Kemolekan dan gerak penari gandrung di Banyuwangi ternyata mampu meluluhkan kuda pacu yang liar. Bahkan, kuda tersebut akan mengikuti gerak penari gandrung dengan lenggak -lenggok yang menarik. Kesenian yang mengkolaborasikan antara tarian gandrung dan kuda pacu tersebut disebut Jaran Kencak Paju Gandrung.
Kesenian kuda paju gandrung, tidak jauh berbeda dengan pertunjukan kesenian gandrung Banyuwangi pada umumnya. Dalam setiap tarian, juga di iringi gending gandrung Banyuwangi seperti podo nonton, sekar jenang, gurit mangir serta berbagai gending gandrung Banyuwangi lainnya.
Atraksi kuda menari bersama gandrung Banyuwangi ini di lakukan oleh dua ekor kuda yang ditungganggi sang joki tradisional. Kuda tersebut menari seolah mengikuti gerak penari gandrung. Bahkan, kuda pacu juga dihias sedemikian rupa, mulai dari kaki hingga kepala sehingga terlihat unik dan menarik untuk ditonton.
Meski pada umumnya kuda pacu tergolong liar dan beringas, namun dalam seni ini, kuda paju gandrung mampu menari bersama gandrung dalam satu arena pertunjukan.
Untuk bisa menghipnotis kuda, sang penari gandrung dituntut memiliki keterampilan dan kelihaian khusus, sehingga, penari harus bisa menghindar jika kuda terlihat mulai beringas.
Tidak hanya penari gandrung, namun, joki juga dituntut memiliki ketrampilan khusus menarikan dan mengendalikan kuda pacu di arena tari.
Kesenian ini berkembang dikalangan pengemar kuda pacu di Banyuwangi sekitar tahun 1990-an. Pada perkembangannya, komunitas ini hanya beberapa orang, namun saat ini, jumlahnya sudah mencapai seratus orang.
Untuk melestarikan seni tradisi kuda paju gandrung ini, para penggemar kuda pacu mengemas acara seni kuda paju gandrung ini untuk acara arisan anjang sana sebulan sekali atau hajatan bagi kumpulan penggemar kuda pacu.