DIKUTIP.COM
Di mana-mana sesama saudara
Saling cakar berebut benar
Sambil terus berbuat kesalahan
Qur’an dan sabdamu hanyalah kendaraan
Masing-masing mereka yang berkepentingan
Aku pun meninggalkan mereka
Mencoba mencarimu dalam sepi rinduku
Aku merindukanmu, o, Muhammadku
Sekian banyak Abu Jahal Abu Lahab
Menitis ke sekian banyak umatmu
O, Muhammadku -selawat dan salam bagimu-
Bagaimana melawan gelombang kebodohan
Dan kecongkaan yang telah tergayakan
Bagaimana memerangi
Umat sendiri? O, Muhammadku
Aku merindukanmu, o, Muhammadku
Itu adalah penggalan sajak Aku Merindukanmu, o, Muhammadku yang saya tulis belasan tahun lalu. Ketika jarak waktu semakin jauh, sunah dan perilaku Rasulullah SAW semakin tidak tampil jelas dalam perilaku para pemimpin Islam, kita semakin merindukan Pemimpin Agung budiman itu.
Kita merindukan wajah tersenyumnya yang teduh pada saat banyak wajah pemimpin agama masa kini yang sangar. Kita merindukan kelembutan sikapnya yang merangkul pada saat banyak pemimpin agama masa kini yang tampak lebih suka bersikap kasar menakutkan.
Kita merindukan dakwahnya yang mengajak pada saat banyak pemimpin agama masa kini yang tampak lebih suka menghardik dan membentak. Kita rindu kasih sayangnya yang menebarkan rahmat pada saat banyak pemimpin agama masa kini yang kebenciannya menebarkan laknat.
Salawat dan salam bagimu, ya Rasulullah…
Salawat dan salam memang semakin kencang berkumandang. Ghierah dan kecemburuan terhadap agama dan Sang Rasul Muhammad SAW juga semakin hebat. Orang lain memercayai kepercayaan lain atau memercayai adanya nabi lain pun sudah cukup meluapkan kemarahan.
Namun, anehnya, dalam pada itu, dengan gampang orang menistakan agama dan Rasulnya dengan melakukan perbuatan keji yang bertentangan dengan ajaran agamanya yang rahmatan lil’aalamiin dan tuntunan Rasulnya yang lemah lembut penuh kasih sayang. Ada ’’pemimpin agama’’ yang dengan bangga mengatasnamakan agama untuk meneriak-anjurkan kekerasan. Na’udzu billahi min dzalik.
Amar makruf nahi mungkar yang dilakukan Rasulullah SAW karena kasih sayangnya kepada umat, karena itu dilaksanakan dengan makruf dan tidak dengan cara mungkar, tiba-tiba kini ada saja yang meneruskannya tapi karena kebencian dengan cara yang mungkar dan tidak makruf.
Seperti kita ketahui, Rasulullah SAW sebagaimana diperikan dalam kitab suci Alquran adalah pemimpin yang tidak tegaan, yang tidak tahan melihat penderitaan umatnya. Pemimpin yang penuh perhatian, sangat belas kasihan dan penyayang kepada umatnya (Q. 9: 128).
Demi umatnya, bahkan seluruh umat manusia, Rasulullah SAW rela menderita. Karena itu, tuntunan-tuntunan mulia terus beliau berikan bagi kemaslahatan umat. Beliau ajar-contohkan bagaimana hidup sederhana, bagaimana menghargai manusia, bagaimana bergaul dengan sesama hamba Allah, dan seterusnya.
Dalam berdakwah, Rasulullah SAW tidak hanya mengajak dengan lisan, tapi terlebih dengan sikap dan perilakunya yang santun serta simpatik. Sesuai perintah Tuhannya (Q. 16: 125), Rasulullah SAW mengajak mereka yang belum di jalan Allah atau dan yang sesat di jalan dengan cara hikmah, bijaksana, dan nasihat yang baik. Bila perlu berdebat, beliau melakukannya dengan cara yang lebih baik ketimbang lawannya.
Demikianlah, dengan keluhuran budinya, Rasulullah SAW berjuang dan berhasil membangun keluhuran peradaban manusia. Peradaban yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi.
Karena itu, akankah kini kita tega mencederai peradaban yang susah payah beliau perjuangkan dan bangun itu?
Salawat dan salam bagimu, ya Rasulullah.