rp Rp 8.800 per dolar AS. Pada perdagangan Jumat (16/9/2011) rupiah kembali menguat di posisi Rp 8.775 per dolar AS.
Pelemahan rupiah terhadap dollar AS yang sempat terjadi pada pekan ini membuat BI harus melakukan intervensi untuk menjaga kestabilan nilai rupiah. Akibatnya, cadangan devisa RI anjlok sekitar US$ 2 miliar ke posisi US$ 122 miliar per akhir pekan ini.
"BI akan tetap berkomitmen untuk berada di pasar bila diperlukan melalui berbagai cara termasuk intervensi langsung, pembelian Surat Berharga Negara (SBN) baik secara bilateral operasi pasar terbuka (OPT) rupiah maupun lelang dengan menggunakan valuta asing," ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Sarwono kepada detikFinance di Jakarta, Minggu (18/9/2011).
"Hal ini telah meningkatkan kembali kepercayaan investor sehingga tekanan terhadap nilai tukar berkurang dan akan kembali ke trend penguatannya dalam waktu dekat ini," imbuh Deputi Bidang Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter ini.
Menurut Hartadi gejolak di pasar keuangan pada pekan lalu dipicu oleh kekhawatiran oleh memburuknya penanganan krisis di Eropa yang memberikan tekanan pada keluarnya investor asing yang berjangka pendek untuk profit taking.
Sementara itu strategic investor memilih tetap bertahan karena prospek RI ke depan yang baik. "Bahkan kami menandai masuknya beberapa strategic investor baru ke pasar keuangan Indonesia," kata Hartadi.
Seperti diberitakan sebelumnya, nilai tukar rupiah kembali menunjukkan penguatannya setelah tembus ke level Rp Rp 8.800 per dolar AS. Pada perdagangan Jumat (16/9/2011) rupiah kembali menguat di posisi Rp 8.775 per dolar AS.
Pelemahan rupiah terhadap dollar AS yang sempat terjadi pada pekan ini membuat BI harus melakukan intervensi untuk menjaga kestabilan nilai rupiah. Akibatnya, cadangan devisa RI anjlok sekitar US$ 2 miliar ke posisi US$ 122 miliar per akhir pekan ini.