Bermula dari kesenangannya memelihara burung, Sukardi(62 tahun) warga Dusun Pereng, Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Jogjakarta, mampu membudidayakan jenis burung perkutut yang disebutnya perkutut crash loreng. Semakin menarik panjang suara ketheknya atau merdu suara yang dihasilkan semakin mahal, harga seekor perkutut dapat mencapai harga Rp 800.000 hingga Rp 1 juta.
Di rumahnya yang sederhana Sukardi membudidaya burung perkutut crash loreng, persilangan antara perkutut bangkok dengan perkutut lokal. Hasil perkawinan ini yang kemudian terus dikembangkan oleh Sukardi.
Jika dilihat sepintas lalu, maka penampilan perkutut milik Sukardi tak beda jauh dengan perkutut yang dibudidaya oleh kebanyakan peternak burung. Namun jika di amati, maka bentuk tubuh yang sedang bersuara yang merdu menjadi perbedaan dengan perkutut lainnya.
Sukardi memulai usahanya sejak 13 tahun lalu dan telah menjual perkutut crash mencapai ratusan ekor. Perkutut yang baru saja berumur 3 minggu sudah bernilai 200 Ribu Rupiah lebih, apalagi jika mengeluarkan suara merdu dengan cengkoknya yang khas, harga perekornya mampu menembus angka 800 Ribu Rupiah hinggga 1 Juta Rupiah.
Sukardi memulai usaha budidaya perkutut crash loreng, bermula dari sekedar hobi memelihara burung, namun setelah lama memelihara hatinya jatuh untuk memelihara perkutut, disamping mudah perawatan, namun juga irit biaya,
Kutut crachnya sudah melalang buana ke beberapa pulau, seperti kalimantan, sumatera dan sulawesi selatan. Biasanya, para pembeli mengetahui jenis kutut crash dari mulut kemulut.
Saat ini, Sukardi masih memiliki stok burung perkutut crash sebanyak 200 – hingga 300 ekor, beberapa ekor sudah dipesan pembeli hingga mengeluarkan suara dengan cengkoknya yang khas, seperti , haur ketek-ketek kur , haur ketek-ketek kur .
Sukardi mengaku rata- rata per bulan mampu menjual burung perkutut jenis crash loreng 2 ekor hingga 4 ekor, baik masih anakan hingga yang sudah berbunyi merdu.