Kemusyrikan dan kedzaliman semakin merajalela di desa Nabi Yunus. Sebagai seorang Nabi Alloh, Nabi Yunus senantiasa menasehati kaumnya, siang dan malam terus berdakwah mengajak kaumnya agar mau menyembah kepada Alloh. Akan tetapi tidak ada seorang pun yang mau mendengar dan mengikuti ajakan Nabi Yunus. Sebaliknya, mereka malah mencaci maki, mengolok-olok dan mendustakan Nabi Yunus. Hingga datanglah suatu hari di mana Nabi Yunus merasakan keputusasaan, hatinya dipenuhi dengan perasaan kesal dan marah pada kaumnya.
“Meraka benar-benar keterlaluan! Masa mereka tidak tahu kalau aku ini seorang nabi yang di utus oleh Alloh untuk mengajak manusia beribadah yang benar. Aku sudah bersusah payah mengajak mereka tapi mereka menolak bahkan menghinaku. Aku tidak bisa terus bersama mereka dalam kesesatan, mereka harus ditinggalkan.....” Nabi Yunus bertekad untuk pergi meninggalkan kaumnya., pergi dengan gejolak perasaan yang tidak menentu, putus asa, terpukul dan marah pada kaumnya. Langkah demi langkah Nabi Yunus berjalan hingga sampailah beliau ke tepi laut. Tanpa berpikir panjang Nabi Yunus naik keatas perahu yang kebetulan sedang berlabuh. Tak lama kemudian perahu mulai berlayar meninggalkan daratan menuju lautan lepas.
Nabi Yunus tidak sadar bahwa belaiu sedang mengambil keputusan yang salah. Nabi Yunus telah lari dari ketentuan Alloh. Tiada makanan maupun bekal yang beliau bawa, tiada seorang pun teman yang menemani beliau. Nabi Yunus menaiki perahu dalam keadaan guncang jiwanya. Nahkoda perahu mendekati Nabi Yunus, “Tuan...Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya nahkoda perahu.
“Aku ingin pergi bersama perahu kalian....”jawab Nabi Yunus singkat.
Perahu terus berlayar membelah lautan yang tenang, angin bertiup dengan lembut dan baik. Namun tiba-tiba semuanya berubah, angin bertiup kencang, lautan bergolak cukup dasyat, ombak bergulung-gulung setinggi gunung. Sebagian awak perahu nampak sibuk menguras air yang mulai masuk ke permukaan perahu, sedangkan yang lainnya ramai-ramai menggulung layar. Angin kencang dan gelombang besar tak kunjung reda, keadaan semakin membahayakan. Nahkoda perahu segera mengambil tindakan.
“Kurangi beban perahu....! Kita harus mengadakan undian bagi semua penumpang perahu! Barangsiapa yang namanya keluar dia harus dibuang kelautan.”
Nabi Yunus mengetahui bahwa ini adalah tradisi dari tradisi-tradisi yang biasa dilakukan awak perahu jika mereka menghadapi angin keras. Sehingga terpaksa Nabi Yunus pun harus mengikuti undian itu. Nama Nabi Yunus dimasukkan bersama dengan penumpang lainnya dan dilakukanlah undian. Pada undian yang pertama betapa terkejut Nabi Yunus karena yang keluar justru namanya. Lalu diadakan undian yang kedua, dan kali ini pun yang keluar namanya. Nabi Yunus mulai gemetar, jantungnya berdegup kencang.
“Kalau sampai undian ketiga nanti namaaku lagi yang keluar....tamatlah riwayatku”.
Akhirnya diadakan undian yang ketiga. Kali ini Nabi Yunus tidak bisa mengelak lagi, badannya terkulai lemas, yang keluar pada undian ketiga itu lagi-lagi namanya beliau. Akhirnya ditetapkan bahwa Nabi Yunus harus dibuang kelautan.
Saat itu pandangan seluruh penumpang perahu tertuju pada Nabi Yunus. Nabi Yunus baru menyadari bahwa beliau telah berbuat kesalahan ketika meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. Kini Nabi Yunus merasa bahwa Alloh akan menurunkan hukuman padanya karena beliau dianggap salah karena meninggalkan kaumnya tanpa izin Alloh.
Nabi Yunus berdiri di tepian perahu dan melihat lautan yang dipenuhi dengan ombak yang mengerikan. Dunia nampak gelap tidak cahaya bulan. Air pun hanya kelihatan hitam sedangkan hawa dingin menembus tulang. Kemudian nahkoda perahu berteriak
“Lompatlah wahai musafir....”
Sementara tiupan angin semakin kencang, beliau mengumpulkan keberaniannya saat akan terjun ke laut. Akhirnya “Byurr!” Nabi Yunus terjun ke laut dan timbul tenggelam di permukaan laut yang bergolak. Tiba-tiba seekor ikan raksasa sejenis paus berada di depannya. Ikan itu tersenyum karena Alloh telah mengirim padanya makanan malam. Hanya dalam sekejab hilanglah jasad Nabi Yunus di telan ikan itu. Kemudian ikan itu kembali ke dasar lautan. Nabi Yunus terkejut ketika mendapati dirinya dalam perut yang gelap sekali. Tiga kegelapan menimpa Nabi Yunus, kegelapan malam, kegelapan di dasar lautan, dan kegelapan dalam perut ikan. Nabi Yunus merasakan bahwa dirinya telah mati. Beliau mencoba menggerakkan panca indera dan anggota tubuhnya ternyata masih bergerak dan lisannya pun mulai mengikutinya. Beliau mengatakan Nabi Yunus terpenjara di dalam perut ikan. Beliau mulai dapat menguasai emosinya, mulutnya mulai bergerak bertasbih kepada Alloh.
“Tiada Tuhan selain Engkau ya Alloh. Wahai Yang Maha Suci, sesungguhnya aku termasuk orang yang menganianya diri sendiri.”
Tidak ada yang dapat Nabi Yunus lakukan selain pasrah dan terus bertasbih kepada Alloh. Beliau tidak makan dan tidak minum, beliau berpuasa dan berbuka dengan tasbih.
Sudah hampir 40 hari Nabi Yunus berada dalam perut ikan. Tubuhnya semakin lemah tidak berdaya. Hingga pada saat yang telah di tentukan oleh Yang Maha Kuasa, diperintahNya ikan itu untuk naik ke permukaan laut dan mengeluarkan Nabi Yunus dari perutnya ke sebuah daratan. Ikan itu pun mengikuti perintah Tuhan nya, Nabi Yunus dimuntahkan keluar dari perutnya, beliau tergeletak lemas dan sakit, wajahnya tersengat panasnya sinar matahari. Alloh menubuhkan sebuah pohon sejenis labu untuk melindungi badan nabi Yunus dari terik matahari. Penduduk kampung segera menolong dan merawat Nabi Yunus hingga sehat kembali.
Alloh telah memberikan pelajaran berharga pada Nabi Yunus. Kini Nabi Yunus kembali melaksanakan tugasnya memberantas kemusyrikan di muka bumi dengan tegar dan semangat. Banyak orang-orang yang insaf menjadi pengikut Nabi Yunus, Alloh telah mengampuni semua kesalahannya.
********