17ANGKA - Sebuah kisah untuk dijadikan pengalaman dan pengajaran……Sebagai ibu  kita patut juga menghalangi perbuatan suami memukul. Khususnya pada  anak-anak yang masih kecil dan tak tahu apa-apa. Mengajar dgn cara  memukul bukanlah cara terbaik, mungkin sudah sampai waktunya untuk  badan2 kebajikan educate org Malaysia untuk praktekkan konsep ‘time out”  jika anak2 buat salah.Begini kisah nyatanya:
Sepasang suami isteri seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak untuk diasuh pembantu rumah ketika mereka bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun. Sendirian di rumah, dia sering dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja.
Sepasang suami isteri seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak untuk diasuh pembantu rumah ketika mereka bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun. Sendirian di rumah, dia sering dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja.
Dia bermain diluar rumah. Dia bermain ayunan,  berayun-ayun di atas ayunan yang dibeli papanya, ataupun memetik bunga  matahari, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu  hari dia melihat sebatang paku karat. Dia pun mencoret semen tempat  mobil ayahnya diparkirkan tetapi karena lantainya terbuat dari marmer,  coretan tidak kelihatan. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya… karena  mobil itu bewarna gelap, coretannya tampak jelas. Apa lagi kanak-kanak  ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu  bapak dan ibunya mengendarai motor ke tempat kerja karena ada perayaan  Thaipusam sehingga jalanan macet. Setelah penuh coretan yg sebelah kanan  dia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya,  gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut  imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari si pembantu rumah.
Pulang  petang itu, terkejutlah ayah ibunya melihat mobil yang baru setahun  dibeli dengan angsuran. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun  terus menjerit, “Kerjaan siapa ini?” Pembantu rumah yang tersentak  dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah  padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya.
Sekali lagi  diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘Tak tahu… !”  “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri  lagi.Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar  dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Ita yg membuat itu papa….  cantik kan!” katanya sambil memeluk papanya ingin bermanja seperti  biasa. Si ayah yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil  dari pohon bunga raya di depannya, terus dipukulkannya berkali2 ke  telapak tangan anaknya.
Si anak yang tak mengerti apa-apa  terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak  tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si ibu cuma  mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang  dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa?. Si  bapak cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri  anaknya.
Setelah si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu  rumah menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dilihatnya  telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah.  Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia  ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan  saat luka2nya itu terkena air. Si pembantu rumah kemudian menidurkan  anak kecil itu. Si bapak sengaja membiarkan anak itu tidur bersama  pembantu rumah.
Keesokkan harinya, kedua-dua belah tangan si anak  bengkak. Pembantu rumah mengadu. “Oleskan obat saja!” jawab tuannya,  bapak si anak. Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu  yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si bapak konon mau mengajar  anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya  sementara si ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu  rumah. “Ita demam…
” jawap pembantunya ringkas.”Kasih minum panadol ,” jawab si ibu.
” jawap pembantunya ringkas.”Kasih minum panadol ,” jawab si ibu.
Sebelum  si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat  anaknya Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lg pintu kamar  pembantunya. Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya  bahwa suhu badan Ita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.  Pukul 5.00 siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah  lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan ia dirujuk ke hospital karena  keadaannya serius. Setelah seminggu di rawat inap doktor memanggil  bapak dan ibu anak itu.
“Tidak ada pilihan..” katanya yang  mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena gangren yang  terjadi sudah terlalu parah.
“Ia sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah” kata doktor.
“Ia sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah” kata doktor.
Si  bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu.  Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan. Si ibu  meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata  isterinya, si bapak terketar-ketar menandatangani surat persetujuan  pembedahan.
Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang  suntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga heran2 melihat  kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya.  Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka  semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam  linangan air mata.
“Papa.. Mama… Ita tidak akan melakukannya lagi.  Ita tak mau dipukul papa. Ita tak mau jahat. Ita sayang papa.. sayang  mama.” katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa  sedihnya.
“Ita juga sayang Kak Narti..” katanya memandang wajah  pembantu rumah, sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung  histeris.
“Papa.. kembalikan tangan Ita. Untuk apa ambil.. Ita  janji tdk akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita mau makan  nanti? Bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tdk akan mencoret2  mobil lagi,” katanya berulang-ulang.
Serasa copot jantung si ibu  mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang  sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya.
Administrator