Uang bukan segalanya.
Tak banyak pemain yang setia seperti mereka. Meski tim tengah dihantam badai, baik ketika dicaci maki lantaran gagal mempersembahkan gelar juara maupun lantaran krisis finansial, mereka tetap loyal. Banyak tawaran, namun mereka memilih bertahan. Siapa saja mereka?
BAMBANG PAMUNGKAS (Persija Jakarta)
El Capitano tak akan ke mana-mana, dan tak akan memaki kostum lain selain orange. Ini sebuah nazar, tepatnya ketika dia membela Persija sejak 1999. Kesetiaan bomber kelahiran Salatiga, Jawa Tengah, 10 Juni 1981, tak perlu diragukan. Banyak tawaran, namun dia kokoh terhadap pendirian. Memang, Macan Kemayoran kembali gagal menjadi yang terbaik di pentas Djarum ISL musim lalu. Meski begitu, Bepe tetap disanjung. The Jak, fans fanatik Persija, tak ingin idolanya pindah ke klub lain.
AHMAD BUSTOMI (Arema Malang)
Di lapangan hijau, gelandang petarung kelahiran Jombang, Jawa Timur, 13 Juli 1985, merupakan perpaduan menjangan dan ular kobra: lincah, gesit, mematikan. Aksinya nan luar biasa membuat banyak klub kepincut. Mereka siap menggelontorkan dana besar, asalkan bisa mendapatkan pemain mungil bak Lionel Messi tersebut. "Saya tetap di sini, bermain bersama Arema," kata Bustomi. Bustomi punya sejuta alasan untuk hengkang. Krisis finansial berkepanjangan yang menghantam Singo Edan adalah asalan tepat untuk pergi dari Stadion Kanjuruhan Malang. Tapi, pemain yang kini menjadi andalan timnas senior di babak kualifikasi Pra Piala Dunia 2014 zona Asia tak melakukannya.
FERRY ROTINSULU (Sriwijaya FC)
Dia adalah kiper terbaik Indonesia saat ini. Tinggi, perkasa, cekatan. Pelatih timnas senior Wim Rijsebergen sangat percaya kepadanya. Rijsbergen lebih memilih Ferry ketimbang Markus Horison, kiper utama timnas sebelumnya. Seperti halnya Rijsbergen, demikian pulalah manajemen Sriwijaya FC. Manajemen tetap mempertahankan si jangkung, meski sejumlah pilar hengkang ke klub lain. Sebagai kiper timnas, Ferry menjadi 'bidikan' banyak klub. Akan tetapi, Ferry tak ingin mengecewakan publik Stadion Jakabaring Palembang. Aksi cemerlangnya di bawah mistar membawa Laskar Wong Kito juara Djarum ISL 2007/2008.
BOAZ SOLOSSA (Persipura Jayapura)
Benar-benar sempurna pemain yang satu ini. Nyaris tak ada kekurangan. Skil oke. Stamina oke. Kerjasama tim oke. Musim lalu, dia tak hanya mengantarkan Persipura juara Djarum ISL, tapi juga membukukan diri sebagai pencetak gol terbanyak. Dua puluh dua gol dia lesakkan ke gawang lawan. Buas, Boaz sungguh buas. Lucunya, tak satu pun tim lain yang berani mengincar Boaz. Why...? "Fans Persipura bisa ngamuk kalau Boaz pindah ke klub lain. Boaz itu icon-nya Persipura," kata Jacksen F Tiago, pelatih Persipura.
ARDAN ARAS (Pelita Jaya Karawang)
Soal kesetiaan, anak Makassar, Sulawesi Selatan, bisa dijadikan teladan. Entah sudah berapa musim dia membela tim yang kini bermarkas di Stadion Singaperbangsa Karawang, Jawa Barat. Dari mulai pemain junior, hingga dipercaya sebagai kapten tim. Namanya memang tak sementereng Bambang Pamungkas, Ahmad Bustomi, dan Boaz Solossa. Tapi, di mata fans The Young Guns, kelahiran 2 Maret 1984 adalah sosok yang tak tergantikan. Eks punggawa PSM Makassar ini tak hanya berperan sebagai kapten, tapi juga dituntut untuk mengayomi pemain-pemain muda Pelita Jaya.
EKA RAMDANI (Persib Bandung)
Dia adalah salah satu pemain yang akan dipertahankan manajemen Maung Bandung. Dan Ebol - demikian dia biasa disapa - tak menampik. Ebol merasa bangga memakai kostum kebesaran Pangeran Biru, kostum yang sudah dia kenakan lebih dari empat musim. Dia idola Bobotoh, fans setia Maung Bandung. Dalam pentas Djarum ISL, Maung Bandung belum pernah sekali pun juara. Toh publik Stadion Si Jalak Harupat Kabupaten Bandung tak pernah letih berharap. Musim depan, kata mereka, Eka selaku panglima tim harus mempersembahkan gelar yang sudah lama diidam-idamkan.
via | supersoccer