Tak akan lari jodoh dikejar. Adagium itu mungkin berlaku bagi sejumlah pasangan. Tapi, tidak bagi warga Barwaan Kala, sebuah desa terpencil di wilayah Barat Bihar, India.
Warga Barwaan Kala tak bisa berdiam diri menanti jodoh datang di hadapan. Kondisi geografis desa yang terpencil membuat warga sulit bertemu pendamping hidup.
Lebih dari 100 pria dengan rentang usia 16 sampai 80 tahun hidup melajang. Sementara para wanita, lebih memilih tinggal bersama kerabat di luar desa dengan harapan menemukan jodoh terbaik. Para orangtua mayoritas melarang anak gadisnya menikah dengan pemuda setempat.
Selama lebih 50 tahun, tak pernah ada pemuda menikah di 'desa bujangan' itu. "Mereka yang berhasil menikah, itupun biasanya dengan kerabat terdekat," kata Ram Chand Kharwar, seorang pria berusia 50 tahun yang masih melajang, seperti dikutip dari BBC.
Selain sulitnya akses jalan, sejumlah orang juga takut masuk karena keberadaan militan Maois yang beroperasi di daerah itu. "Masalah terbesar bagi kami, dan bagi orang luar adalah kondisi perbukitan sulit dilewati," kata Ram Lal Yadav, seorang lajang berusia 40 tahun di desa itu.
Keterpurukan cinta itulah yang kemudian menyemangati kaum pemuda bergotong royong membangun akses jalan ke dunia luar. Mereka membangun jalan sejauh 6 kilometer demi mewujudkan niat bertemu gadis pujaan dan menikah.
Chandrama Singh Yadav, seorang aktivis sosial mendukung upaya itu mengatakan, "Mereka adalah pria yang memenuhi syarat untuk menikah, namun kenyataannya dunia tak dapat menjangkau. Padahal, ada banyak wanita di sekitar. Saya rasa, pembangunan jalan adalah jawaban terbaik."