Robohnya jembatan Tenggarong di wilayah Kutai Kartanegara, membuat aparat gabungan dari TNI, Polri, hingga PNI, sibuk melakukan evakuasi terhadap korban tewas dan korban luka. Sayangnya upaya petugas yang melakukan evakuasi korban itu, kurang mendapat dukungan dari sejumlah masyarakat. Di saat petugas sibuk melakukan evakuasi, sejumlah warga justru asyik menonton dan berfoto-foto di sekitar jembatan yang runtuh.
“Secara kasat mata, korban Jembatan Mahakam mencapai 100 orang. Sebagian patah tangan, kaki, luka robek dan lecet tertimpa bangunan puing-puing jembatan. Ada juga yang pingsan dan belum sadarkan diri,” kata staf Humas RSUD AM Parekesit, Jhoni Setiawan
Seperti dilaporkan sebelumnya, jembatan Tenggarong yang menghubungkan wilayah Tenggarong dengan Tenggarong seberang di Kabupaten Kutai Kartanegara, Sabtu (26/11/2011) sekitar pukul 16.35 Wita tiba-tiba ambruk. Akibatnya 4 orang dilaporkan tewas dan 22 orang terluka.
Korban tewas 4 orang, terdiri dari 1 perempuan dan tiga laki-laki. Sementara korban luka-luka bertambah menjadi 22 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 17 orang dilarikan ke Rumah Sakit Parikesit Tenggarong, sedangkan 5 lainnya pulang ke rumah, kata Herman, anggota Palang Merah Samarinda (PMI) Samarinda.
PMI Samarinda, kata Herman, mengerahkan tiga ambulans dan 25 personel untuk mengevakuasi korban. Selain itu, pencarian dan evakuasi korban juga dilakukan tim SAR dari Provinsi Kaltim dan SAR semua kabupaten/kota di Kaltim. “Ini kasus tersulit karena tidak diketahui berapa jumlah korban yang terjebak di jembatan dan mobil yang tenggelam. Sulit juga untuk mencari di tengah sungai pada malam hari. Tim SAR hanya menyisir pinggiran sungai,” ujar salah seorang anggota SAR yang enggan namanya dipublikasikan. (Sumber)
- Sabtu, November 26, 2011
- Administrator
- Berita