Sepintas, kesenian Beubeugig di Ciamis Jawa Barat, menyerupai Reog Ponorogo. Namun yang membedakan, para pemain dalam kesenian Beubeugig hampir seluruh badannya dibalut dengan sapu ijuk.
Selain itu juga menggunakan topeng berbentuk raksasa serta dipenuhi dengan berbagai dedaunan. Sehingga, orang yang melihat topeng tersebut sedikit ketakutan, karena dari bentuknya yang sengaja dibuat seram.
Kesenian Beubeugig biasanya dipentaskan pada saat hari-hari besar, seperti hari Idul Fitri, Maulid Nabi serta hari besar islam lainnya termasuk juga saat pesta rakyat. Para pemain Beubeugig kemudian berjalan kaki mengelilingi setiap ruas jalan desa, sambil diiringi oleh kesenian musik khas jawa barat. Disepanjang perjalanan para pelaku seni nBeubegig ini menari dan mengajak setiap warga yang menonton untuk ikut gabung keliling pedesaan.
Bisa di bayangkan, pada saat pentas tersebut rombongan Beubeugig ini akan berkeliling desa sejauh 5 hingga 10 kilometer, padahal berat dari topeng Beubeugig ini mencapai 60 kilogram, sehingga untuk memainkan kesenian Beubeugig ini, diperlukan keahlian tersendiri.
Setelah berkeliling desa, biasanya kesenian Beubegig ini akan melakukan aksinya di kantor kecamatan setempat. Disini para Beubegig tersebut disambut dengan iringan musik, sehingga para Beubeugig ini meluapkan kegembiraannya dengan cara menari dan berjoget, tak jarang banyak di antara pemain Beubeugig yang kelelahan, karena harus menopang menahan beban topeng seberat 60 kilogram.
Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan, Kabupaten Ciamis, terus melestarikan kesenian Beubeugig ini, agar nantinya tidak ada yang meng kleam kesenian tersebut, seperti yang kerap terjadi pada kesenian-kesenian yang lain, yang ada di indonesia. Apalagi, kesenian Beubeugig merupakan seni kebanggaan warga ciamis, karena di warisi secara turun temurun.