Belut sawah yang banyak dijumpai di lubang pematang sawah ternyata bisa dibudidayakan, dan bernilai ekonomi cukup baik. Adalah Kusno (37 tahun) petani asal Desa Kapongan, Kecamatan Kapongan Situbondo Jawa Timur, sukses menggeluti budidaya belut sawah selama 15 tahun dari profesi semula sebagai petani.
Berbekal satu belut jantan dan betina yang ia dapatkan dari sawah, Kusno pun mengawinkan secara alami belut itu dengan belut betina. Tiga kali sehari, Kusno memberi makan belut dengan katak sawah. Dari perkawinan secara alami itu. Pada usia dua minggu belut mulai bertelur dan menetas menjadi ribuan ekor belut dan terus beranak pinak.
Sepekan sekali air kolam di ganti dengan air baru agar tetap bersih. Saat usia tiga bulan. Belut sudah mulai dapat di jual. Satu kilogram belut di Bali di jual seharga 22 Ribu Rupiah. Setiap empat hari, ia mampu mengirim hingga 1 ton belut ke Bali.
Kusno mengaku, awal hanya sekedar coba-coba untuk mengisi waktu luang usai menggarap sawah. Kebiasaannya mencari belut kemudian dikembangkan di sebuah kolam.
Banyaknya permintaan, membuat Kusno kualahan. Selain untuk menu makanan di sejumlah restoran, warga Bali menjadikan belut sebagai santapan lauk pauk harian yang cukup lezat, karena di yakini memiliki protein yang setara dengan daging sapi dan mempunyai kandungan energi paling tinggi daripada daging sapi dan telor ayam.