Pisau umumnya digunakan untuk memotong sayur atau buah - buahan. Namun di tangan sumarwoto, 65 tahun, warga desa pucang anom kecamatan tamanan kabupaten bondowoso, pisau-pisau tadi disulap menjadi pisau yang memiliki nilai seni karena keunikan pada bentuknya.
Usaha pembuatan pisau ini dimulai sejak tahun 1980. Awalnya pria yang akrab dipanggil dengan Pak Sumo ini mendapatkan pesanan dari tetangga sekitarnya yang umumnya memesan alat untuk bertani seperti cangkul dan sabit.
Disamping itu, Pak Sumo juga mencoba membuat pisau dengan bentuk yang diciptakannya sendiri sambil mencoba memasarkannya ke masyarakat. Karena ketekunannya menjalani profesi, usaha pandai besi yang di gelutinya, dikenal oleh masyarakat.
Umumnya jenis pisau yang di produksi yaitu pisau rambo, king cobra, king brown, jingle king dan juga samurai jepang.
Karena proses pembuatan pisaunya masih sangat tradisional, untuk memproduksi satu buah pisau saja, pak sumo membutuhkan waktu lima hari dengan dibantu oleh tiga orang karyawannya.
Proses pembuatan pisau diawali dengan proses pembakaran besi selama sepuluh menit, setelah besi itu terlihat memerah, kemudian besi ini dipukul dengan menggunakan alat tumbuk pada saat bara masih terlihat memerah, sampai akhirnya besi yang dipukul ini menjadi bentuk awal dari pisau.
Proses selanjutnya adalah menempa, yaitu proses membentuk pisau yang disesuaikan dengan model dan keunikannya, pekerjaan ini tidaklah mudah, karena memerlukan kecekatan dan juga konsentrasi dari pembuatnya.
Harga pisau Pak Sumo bervariasi yaitu dari Seratus Ribu Rupiah hingga Lima Ratus Ribu Rupiah. Untuk pisau Samurai, Pak Sumo menjualnya Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah hingga Satu Juta Rupiah.