- Minggu, September 11, 2011
- Administrator
- Berita
New York – Saat menara kembar WTC New York ambruk dalam tragedi terorisme 11 September 2001 atau 9/11, sejumlah benda-benda berharga juga ikut musnah. Apa saja yang hilang?
Selain menewaskan hampir tiga ribu nyawa, menghancurkan pesawat dan meluluhlantakkan kedua gedung tersebut, serangan 9/11 juga memusnahkan ribuan catatan, dokumen bersejarah dan benda-benda seni yang tak tergantikan.
Dalam beberapa kasus, inventaris ikut hancur bersama catatannya. Namun ketika itu, besarnya jumlah korban manusia membuat pencarian benda-benda dirasa tak begitu penting. Satu dekade kemudian, agensi-agensi dan ahli pengarsipan masih tak yakin apa yang hilang atau ditemukan.
“Kita tak bisa membayangkannya, sebab benda-benda kritis hilang. Jadi, kita tak tahu seperti apa sebenarnya masalah kehilangan dan penemuan ini,” ujar Direktur Operasional New York State Archives dan salah satu Direktur World Trade Center Documentation Project, Kathleen D Roe.
Hal ini dimulai pada tujuh gedung di kompleks trade center. Pembajak menerbangkan dua pesawat komersial ke menara kembar WTC pada 11 September 2001, yang jatuh di atas seluruh kompleks tersebut. Bahkan kantor-kantor kecil, Hotel Marriot dan Bea Cukai AS.
Seven World Trade Center, sebuah gedung pencakar langit di sebelah utara menara kembar, ikut rubuh pada sore itu. Tempat ini merupakan rumah lebih dari 430 perusahaan seperti firma hukum, manufaktur dan institusi finansial.
Sebanyak 21 perpusatakaan hancur, termasuk The Journal of Commerce. Belum lagi badan-badan pemerintah seperti Equal Employment Opportunity Commission dan Securities and Exchange Commission Bapepam-nya Amerika.
Bahkan Badan Intelijen AS (CIA) juga memiliki kantor di lantai 25 Seven World Trade Center, yang berfungsi sebagai pusat komando darurat dan pos Secret Service, Paspampres-nya AS. Jadi bisa dikatakan, kehilangan nyata benar-benar terlihat dan tentunya, amat besar.
Broker The Cantor Fitzgerald yang 650 karyawannya tewas pada 9/11, memiliki sejumlah gambar dan patung berharga, termasuk salinan patung ‘The Thinker’ karya Auguste Rodin. Patung itu sempat muncul sesaat setelah serangan, tapi hilang lagi secara misterius. Keping-kepinganya berhasil dikumpulkan.
Perpustakaan The Ferdinand Gallozzi Library milik Bea Cukai AS di gedung Six World Trade Center memiliki dokumen perdagangan Amerika yang tercatat hingga 1840-an. Di gedung yang sama, 900 ribu benda milik wilayah Five Points, area kumuh kelas pekerja abad ke-19, dikumpulkan.
Klise foto keluarga Kennedy karya fotografer Jacques Lowe tersimpn dalam brankas antiapi di Five World Trade Center, gedung sembilan tingkat di kompleks itu. Kantor Helen Keller International yang berjarak seblok dari kompleks WTC, kehilangan arsip-arsipnya. Hanya beberapa buku Keller yang selamat.
Sesaat setelah tragedi itu, Badan Intelijen AS (CIA) dan Secret Service atau semacam Paspamres-nya Amerika, menelusuri puing-puing hingga Staten Island untuk mencari dokumen-dokumen yang hilang, piranti keras serta informasi rahasia dan laporan intelijen.
Dua pekan setelah serangan, ahli arsip dan pustakawan berkumpul di New York University, berdiskuasi bagaimana cara mendokumentasikan apa yang hilang. Mereka membentuk World Trade Center Documentation Task Force. Sayang, tak banyak yang bisa mereka lakukan.
“Atmosfer politik dan ketidakpercayaan pascaserangan 9/11 menyababkan berbagi informasi dan mengkompilasi jadi tugas yang amat kompleks,” demikian laporan terakhir satuan tugas ini yang disusun pada 2005 lalu.
Meski begitu, tak semuanya hilang. Beberapa kopian inventaris sudah dikirimkan ke sejumlah perpustakaan untuk diselamatkan. Beberapa foto yang bertanggal hingga 1921, ditemukan dan diselamatkan.
Jan Ramirez, kurator National September 11 Memorial & Museum mengatakan, mulanya tak ada kesadaran untuk menyelamatkan sejarah di wilayah tersebut sebelum serangan 9/11. “Tak ada yang berpikir perlunya menyelamatkan. Kini kami semua sudah belajar,” pungkasnya.