DIKUTIP.COM - Sakit? Sedih? Ingin menangis? Fitrah seorang insan memang tidak menyukai sesuatu yang menyakitkan. Dan musibah, tentu saja menyakitkan. Karenanya, tatkala musibah menerpa, sedikit-banyak, tersesaklah dada dan tertekanlah jiwa. Ada guncangan ketika itu. Ada gejolak waktu itu.
Tapi, meskipun begitu, Allah-karena hikmah-Nya- tidaklah menjadikan suatu musibah sebagai sesuatu yang sia-sia dan tanpa tujuan, apalagi semata-mata kezaliman. Maha Suci Allah dari yang demikian. Namun, Allah عز وجل memberi musibah itu sebagai karunia dan rahmat serta bukti cinta-Nya kepada hamba-Nya tersebut.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Sungguh, besarnya pahala setimpal dengan besarnya bala. Dan sungguh, Allah bila mencintai suatu kaum, niscaya akan Dia uji mereka dengan cobaan. Siapa yang ridha (dengan cobaan tersebut), baginya keridhaan-Nya dan siapa yang murka, baginya kemurkaan-Nya. " (HR. Tirmidzi no. 2396)
"Jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya, Dia menyegerakan baginya hukuman di dunia. Dan jika Allah menghendaki keburukan pada seorang hamba-Nya, Dia menangguhkan dosanya sampai dia penuhi balasannya nanti di hari kiamat. " (HR. Tirmidzi no. 2396)
Karena itu, hendaknya seorang mukmin bersabar atas musibah yang menimpanya. Hendaknya ia rida terhadap Allah عز وجل yang telah menetapkan itu atas dirinya.
Penyakit, kematian, perpisahan dengan orang yang dicintai, adalah sesuatu yang menyakitkan. Namun, betapapun pahitnya musibah mendera. Betapapun sakitnya bencana menerpa. Betapapun nyerinya penyakit menimpa. Selayaknya semua itu tetap membuat hati, lisan dan badannya senantiasa tunduk, bersabar dan rida atas-Nya. Bahkan, sepatutnya ia jadikan itu sebagai ladang amal.
"Amat mengagumkan perkara seorang mukmin. Sungguh, seluruh perkaranya itu baik baginya. Dan tidaklah yang demikian didapati seorang pun, kecuali oleh seorang mukmin. Jika ia ditimpa kesenangan, ia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa keburukan, ia bersabar, maka sabar itu adalah baik baginya. " (HR. Muslim no. 2999)
"Tidaklah menimpa seorang muslim penyakit, keletihan, kesedihan, kegundahan, kesakitan, kepedihan yang mendalam, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah menghapus dosa-dosanya dengan sebab itu semua. "(HR. Bukhari no. 5641 dan Muslim no. 2574)
Sabar adalah konsekuensi dari keimanan
Kita mengaku bahwa diri kita adalah hamba Allah dan Allah adalah Rabb kita, namun, adakah konsekuensi dari pengakuan kita tersebut? Apakah cukup bagi kita pengakuan di lisan semata? Alangkah baiknya kita simak ayat berikut ini:
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. " (QS. At-Taghabun: 11)
Alqomah menafsirkan iman yang disebutkan dalam ayat dengan mengatakan, "Yaitu seseorang yang ketika ditimpa musibah, meyakini bahwa itu semua dari sisi Allah, maka ia pun rida dan berpasrah diri (kepada-Nya)"
Kalau begitu, termasuk dari konsekuensi keimanan seseorang kepada Rabbnya adalah menyerahkan diri secara penuh kepada Allah. Siap menerima apapun keputusan-Nya. Bersabar dan rida terhadap segala ketetapan dari-Nya, baik manis maupun pahit.
Ada Keindahan Dalam Musibah
Sungguh, ada keindahan dalam musibah. Adakalanya seseorang tatkala lapang dan senang, lupa diri dan lalai mengingat Rabbnya, seakan tak butuh kasih sayang-Nya. Namun, tatkala dalam kesempitan dan terimpit musibah, tertunduklah kepala. Tertengadahlah kedua tangan. Begitu khusyuk jiwa bermunajat kepada Rabbnya. Terasa diri menjadi fakir dan lemah di hadapan-Nya. Kesedihan, kegundahan dan duka yang mendalam ia adukan. Jiwa dan raganya benar-benar ia pasrahkan. Ia amat mengharap kucuran rahmat-Nya. Sangat memohon curahan cinta-Nya. Maka melelehlah air matanya. Mengalir berbulir-bulir penuh cahaya serupa permata. Alangkah syahdunya ketika itu. Alangkah dekatnya ia dengan Allah عز وجل.
Penentang Takdir
Namun, tak semua orang seperti itu. Sebab, di sana ada sosok insan yang memasang sikap yang berbeda. Sukmanya meradang. Baginya, musibah adalah suatu yang tidak bisa diterima dan sangat menyakitkan. Ia mengeluh, berdesah dan kesal. Ia rusak jiwanya dan ia cederai fisiknya. "Allah memang kejam!.." "Allah memang menghendaki saya sengsara seperti ini!" "Allah tidak adil!" jadilah ia memrotes Rabbnya! Jadilah ia menggugat keputusan-Nya! Naudzubillah min dzalik…
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, "Bukan termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul pipi, merobek-robek pakaian dan menyeru dengan seruan jahiliyah. " (HR. Bukhari no. 1297 dan Muslim no. 103)
Kalau sudah begitu, hancurlah dunianya dan rusaklah akhiratnya. Inilah derita di atas derita…
Mutiara Kesabaran Mutharrif
Alangkah indahnya kesabaran orang-orang sebelum kita. Para nabi dan para pengikut mereka yang saleh telah menorehkan untuk umat ini tentang eloknya kesabaran. Begitu banyak keteladanan mereka dalam hal ini. Namun di sini kita akan menatap contoh kesabaran dari salah seorang di antara mereka. Dia adalah seorang tabi'in yang bernama Mutharrif.
Suatu hari awan kelabu menaungi keluarganya. Ketika itu putranya tercinta dipanggil oleh Yang Kuasa. Siapakah orang yang tidak bersedih dengan kehilangan sang buah hati? Adakah orang bergembira karena berpisah dengan orang yang dicintai? Semoga engkau bersabar atas musibah yang menderamu, wahai Mutharrif. Kami berdoa semoga Allah, menggantimu dengan yang lebih baik.
Namun di mana Mutharrif? Apa yang ia lakukan ketika itu? hei, lihatlah, ia buka pintu rumahnya. Sebentar lagi ia akan menemui orang-orang. Tapi…. apa yang terjadi dengannya? Mengapa ia berpakaian seperti itu???
"Anakmu, Abdullah wafat, " kata orang-orang, "Sedangkan kamu keluar rumah dengan pakaian indah dan wangi seperti ini?!" Mereka amat terkejut dengannya.
Sungguh, perilakunya tidak 'normal'! Sebenarnya, apa maunya dia? Apa yang akan ia katakan kepada mereka?
"Apa aku harus tenggelam dalam kesedihan? " jawabnya, "Padahal Allah سبØانه وتعالى telah menjanjikan untukku tiga keberuntungan, sedangkan setiap keberuntungan itu lebih aku cintai dari dunia dan segala isinya. Allah سبØانه وتعالى berfirman, "Dan sungguh, akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Inna lillah wa inna ilahi raji'un. " Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. "(QS. Al-Baqarah: 155-157)
Tiga keberuntungan itu adalah: "mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya dan mereka itulah orang-orang yang mendapati petunjuk. "
Subhanallah..inilah orang yang benar-benar 'menikmati' musibah dan meresapi betul hikmah dari keputusan-Nya.
Mudah-mudahan Allah عز وجل selalu menganugerahi kita kesabaran dan rida serta ketundukkan dalam menghadapi segala keputusan-Nya dan dalam meniti setapak demi setapak jalan-Nya hingga nafas kita yang terakhir, hingga maut menjemput. Amiin..Ya Rabbal'alamiin..
GO |