Mantan Todhuk, adalah salah satu bagian dalam acara pengantenan masyarakat Madura, dengan mengarak kedua mempelai berjalan menaiki dua ekor kuda hias, berkeliling kampung. Acara ini bisa disaksikan di Desa Pagagan Kecamatan Pademawu Pamekasan Madura.

Menari, tak selamanya bisa di lakukan oleh manusia. Setidaknya, kesan inilah yang tersirat saat kita menyaksikan arak-arakan pasangan penganten ala Madura.
Dengan di iringi kesenian asli Madura bernama saronen, kedua ekor kuda berjalan sambil menari, seakan mengerti, tuannya yang sedang menaikinya, berada dalam ikatan kebahagiaan. Kaki depan kedua ekor kuda ini berjalan seimbang, mengikuti alur musik yang menyertainya.

Rombongan kemanten ini, oleh masyarakat Madura dikenal dengan istilah Mantan Todhuk. Tentu, acara ini bertujuan mengenalkan kedua mempelai pada masyarakat umum, sebagai pasangan baru dalam tatanan keluarga besar.

Biasanya, arak-arakan berangkat dari rumah penganten putra menuju rumah kepala desa dan berakhir di rumah penganten putri.

Dengan di iringi kesenian asli Madura bernama saronen, kedua ekor kuda berjalan sambil menari, seakan mengerti jika tuannya yang sedang menaikinya, berada dalam ikatan kebahagiaan. Kaki depan kedua ekor kuda ini berjalan seimbang, mengikuti alur musik yang menyertainya.
Saronen, merupakan kesenian khas Madura. Biasanya, kesenian ini di tampilkan saat akan memulai kerapan sapi atau mengiringi penganten Madura.

Irama musik, dimainkan dengan tempo lamban yang berubah menjadi tempo medium, lalu semakin cepat. Peningkatan tempo ini, terjadi secara bertahap. Dari segi bunyi, kesan umum yang di dapat saat menikmati musik ini baik dalam irama lambat maupun cepat, adalah bunyi lengking terompet yang dilatar belakangi bunyi tenahan dari gong di iringi irama metalik.

Saat rombongan berada di rumah mempelai putri, biasanya kedua ekor kuda memperlihatkan kebolehannya, dengan berantraksi. Salah satu yang menonjol, sang kuda bisa berdiri sambil menari.

Acara ini dilaksanakan agar, masyarakat yang hadir, ikut mendoakan keselamatan kedua mempelai. “Tujuan lain yang tak kalah pentingnya adalah mendoakan kebahagiaan pada kedua mempelai”, ujar Musleh, orang tua mempelai putri.

Menurut Musleh, Mantan Todhuk ini telah di warisinya secara turun temurun, dan sengaja di lestarikan, agar budaya ini tidak lenyap begitu saja. Musleh juga berharap, agar pemerintah ikut menjaga budaya asli Madura ini.

Related Posts:

  • CAPIT KEPITING, CIRI KHAS TATA RIAS PENGANTIN KHAS BATANGPada umumnya, tata rias pengantin di wilayah pulau Jawa, tidak akan terlepas dari budaya tata rias pengantin Solo, dan Yogyakarta. Namun, di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, tata rias pengantin memiliki tata rias tersendiri yan… Read More
  • "TARI KUNTULAN" WARISAN SUNAN KALIJAGA UNTUK DAKWAHSeni tari punya peran tersendiri dalam menyebarkan agama Islam di masa lalu. Bahkan di zaman Wali Songo, menjadi salah satu media dakwah hingga mudah di terima masyarakat. Salah satunya adalah seni tari kuntulan yang hingga k… Read More
  • PERKUSI GALON AIR MINERAL GILANG RAMADHANBermain musik tidak harus menggunakan alat musik modern yang mahal. Dengan sentuhan minimalis dan kreatif, semua orang dapat menikamati dan bermain alat musik. Itulah yang ditunjukkan, penabuh drum jazz, Gilang Ramadhan, saat… Read More
  • PESONA KAMPUNG ADAT GURUSINAPulau Flores selain memiliki sejumlah obyek wisata alam yang menarik, juga memiliki aset wisata budaya yang hingga kini masih terus terpelihara dengan baik. Salah satu aset wisata budaya yang masih terpelihara hingga kini, ad… Read More
  • SENI PENCAK MACAN TERANCAM LAPUK OLEH ZAMANPencak macan adalah salah satu kesenian pengiring arak-arakan pengantin masyarakat Kelurahan Lumpur dan Kroman, Kecamatan Kota Gresik Jawa Timur. Tradisi ini merupakan budaya warisan leluhur yang berusia ratusan tahun. “Perta… Read More

BTemplates.com

Categories

Kamera CCTV Palembang

Popular Posts

Blog Archive