Ulama Sumatera Barat Prof. Syamsul Bahri Khatib menilai tayangan waktu sahur dan berbuka terutama acara komedi hanya memberikan hiburan, namun tidak memberikan pencerahan dan tidak mengajak masyarakat untuk lebih dekat dengan Allah.
"Tayangan televisi saat sahur dan berbuka lebih banyak menampilkan program komedi yang minim nilai relijius dan jauh dari nilai-nilai Ramadan," jelas Syamsul Bahri Khatib yang juga menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat di Padang.
"Hal itu juga bertentangan dengan nilai-nilai Ramadan di mana seharusnya lebih banyak ditayangkan program yang membuat penonton semakin dekat kepada Allah, memberikan nilai-nilai yang baik serta pencerahan bagi masyarakat dan menjadikan mereka semakin menghayati nilai-nilai Ramadan," imbuhnya.
Syamsul yang juga staf pengajar Intitut Agama Islam Negri (IAIN) Imam Bonjol Padang melanjutkan, penyelenggara televisi berusaha mengemas acara yang menarik agar banyak ditonton masyarakat. Jika acara yang ditayangkan mendapat rating tinggi akan menunjang keberlangsungan hidup stasiun televisi tersebut.
"Namun jangan sampai karena mengejar rating, nilai-nilai dan pesan Ramadan yang hendak disampaikan menjadi bias," imbuhnya.
Ia berpesan kepada masyarakat agar lebih selektif dalam memilih acara televisi saat Ramadan. "Sebaiknya menonton acara yang memiliki nilai kebaikan dan meningkatkan ilmu dan pemahaman terhadap agama," tandasnya.
"Tayangan televisi saat sahur dan berbuka lebih banyak menampilkan program komedi yang minim nilai relijius dan jauh dari nilai-nilai Ramadan," jelas Syamsul Bahri Khatib yang juga menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat di Padang.
"Hal itu juga bertentangan dengan nilai-nilai Ramadan di mana seharusnya lebih banyak ditayangkan program yang membuat penonton semakin dekat kepada Allah, memberikan nilai-nilai yang baik serta pencerahan bagi masyarakat dan menjadikan mereka semakin menghayati nilai-nilai Ramadan," imbuhnya.
Syamsul yang juga staf pengajar Intitut Agama Islam Negri (IAIN) Imam Bonjol Padang melanjutkan, penyelenggara televisi berusaha mengemas acara yang menarik agar banyak ditonton masyarakat. Jika acara yang ditayangkan mendapat rating tinggi akan menunjang keberlangsungan hidup stasiun televisi tersebut.
"Namun jangan sampai karena mengejar rating, nilai-nilai dan pesan Ramadan yang hendak disampaikan menjadi bias," imbuhnya.
Ia berpesan kepada masyarakat agar lebih selektif dalam memilih acara televisi saat Ramadan. "Sebaiknya menonton acara yang memiliki nilai kebaikan dan meningkatkan ilmu dan pemahaman terhadap agama," tandasnya.