Setelah Pok Pok di Manado, kisah percaya tidak percaya serupa juga terjadi di Kotamobagu Selatan. Persisnya di Desa Bungko. Sejak tiga pekan terakhir, sebuah pohon mangga milik warga setempat dipercayai daunnya kalau malam mengeluarkan suara desahan
Sepintas tak ada yang berbeda dari pohon mangga setinggi lima meter di pekarangan rumah Hamran Datundugon, warga Desa Bungko, Kecamatan Kotamobagu Selatan, itu. Namun, sejak beberapa hari terakhir, pohon mangga itu menjadi buah bibir warga.
Beredar cerita dari mulut ke mulut, daun pohon mangga itu kalau malam mengeluarkan suara desahan seperti orang bernapas. Tak pelak, jelang waktu subuh hingga jelang terbit mentari pagi, banyak warga berdatangan memuaskan rasa penasaran. Bahkan, ada segelintir yang rela bergadang menunggu desahan misterius itu.
"Seusai shalat subuh, banyak orang yang datang. Ada yang tunggu begadang," ungkap Hamran Datundugon, guru SMP Mengkang. Hasilnya, lanjut Hamran, mereka mengaku sempat mendengarkan suara desahan itu. Dipercayai keluar dari daun mangga itu. "Sama dengan bernapas," kata Hamran sembari memperdengarkan hasil rekamannya, Kamis (7/10/2010).
Lanjutnya, "Hampir semua daun, apalagi daun yang lebih muda. Bunyinya lebih keras. Ada bunyinya kita rekam," jelasnya. Hamran mengisahkan kejadian aneh itu. Dia ingat, malam itu dia terjaga dari tidurnya ketika mendengar lolongan anjing pada 15 September silam. Hari itu, pukul 02.30 wita.
Awalnya, dia mengira ada orang tak dikenal masuk ke rumahnya. Dia lalu keluar berbekal lampu senter. Namun, setelah sorot sana ke mari, dia tak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Namun, dia mengaku mendengar jelas bunyi seperti desahan.
"Kita senter nda ada orang. Pas dengar ada bunyi napas di pohon mangga, kita kira pencuri, dari situ kita tahu itu pohon sama dengan banapas," tuturnya. Kendati mendapatkan pengalaman aneh, dia mengaku sejak kejadian itu tidak pernah mengalami peristiwa janggal. Semuanya berjalan seperti biasanya. "Tidak pernah mimpi aneh," cetusnya.
Seingat Hamran, usia pohon mangga itu baru dua tahun. Awalnya terletak di depan rumah. Karena akan dibuat selokan, bibit mangga itu lalu dipindahkan ke samping rumah. Begitu pengalamannya diketahui orang, warga langsung berbondong-bondong ke rumahnya. Bahkan, dia mengaku kewalahan meladeni warga yang penasaran.
Selain memenuhi rumah dan pekarangan, dirinya juga jadi tidak bisa tidur karena orang yang datang selalu ramai. Sampai-sampai, kata Hamran, Sangadi Bungko, yakni kepala desa setempat, memerintahkan dirinya memagari pohon mangganya. Namun, belakangan rencana itu batal.
Seorang warga tetangga desa, Herlina Paputungan, mengaku pernah mendengarkan suara itu. Seingatnya, dia mendengarnya pada pukul 10.00 malam.
Bahkan, klaimnya, suara itu meski samar-samar terdengar hingga rumahnya. "Tapi, begitu tersentuh suaranya hilang. Tidak ada angin, soalnya daun tidak bergoyang," jelasnya coba memberikan pembenaran. Dia mengungkapkan, pernah terjadi kejadian di lokasi seorang perempuan tiba-tiba berteriak-teriak, meracau dalam bahasa Jawa.
Diduga, perempuan itu kerasukan ketika ikut membuktikan rasa penasarannya datang ke lokasi. "Dia kerasukan, ngomong pakai bahasa Jawa," tutur Herlina yang mengaku mengerti isi racauan setelah diterjemahkan artinya oleh sang suami. Kata Herlina, perempuan itu kerasukan selama 10 menit. "Dia bilang, jangan remehkan dan belakangi pohon, dan banyaklah shalat," kata Herlina.
Sepengetahuannya, pohon mangga jenis golek itu baru sekali berbuah. Nah, ketika dihitung jumlah ada tujuh buah. "Saya petik karena ada ibu hamil yang ngidam," jelasnya. Pengalaman mendengarkan suara desahan juga diungkapkan Hendi, pemuda desa setempat. Dia mengaku, suara menghilang ketika hari beranjak terang.
| kompas |