Selain jajan pudak (camilan sejenis jenang) yang dibungkus daun lontar,) Kabupaten Gresik Jawa timur juga dikenal dengan makanan khasnya bernama nasi krawu. Sama halnya dengan pudak, nasi krawu banyak dijajakan di sudut-sudut Kota Gresik.
Para penikmat dan peminat nasi krawu tidak akan kesulitan mendapatkan makanan khas yang disajikan dengan bungkusan daun pisang tersebut. Berbeda dengan pudak yang ada masa-masa puncak penjualannya, nasi krawu hampir setiap hari bisa di cari. Selain rasannya khas dan tidak membosankan, nasi krawu juga mampu membuar penikmatnya ketagihan menikmati rasa pedas sambalnya yang khas.
Nasi krawu berisi campuran nasi dan daging sapi dengan kadar minyak yang termasuk tinggi. Krawu berasal dari kata "krawukan" yang artinya mengambil nasi atau lauk dengan jari tangan langsung, tanpa alat bantu sendok atau lainnya. Namun, tidak sedikit yang menyebut bila sebutan krawu karena ada serundheng yang dibuat dengan camburan lombok. Uniknya, penjual nasi krawu rata-rata berasal dari Madura. "Disebut nasi krawu, karena ada srundheng warna merah disebut krawu," terang Reni, 35, penjaga Depot Nasi Krawu Bu Timan dengan logat Maduranya kental.
Nasi krawu Gresik mirip dengan nasi langgi, khas Kota Solo karena didominasi unsur daging. Bahkan lauk utama nasi krawu adalah daging serta ditambah jenis daging sapi bagian dalam atau di kenal dengan sebutan ‘jerohan’, empal dan kulit sapi serta dipadu kuah semur. Disajikan di atas daun pisang, nasi krawu dimakan bersama daging sapi yang disuwir-suwir, jerohan dengan sambal terasi pedas pekat, dipadu sambal dari parutan kelapa yang biasa disebut srundheng.
Srundheng terdiri dari tiga macam. Yaitu krawu, abon dan mangot. Krawu berwarna merah pedas, abon berwarna kuning berasa manis. Sedangkan mangot adalah kelapa tidak diparut tetapi ditumbuk dicampur kluwak, rasanya gurih.
"Tidak hanya semur daging, lauk pelengkap lainnya yang juga disajikan adalah hati sapi, empal, paru, usus, otak dan sumsum. Semua akan terasa lebih nikmat jika disajikan dalam keadaan hangat," kata Mbah Tiban, pemilik Warung Nasi Krawu Bu Tiban, Jalan KH Abdul Kharim.
Halnya dengan jajana khas daerah, nasi krawu makanan khas kota Gresik juga mempunyai cerita. Kendati tidak ada literatur yang resmi, namun mulut ke mulut yang diterima hingga sekarang adalah nasi krawu aslinya bukan dari Gresik, tapi masakan khas Madura. Namun, di Madura sendiri hampir tidak ada lagi yang memasak nasi krawu.
Setidaknya hal itu dibuktikan dengan hampir semua pedagang nasi krawu yang terkenal di Gresik, mulai dari Depot Nasi Krawu Bu Timan di Jalan Wahidin Sudirohusodo, Bu Tiban di Jalan KH Abdul Karim hingga Depot Mbak Su di Jalan Raden Santri sampai warung nasi krawu lesehan Bu Zainal di Jalan Fakih Usman, dan Warung Nasi Krawu Bu Anung, Jalan Sidujoyo berasal dari Madura, atau masih masih punya ikatan saudara.
Lepas benar atau tidak cerita muasal nasi krawu, yang pasti memang saat ini banyak ditemui di Kabupaten Gresik. Orang pun terlanjur mengenalnya sebagai makanan khas Kabupaten Gresik. Karena memang jenis masakan yang mengandalkan suwiran daging, mangot serta pedasnya sambal terasi hanya dapat ditemui di Gresik.
Setidaknya hal itu dapat dilihat di Warung Nasi Krawu Bu Tiban, di Jalan KH Abdul Kharim. Warung sederhana yang menjadi satu dengan warung kopi tepatnya di depan MINU Terate itu hampir setiap hari didatangi orang dari luar kota. Setidaknya hal itu dapat dilihat dari nomor polisi mobil yang diparkir di sepanjang Jalan KH Abdul Kharim. Bahkan, setiap hari Sabtu dan Minggu pembelinya didominasi orang keturunan China.
Kekhasan rasa nasi krawu ternyata tidak membuat pembeli bosan. Buktinya, jarak puluhan kilometer bahkan ratusan kilo meter tidak membuat peminat nasi krawu 'kapok'. Mereka tetap datang bahkan bersemangat untuk sekadar merasakan nasi yang rata-rata harganya kurang dari Rp10.000 perporsi tersebut.
Ngomong-ngomong tentang harga nasi krawu, memang bervariasi. Tetapi rata-rata tidak sampai melebihi dari Rp10.000 perporsi. Misalny di Depot Nasi Krawu Bu Timan harganya Rp10.000 perporsi. Berbeda dengan di Bu Tiban Jalan KH Abdul Kharim dan Mbuk Su' di Jalan Raden Santri yang Rp8.000 perporsi. Sedangkan lainnya, di Warung Mbak Anung, maupun Bu Zainal perporsinya hanya Rp6.500.
Selain harganya yang bervariasi, para peminat dari luar kota Gresik tidak perlu bingung mencari warung penjual nasi Krawu. Karena, di hampir semua jalan utama Kabupaten Gresik terdapat warung yang menjual makanan khas tersebut. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang terbatas hanya di Jalan KH Abdul Kharim, Jalan Fakih Usman dan Jalan KH Kholil, namun sekarang sudah merata. Tinggal tergantung selera lidah para pembeli saja.
Setidaknya ada puluhan penjual nasi krawu, seperti di Jalan Sidujoyo, Jalan KH Kholil, Jalan Fakih Usman, Jalan KH Abdul Kharim. Bahkan, pintu tol Bunder, Gresik juga ada beberapa penjual nasi krawu. Setidaknya para peminat atau para peziara Wali Songo dapat mampir menikmatinya.
Seiring kian dikenalnya kekhasan rasa nasi krawu, maka peminatpun kian bertambah. Terbukti, jumlah porsi yang dapat dijual dari masing-masing warung maupun depot terus bertambah. Bahkan, sampai saat ini Depot Bu Timan, Jalan Wahidin Sudirohusodo dalam setiap harinya mampu menjual nasi krawu hingga 3.000 persi.
"Rata-rata kami menghabiskan 1 kwintal daging sapi dan beras. Karena kami buka 24 jam, hingga peminatnya banyak. Apalagi, kami berada di dekat pintu keluar-masuk tol Bunder," kata Kasmian, 55, penjaga Depot Nasi Krawu Bu Timan.