“Pak sudahlah tak usah diobati lagi tumor ini. Saya terasa sangat sakit. Biarkan tumor ini tetap ada, nanti juga hilang kalau saya sudah mati,” ucap Siti Julia,8, bocah penderita tumor. Demikian sepenggal kepasrahan yang terlontar dari Jupe, begitu ia disapa guru disekolahnya SDN Sukahaji, seperti dilontarkan ayahnya, Husni Mubarak.
Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Husni Mubarak, 38, dan Ny Etty, 34, warga Kp Sumur Sari RT 05 RW 02 Desa Sukahaji Kec Tegalwaru, Kab Purwakarta ini, menderita tumor mata sejak berusia tiga tahun. Tumor di mata juga memaksa Husni mengangkat bola mata sebalah kanan Julia hingga Julia kini tak dapat melihat sebelah.
Bak pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula. Berharap dari pengangkatan tumor pada mata sebelah kanan mengakhiri penderitaan Julia, namun sebaliknya. Usai di operasi, timbul benjolan kecil dipipi kanan hingga kemudian membesar hingga di vonis tim medis benjolan tersebut adalah tumor.
Pengobatan pun berlanjut. Husni pun membawa Julia ke RSHS Bandung untuk di kemotherapy. Keterbatasan biaya, memutus pengobatan berkala hingga tumor tersebut membesar bahkan sudah menutup daun telinga hingga leher. “Sejak April 2010 lalu saya memutuskan untuk berhenti berobat ke RSHS Bandung karena kesulitan ekonomi. Enam bulan terhenti, pertumbuhan tumor di sebelah bawah kelopak mata kanan cepat membesar dan menjalar. Kondisi Julia kini memprihatinkan dan tumor menebar bau tak sedap,” ungkap ayah
Julia, Husni Mubarok, dihubungi Pos Kota.
Akibat terserang tumor, lanjut Husni, Julia terpaksa memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah di bangku kelas II SDN Sukahaji, Kec Tegalwaru. “Pihak sekolah menganjurkan untuk sementara waktu Julia stop sekolah sampai kesehatannya membaik. Guru menaruh iba ke Julia karena ia sakit. Tak hanya itu mungkin pak,keberadaan Julia diruang kelasnya membuat teman teman tak nyaman karena tumor yang membusuk itu juga menebar bau tak sedap,” papar sopir armada PJTKI di Jakarta itu.
Husni tak menyangka, tindakan medis pasca operasi mata di RS Cicendo, Bandung, pada 2006, menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan Julia. Bagaimana tidak, kenang Husni, enam bulan setelah berhenti mengonsumsi obat pasca diangkat mata kanan Julia, timbul benjolan di pipi kanan Julia. Tak disangka, benjolan itu membesar hingga sekarang sudah menutupi daun telinga dan sebagian leher.
“Saya mengonsultasikan kembali ke Cicendo menyoal benjolan pasca operasi. Dokter mata di Cicendo menyarankan agar Julia diobati secara berkala melalui metode kemotherapy. Berbekal jamkesmas, saya membawa Julia melakukan kemo ke RS Hasan
Sadikin Bandung secara rutin hingga berjalan 2,5 tahun. Saat menjalani kemo memang ada sedikit perubahan.Karena biaya cekak, kemotherapy kembali dihentikan,” terangnya.
Memang diakuinya program pengobatan gratis dari pemerintah memakai Jamkesmas cukup membantu meringankan pengobatan Julia. Namun, sebut Husni, bila terdapat jenis obat yang dibutuhkan namun tak tersedia di RSHS, ia harus membelinya
keluar. “Pokona tos soak ku materina (pokokna saya sudah cape dengan keuangan). Karena meski kemo gratis, tetapi tetap membutuhkan biaya operasional menunggui hingga transportasi serta cadangan untuk beli obat. Saya sudah tak sanggup lagi
pak,”katanya menyerah.
Kondisi tersebut juga diketahui oleh Julia, yang mana ia sudah bisa menangkap dan merasakan kesulitan kedua orang tuannya. Dalam keputus-asaan, Juve, begitu ia disapa, pernah meminta Husni agar tak usah mengobatinya lagi. “Katanya sih
sudah sangat sakit kalau tengah disuntik pada sumsum tulang belakang sesaat sebelum dikemotherapy,”ucapnya sedih.
Meski demikian, Husni berucap syukur karena anak kedua dari tiga bersaudara ini tampak tegar dan kuat. Buktinya, kesehariannya Julia lalui bermain sepeda dengan sangat riang. “Beberapa waktu lalu Julia meminta saya membelikan sepeda angin. Saya membelikanya. Julia berusaha mengelabui rasa sakitnya dengan bermain. Pada malam hari, Julia berteriak teriak dan menangis menahan sakit,”paparnya.
Kini, Husni berharap ada uluran tangan dermawan/pembaca artikel ini untuk membantu meringankan pengobatan Julia hingga ia sembuh dan dapat bersekolah lagi layaknya anak seusianya. Semoga!
Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Husni Mubarak, 38, dan Ny Etty, 34, warga Kp Sumur Sari RT 05 RW 02 Desa Sukahaji Kec Tegalwaru, Kab Purwakarta ini, menderita tumor mata sejak berusia tiga tahun. Tumor di mata juga memaksa Husni mengangkat bola mata sebalah kanan Julia hingga Julia kini tak dapat melihat sebelah.
Bak pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula. Berharap dari pengangkatan tumor pada mata sebelah kanan mengakhiri penderitaan Julia, namun sebaliknya. Usai di operasi, timbul benjolan kecil dipipi kanan hingga kemudian membesar hingga di vonis tim medis benjolan tersebut adalah tumor.
Pengobatan pun berlanjut. Husni pun membawa Julia ke RSHS Bandung untuk di kemotherapy. Keterbatasan biaya, memutus pengobatan berkala hingga tumor tersebut membesar bahkan sudah menutup daun telinga hingga leher. “Sejak April 2010 lalu saya memutuskan untuk berhenti berobat ke RSHS Bandung karena kesulitan ekonomi. Enam bulan terhenti, pertumbuhan tumor di sebelah bawah kelopak mata kanan cepat membesar dan menjalar. Kondisi Julia kini memprihatinkan dan tumor menebar bau tak sedap,” ungkap ayah
Julia, Husni Mubarok, dihubungi Pos Kota.
Akibat terserang tumor, lanjut Husni, Julia terpaksa memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah di bangku kelas II SDN Sukahaji, Kec Tegalwaru. “Pihak sekolah menganjurkan untuk sementara waktu Julia stop sekolah sampai kesehatannya membaik. Guru menaruh iba ke Julia karena ia sakit. Tak hanya itu mungkin pak,keberadaan Julia diruang kelasnya membuat teman teman tak nyaman karena tumor yang membusuk itu juga menebar bau tak sedap,” papar sopir armada PJTKI di Jakarta itu.
Husni tak menyangka, tindakan medis pasca operasi mata di RS Cicendo, Bandung, pada 2006, menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan Julia. Bagaimana tidak, kenang Husni, enam bulan setelah berhenti mengonsumsi obat pasca diangkat mata kanan Julia, timbul benjolan di pipi kanan Julia. Tak disangka, benjolan itu membesar hingga sekarang sudah menutupi daun telinga dan sebagian leher.
“Saya mengonsultasikan kembali ke Cicendo menyoal benjolan pasca operasi. Dokter mata di Cicendo menyarankan agar Julia diobati secara berkala melalui metode kemotherapy. Berbekal jamkesmas, saya membawa Julia melakukan kemo ke RS Hasan
Sadikin Bandung secara rutin hingga berjalan 2,5 tahun. Saat menjalani kemo memang ada sedikit perubahan.Karena biaya cekak, kemotherapy kembali dihentikan,” terangnya.
Memang diakuinya program pengobatan gratis dari pemerintah memakai Jamkesmas cukup membantu meringankan pengobatan Julia. Namun, sebut Husni, bila terdapat jenis obat yang dibutuhkan namun tak tersedia di RSHS, ia harus membelinya
keluar. “Pokona tos soak ku materina (pokokna saya sudah cape dengan keuangan). Karena meski kemo gratis, tetapi tetap membutuhkan biaya operasional menunggui hingga transportasi serta cadangan untuk beli obat. Saya sudah tak sanggup lagi
pak,”katanya menyerah.
Kondisi tersebut juga diketahui oleh Julia, yang mana ia sudah bisa menangkap dan merasakan kesulitan kedua orang tuannya. Dalam keputus-asaan, Juve, begitu ia disapa, pernah meminta Husni agar tak usah mengobatinya lagi. “Katanya sih
sudah sangat sakit kalau tengah disuntik pada sumsum tulang belakang sesaat sebelum dikemotherapy,”ucapnya sedih.
Meski demikian, Husni berucap syukur karena anak kedua dari tiga bersaudara ini tampak tegar dan kuat. Buktinya, kesehariannya Julia lalui bermain sepeda dengan sangat riang. “Beberapa waktu lalu Julia meminta saya membelikan sepeda angin. Saya membelikanya. Julia berusaha mengelabui rasa sakitnya dengan bermain. Pada malam hari, Julia berteriak teriak dan menangis menahan sakit,”paparnya.
Kini, Husni berharap ada uluran tangan dermawan/pembaca artikel ini untuk membantu meringankan pengobatan Julia hingga ia sembuh dan dapat bersekolah lagi layaknya anak seusianya. Semoga!