Propinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari dua pulau yaitu pulau Lombok dan pulau Sumbawa, berpenduduk lebih dari 4,5 juta jiwa yang tersebar di Sembilan kabupaten dan kota. Di daerah ini, tersimpan kekayaan alam yang sangat potensi dan berkelas dunia. Di pulau Sumbawa misalnya, terdapat tambang emas, sementara di pulau Lombok, terkenal dengan rumput laut dan budidaya mutiara yang menembus pasar Internasional.
Budidaya mutiara merupakan salah satu pemasok devisa dan pendapatan asli daerah di pulau Lombok, karena terdapat tidak kurang dari empat puluh lokasi budi daya, menghasilkan mutiara berkelas dunia. Mutiara Lombok merupakan mutiara yang dihasilkan dari budidaya kerang mutiara yang ada di pulau Lombok.
Seiring tumbuhnya budidaya kerang mutiara, puluhan sentra kerajinan mutiara juga bermunculan, bak jamur di musim hujan yang menghasilkan ratusan jenis aksesoris yang terbuat dari mutiara.
Kelurahan Sekarbela Kecamatan Ampenan Kota Mataram Nusa Tenggara Barat adalah satu diantara sentra perajin mutiara yang sebagian besar warganya mengeluti usaha merangkai emas dan mutiara.
Dari tangan terampil mereka, lahirlah ratusan bentuk perhiasan emas dan mutiara yang bagus seperti kalung, gelang, anting hingga aksesoris wanita lainnya.
Mutiara asal Lombok, memiliki ciri khas tersendiri, jika dibandingkan daerah lainnya. Selain ukurannya yang dominan dan lebih besar, warnanya juga keabu–abuan mirip mutiara asal Jepang.
Untuk membedakan mutiara asli dan palsu sangat mudah. Dengan cara sederhana dapat dibedakan. Mutiara palsu, jika dibenturkan atau digigit akan mudah pecah. Namun tidak demikian dengan mutiara asli. Saat akan dipasang ketangkainya, mutiara palsu akan berubah bentuknya jika terkena panas.
Mutiara hasil budidaya air laut, warnanya kuning keemasan dan mengkilat. Beratnya berkisar 1,8 Gram hingga 5 Gram perbutir.
Selain berwarna keemasan, mutiara air laut ada juga berwarna putih mengkilat, abu–abu dan hitam. Khusus mutiara warna hitam, biasanya diminati wisatawan asal Eropa.
Harga mutiara yang di budidaya air laut lebih mahal, dari air tawar. Setiap gram harganya minimal 500 ribu pergram. Sementara hasil budidaya air tawar, harga tertinggi 100 Ribu Rupiah per-gramnya.
Setelah diolah dan di ikat dengan emas, harga perhiasan mutiara air laut di Lombok makin meningkat tajam, tergantung bentuk dan jenisnya.
Seperti kalung misalnya, harganya mencapai dua juta rupiah. Sementara untuk satu set anting-anting, cincin dan gelang, harganya tidak kurang dari Sepuluh Juta Rupiah.
Perhiasan mutiara asal Lombok, selain diminati penggemar asal mancanegara, warga setempat juga tidak sedikit yang memakai aksesoris dari mutiara.
Rani misalnya, salah seorang karyawan swasta di Mataram, hampir seluruh perhiasan yang digunakan, menggunakan mutiara. Alasannya memilih mutiara sebagai perhiasan, selain menambah prestise, juga ada kebanggaan tersendiri karena mutiara sudah memiliki nama di dunia Internasional. “Ada kebanggan tersendiri saat memakainya”, ujar Rani.
Bagi pecinta mutiara, harga bukanlah menjadi ukuran, apalagi mereka mendapatkan model terbaru dari rangkaian mutiara yang digunakan.
Rani, tidak segan-segan menguras kantongnya hingga Dua Puluh Juta, hanya untuk mendapatkan satu set perhiasan mutiara air laut mulai dari cincin, kalung, anting dan gelang, yang di ikat dengan emas putih.
Beda bentuk, beda juga nama perhiasan yang terbuat dari mutiara. Seperti kalung, ada jenis coker, paloma, kesi dan kalung tusuk. Sedangkan untuk gelang, ada yang namanya silang, ronce, mata satu, coker dan etnik karena dipadukan dengan jenis hasil kerajinan daerah tertentu.
Untuk anting, ada tiga nama yang dikenal, yaitu anting tanam, anting mata tiga dan anting dewa-dewi. Dan untuk asesoris berupa bros, dikenal dengan nama kendari, barok halper, halper lima dan bros susun dua.