Dalam dunia kuliner, kulit sapi biasanya di menjadi bahan utama krupuk rambah. Namun tidak demikian bagi warga Kuningan Jawa Barat. Kulit sapi justru diolah sedemikan rupa hingga menjadi sate kulit. Kendati belum populer dikalangan masyarakat kelas menengah keatas namun makanan ini cukup digemari oleh masyarakat tingkat bawah.
Dirumah sederhana milik Momon (46 tahun), warga Desa Kasturi, Kecamatan Kramatmulya, secara turun temurun menjadi tempat pengolahan makanan dari kulit sapi. Dengan dibantu istri dan dua karyawannya, Momon menjalankan usaha makanan berbahan utama kulit sapi.
Bahan baku kulit sapi kering biasanya di peroleh Momon dari Cirebon dengan harga 32 ribu perkilonya. Kulit sapi kering selanjutnya diproses sedemikian rupa hingga menjadi makanan berupa sate kulit yang memiliki rasa gurih dan lezat.
Proses pembuatannya pun cukup rumit dan memakan waktu berjam-jam. Kulit sapi kering yang telah di cuci bersih, dibakar untuk menghilangkan bulu halus pada kulit, agar empuk saat direbus. Kulit lalu di rebus selama 2 jam dan selanjutnya direndam dengan air dingin selama delapan jam agar kulit sapi ini bisa mengembang.
Proses berikut tinggal memotong kecil sesuai ukuran untuk kemudian ditusuk seperti sate pada umumnya. Namun sate kulit sapi ini tidak dipanggang seperti sate kambing ataupun sate ayam. Sate kulit sapi ini hanya dimasukkan kedalam bumbu yang telah disiapkan dan langsung dapat disantap dengan nasi ataupun lontong.
Bumbunya pun berbeda tidak memakai bumbu kacang seperti bumbu sate pada umumnya, bumbu ini terbuat dari bawang merah, bawang putih, garam, cahe, garam dan kunyit.
Sate kulit sapi ini meskipun belum populer, namun banyak masyarakt yang menggemarinya. Selain harganya yang murah hanya Rp 2.000 per dua belas tusuk, rasanya pun tidak kalah nikmatnya dengan sate kambing.
Tak heran, jika 60% warga desa Kasturi ini berprofesi sebagai penjual sate kulit sapi baik di rumah atau pun dengan menjajakan ke berbagai wilayah di sekitar desa.
Sayang, pelaku usaha ini memiliki kendala permodalan, sehingga banyak pesanan yang tidak bisa di penuhi. “Kendalanya di modal, hingga banyak pelanggan kecewa”, ujar Momon.(86)